Hubungan interpersonal dapat dibangun dengan saling memahami satu sama lain - AlteaCare | Foto: tirachardz/Freepik

Memiliki hubungan interpersonal yang baik bisa jadi salah satu kunci untuk hidup bahagia. Sebab, kualitas hubungan dengan orang lain bisa berkontribusi untuk membuat hidup lebih bermakna. Yang dimaksud dengan hubungan interpersonal adalah hubungan sosial antara dua orang atau lebih di lingkungan yang sama. Hubungan tersebut dibangun atas dasar ketertarikan secara emosional satu sama lain. Nyatanya, di masa sekarang kita sering dikejutkan dengan fakta bahwa hidup kita ternyata dapat terisolasi dari orang lain. Yang jauh terasa dekat, yang dekat malah terasa jauh. Tidak sedikit dari kita yang pada akhirnya tidak punya banyak teman. Bahkan, studi yang dimuat di JAMA menyebutkan, jumlah orang dewasa di Amerika yang merasa kesepian terus meningkat waktu ke waktu. Sebagai makhluk sosial, kondisi kesepian dan terisolasi bisa berdampak pada kesehatan fisik maupun psikologis kita. Itu sebabnya, penting bagi kita untuk menjaga hubungan interpersonal yang baik. Lantas, apa saja yang bisa kita lakukan? Yuk, simak selengkapnya di sini! Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/sering-merasa-kesepian-ini-dampaknya-bagi-fisik-dan-jiwa" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Sering Merasa Kesepian? Ini Dampaknya Bagi Fisik dan Jiwa!</a> <h2>Cara Menjaga Hubungan Interpersonal </h2>Sobat Altea yang ingin menjalin hubungan interpersonal yang kuat dan berkualitas dengan teman dan sekitar bisa coba lakukan cara berikut: <h3>1. Miliki Sikap Terbuka </h3>Keterbukaan menjadi salah satu kunci dalam menjaga hubungan interpersonal yang baik. Menurut studi dari Journal of Experimental Social Psychology, kuatnya hubungan interpersonal ditandai dengan kerelaan seseorang untuk berbagi kisah pribadinya dengan orang lain. Keterbukaan seperti ini menunjukkan bahwa kita ingin menjalin hubungan yang erat dengan orang lain. Sementara bagi pihak lain, keterbukaan ditandai dengan sikap mau menerima pemikiran dan perasaan orang lain. <h3>2. Jadi Pendengar yang Baik </h3>Hubungan yang baik dibangun dari atas dasar memberi dan menerima. Jadi, jangan hanya berfokus supaya didengarkan namun kita juga perlu mau mendengarkan orang lain. Sikap mendengarkan juga bukan hanya sekadar menyediakan telinga tapi tangan kita sibuk main ponsel, ya. Kita perlu mencerna dengan baik kata per kata apa yang disampaikan oleh orang lain. Beberapa cara untuk menjadi pendengar yang baik antara lain adalah: <ul><li>jangan interupsi orang yang sedang bicara </li><li>hindari sikap menghakimi dan godaan untuk terlalu banyak beropini </li><li>kontak mata saat bicara </li><li>ajukan pertanyaan sebagai imbal baliknya </li><li>formulasikan lagi apa yang sudah disampaikan oleh orang yang berbicara </li></ul><h3>3. Tunjukkan Empati </h3>Hubungan interpersonal perlu dibangun oleh empati yang kuat. Yang dimaksud dengan empati adalah kemampuan untuk menempatkan diri pada posisi orang lain serta merasakan apa yang mereka rasakan. Hal ini membuat kita jadi lebih dapat memahami orang lain, sehingga hubungan pun bisa semakin dekat. <h3>4. Beri Apresiasi </h3>Menjaga hubungan interpersonal bisa dengan cara memberi apresiasi untuk hal-hal kecil yang dilakukan oleh orang lain. Hal ini bisa membuat mereka merasa lebih bernilai dan dihargai. Bentuk apresiasi bisa dilakukan berterima kasih atau memuji tindakan yang sudah dilakukan orang lain. Semua orang pastinya ingin segala usahanya diingat dan dihargai. Sebaliknya, mereka pun akan dengan senang hati melakukan hal serupa pada kita. Sikap saling memberi pujian ini bisa membantu mengangkat suasana hati di saat hari kita sedang sulit. <h3>5. Berani Hadapi Konflik </h3>Konflik bukanlah sesuatu yang harus dihindari tapi perlu diatasi. Sebab, konflik sangat penting dalam setiap hubungan, begitu juga saat kita ingin membangun hubungan interpersonal yang kuat. Jadi, kalau mendapatkan penolakan atau ketidaksetujuan dari orang lain, kita perlu menerima dan dan mengevaluasinya bersama. Bila perlu, kita pun perlu meminta maaf. Tindakan meminta maaf bisa jadi menyakitkan bagi orang yang melakukannya dan butuh keberanian untuk menyampaikannya. Namun, ketika kita berani minta maaf, ini akan berbuah besar bagi hubungan interpersonal. <h3>6. Pahami Batasan </h3>Meski kita terbuka dengan orang lain, bukan berarti kita juga tidak mengenal batasan. Hal ini juga penting dalam menjaga hubungan interpersonal. Adanya batasan bisa membantu menciptakan harga diri dan rasa hormat atau respek dalam hubungan. Misalnya, saat minta orang lain tidak mengganggu saat weekend, kita juga memberikan pemahaman kalau pada waktu-waktu tersebut kita ingin ada family time. Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/manfaat-circle-pertemanan-buat-kesehatan-bisa-jadi-obat-1666939827292" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Manfaat Circle Pertemanan Buat Kesehatan. Bisa Jadi "Obat"!</a> <h3>7. Habiskan Waktu Bersama </h3>Hubungan interpersonal tidak dibangun hanya satu atau dua malam saja. Butuh waktu yang panjang agar keduanya bisa saling akrab. Menurut studi dari International Association for Relationship Research, setidaknya kita perlu menghabiskan waktu tiga kali dalam sembilan minggu untuk mengenal orang lain lebih dekat. Selain itu, kualitas obrolan saat bertemu juga turut berpengaruh, lo! Itulah beberapa cara menjaga hubungan interpersonal. Sobat Altea yang mengalami kesulitan dalam membangun pertemanan, jangan ragu bercerita ke Psikolog atau Psikiater andalan di AlteaCare melalui video call. Yuk, unduh <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan atur jadwal konsultasi sekarang! Sumber: <ul><li>Hall, J., A. (2018). How many hours does it take to make a friend?. International Association for Relationship Research, Volume 36, Issue 4 </li><li>John, B., &amp; Griffin, JR. (1990). Clinical Methods: The History, Physical, and Laboratory Examinations. 3rd edition. </li><li>Life Hack. Diakses pada Januari 2023. How to Maintain Strong Interpersonal Relationships </li><li>McGinty, E., E., Presskreischer, R., &amp; Han, H. (2020). Psychological Distress and Loneliness Reported by US Adults in 2018 and April 2020. (2020). JAMA Network;324(1):93-94 </li><li>Sprecher, S., Treger, S., Wondra, J., D., Hilaire, N., Wallpe, K. (2013). Taking turns: Reciprocal self-disclosure promotes liking in initial interactions. Journal of Experimental Social Psychology, Volume 49, Issue 5,Pages 860-866 </li><li>Very Well Mind. Diakses pada Januari 2023. How to Maintain Interpersonal Relationships </li></ul>

7 Cara Mempertahankan Hubungan Interpersonal

Sering lupa nama tapi ingat wajah sebenarnya adalah fenomena wajar - AlteaCare | Foto: drobotdean/Freepik

Sobat Altea sering bertemu seorang teman lama tetapi lupa nama? Hal itu sebenarnya wajar. Tapi, kita pasti sering heran, kok bisa kita ingat wajah dan fisiknya sementara namanya tidak lagi. Bertemu dengan kenalan atau teman lama di tempat umum dan acara tertentu bisa jadi “bencana” saat Anda sudah mau menyapa tapi gagal ingat siapa namanya. Seribu satu cara sudah Anda kerahkan supaya namanya muncul di ingatan. Tapi, reaksi yang muncul tetap seperti ini: <ul><li>“Itu siapa, ya, yang tinggi putih itu? Duh, dulu padahal sering ngobrol” </li><li>“Eh, si itu lewat, siapa, ya, namanya?” </li><li>“Wah, si itu yang dulu sering dihukum berdiri depan tiang bendera, lo! Duh, siapa ya namanya?” </li></ul>Akhirnya, Anda tidak jadi menyapa karena takut suasana jadi canggung. Secara ilmiah, kejadian seperti ini normal karena otak memang tidak didesain untuk mengingat nama orang. Soalnya, buat otak nama orang tersebut bisa jadi tidak dianggap penting dan tidak ada asosiasinya dengan hal-hal lain. Meski begitu, hal tersebut belum menjelaskan kenapa kita bisa lupa nama tapi ingat wajahnya. Penasaran ingin tahu alasannya? Yuk, simak berikut ini! <h2>Penyebab Sering Lupa Nama Meski Ingat Wajahnya </h2>Jika Anda melupakan nama seseorang, tidak perlu khawatir untuk dicap sombong. Faktanya, mengingat nama seseorang ternyata sulit untuk banyak orang. Bahkan, mengingat nama orang bisa jadi lebih sulit dibandingkan mengingat perjalanan hidupnya, termasuk soal hobi, pekerjaan, dan kisah cintanya. Sebab, untuk bisa mengingat nama, kita harus mengaitkannya dengan sesuatu yang bermakna. Sebagai contoh: Anda berkenalan dengan seseorang bernama Mita. Kalau ini terjadi saat Anda sedang antre di kafe, mungkin setelahnya nama Mita akan terlupakan. Lain halnya jika setelah antre di kafe Anda lalu minum kopi bersama Mita, ngobrol lagi lebih panjang, lalu menemukan kalau Mita dulunya kuliah satu kampus dengan Anda. Dengan adanya keterkaitan tersebut, kita akan lebih mudah mengingat nama Mita. Saat bertemu lagi, otak Anda akan langsung menghubungkan: “Oh itu Mita, waktu itu saya ketemu dia di kafe dan setelah ngobrol ternyata dia teman satu kampus!” Sementara itu, pakar lain mengatakan bahwa daya ingat pada nama seseorang bergantung pada tingkat ketertarikan kita. Misalnya, jika ada guru punya gaya seru kalau mengajar, misalnya lewat media games atau film. Bertahun-tahun mendatang, kita pasti akan ingat guru tersebut beserta materi yang diajarkannya. Sebaliknya, jika sejak awal guru tersebut tidak meninggalkan kesan, namanya pun akan lebih mudah dilupakan. Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Umum/artikel/5-cara-mencegah-pikun-di-usia-muda-perbaiki-gaya-hidup" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">5 Cara Mencegah Pikun di Usia Muda. Perbaiki Gaya Hidup!</a> <h2>5 Tips Mengingat Nama Orang </h2>Nama orang yang kita kenal hari ini mungkin belum meninggalkan kesan. Tapi, mungkin saja kita suatu hari akan kerja sama dengan mereka. Nah, karena itu kita perlu belajar mengingat nama orang. Bagaimana caranya? Yuk, ikuti tips di bawah ini! <h3>1. Kaitkan Nama dengan Ciri Khas Wajahnya </h3>Karena lebih mudah mengenali wajah, kita bisa mengingat namanya dengan mengaitkannya dengan ciri khas yang menonjol pada wajahnya. Misalnya, kita berkenalan dengan orang bernama Dudung yang hidungnya mancung. Kita bisa membuat catatan di kepala: "Dudung si hidung mancung". Kelemahan metode ini adalah kita membutuhkan usaha lebih untuk membayangkan seseorang dengan ciri khas yang menempel padanya. <h3>2. Fokus Dengarkan Namanya Saat Berkenalan </h3>Salah satu penyebab sering lupa adalah kita tidak benar-benar menyimak saat lawan bicara menyebutkan namanya. Kita cenderung basa-basi dan memikirkan kepentingan diri sendiri. Nah, supaya mengingat nama seseorang, cobalah fokus dengarkan nama lawan bicara ketika memperkenalkan diri. <h3>3. Ulangi Namanya </h3>Jika Anda pelupa, cobalah ulangi nama lawan bicara ketika berkenalan. Ketika mengulangi namanya, kita akan mendengar suara kita sendiri. Saat itulah, otak akan membentuk ingatan dan "memaksa" membuat koneksi antara nama dengan orang yang baru saja kita kenal. Dengan begitu, kemungkinan kita untuk melupakan nama orang akan berkurang. <h3>4. Tulis Namanya </h3>Setelah berkenalan, tulislah nama orang tersebut, entah di atas kertas atau di smartphone Anda. Hal ini cukup untuk membuat otak merekam nama lawan bicara sebagai sebuah ingatan. Sebagai basa-basi sebelum menulis nama lawan bicara, Anda bisa mencobanya sambil meminta kontak WhatsApp atau username Instagramnya. Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Umum/artikel/7-cara-menjaga-kesehatan-otak-bisa-bikin-tambah-pintar-1652180291837" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">7 Cara Menjaga Kesehatan Otak. Bisa Bikin Tambah Pintar!</a> <h3>5. Review Kegiatan Harian Sebelum Tidur </h3>Cara lain untuk mengingat nama adalah dengan mengingat kembali kegiatan selama seharian sebelum tidur, termasuk dengan siapa kita bertemu. Menurut berbagai studi, otak akan memproses informasi ketika tidur. Jadi, ketika kita mengingat kegiatan selama seharian sebelum tidur, ingatan akan peristiwa dan orang-orang yang kita temui di hari itu akan menempel di otak. Itulah alasan kenapa kita sering lupa nama tetapi ingat wajahnya. Jika Anda merasa sering melupakan sesuatu hingga mengganggu rutinitas sehari-hari, video call dokter di AlteaCare saja supaya dapat solusinya! Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan segera buat janji video call konsultasi dengan dokter andalan! Sumber: <ul><li>Science ABC. Diakses pada Desember 2022. Why Do We Forget People’s Names? </li><li>Mary B. Hargis, Mary C. Whatley, dan Alan D. Castel. (2021). Remembering Proper Names as a Potential Exception to the Better-than-Average Effect in Younger and Older Adults. Psychology and Aging, 35(4): 497–507 </li><li>Science Daily. Diakses pada Desember 2022. What's your name again? Lack of interest, not brain's ability, may be why we forget </li><li>Peter E. Morris, PhD. (2000). The Name Game: Using Retrieval Practice to Improve the Learning of Names. Journal of Experimental Psychology: Applied, Vol. 6, No. 2. </li><li>Memorize Academy. Diakses pada Desember 2022. How to Remember Names and Faces </li><li>Eat, Speak, Think. Diakses pada Desember 2022. 5 easy steps to remember names </li><li>Learning Center UNC. Diakses pada Desember 2022. Memorization Strategies </li></ul>

Sering Lupa Nama tapi Ingat Wajahnya? Ini Penyebabnya!

Sering ditanya kapan nikah bisa membuat kita stres - AlteaCare | Foto: Freepik

Bagi Anda yang jomblo, bertemu keluarga besar adalah hal yang menakutkan. Pasalnya, tak jarang muncul pertanyaan kapan nikah dari om, tante, atau saudara lainnya. Ditanya satu kali tidak masalah, tapi kalau berulang kali pasti buat kesal. Apalagi ketika umur Anda sudah hampir 30 tahun tapi tidak kunjung mendapatkan pendamping. Keluarga besar pasti kepo atau penasaran, dan bahkan membanding-bandingkan. “Dulu seumuran kamu, om dan tante sudah punya anak. Masa kamu belum nikah, kapan, nih, pasangannya dibawa?” Menurut Angie Nathania Devi, S.Psi, M.Psi, Psikolog Klinis RS Sumber Kasih, belum menikah di usia tertentu bukan berarti tidak ingin menikah. Namun, bagi sebagian orang pernikahan adalah hal yang sakral. Jadi, mereka tidak mau asal pilih pasangan hanya karena ada tuntutan dari keluarga. Perlu diakui, tidak semua orang nyaman dengan pertanyaan soal perkawinan. Apalagi kalau ditanya berulang sampai disindir-sindir. “Ini bisa membuat orang jadi terbebani, bisa menyebabkan stres,” tambah Angie saat bicara di live streaming AlteaTalk di akun Instagram AlteaCare (alteacare.id) pada Selasa, 18 April 2023. Yang jelas, kita tidak bisa mengontrol sikap orang lain, misalnya meminta mereka berhenti bertanya soal pernikahan. Yang bisa kita kontrol adalah respon dan cara menghadapinya. Yuk, simak tips jitu dari Psikolog Angie untuk menyikapi pertanyaan kapan nikah yang sering diajukan ketika bertemu keluarga besar, terutama di hari raya! Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/cara-bersikap-bodo-amat-walau-belum-punya-anak-1639453083667" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Cara Bersikap Bodo Amat Walau Belum Punya Anak</a> <h2>Cara Menyikapi Pertanyaan Kapan Nikah dari Keluarga </h2>Begini cara yang tepat untuk serangan pertanyaan soal nikah dari keluarga besar saat silaturahmi lebaran: <h3>1. Dibawa Santai Saja </h3>Anda tidak perlu menanggapi pertanyaan kapan nikah dengan serius. Dibawa santai dan dijadikan bahan bercanda saja. Ini bisa jadi cara menyikapi yang menyenangkan. Pasalnya, pertanyaan seperti ini pasti akan selalu muncul saat bertemu keluarga besar. Tidak cuma saat lebaran, tapi juga dalam acara-acara lainnya. Kalau kita anggap serius, pasti akan ketemu lagi dengan pertanyaan serupa. Jadi, jika ditanya kapan nikah, Anda bisa jawab, “Bulan depan, ya. Tapi, om tante yang bayar biaya sewa gedung nikahnya, ya?” atau “Nikahnya minggu depan, kalau tidak hujan!” <h3>2. Bersikap Tegas </h3>Anda juga bisa punya pilihan untuk tegas saat ditanya soal pernikahan dari orang sekitar. Menurut Angie, Anda boleh bersikap seperti ini kalau merasa sudah cukup terganggu. Misalnya, setiap bertemu selalu ditanya begitu. Anda bisa minta pada orang yang bertanya supaya ganti topik pembahasan lain saja yang lebih menarik. <h3>3. Menghindar </h3>Kalau Anda sudah tidak mampu menjawab ketika ditanya kapan nikah, Angie menyarankan untuk menghindar saja. Menurutnya, ini adalah bentuk boundaries atau batasan yang bisa Anda lakukan. Dengan bersikap seperti ini, bukan berarti Anda membenci mereka yang mengutarakan pertanyaan tersebut. Tapi ini adalah upaya untuk menunjukkan sikap bahwa Anda tidak senang jika ditanya seperti itu. Apalagi bila ditanya dalam forum keluarga besar, yang hampir semua orang bisa dengar. Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/7-cara-mengatasi-self-talk-negatif-sebelum-jadi-overthinking-1648208146579" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">7 Cara Mengatasi Self-Talk Negatif Sebelum Jadi Overthinking</a> <h3>4. Ubah Perspektif </h3>Kita tidak bisa kontrol pertanyaan yang diutarakan orang lain, termasuk soal pernikahan. Nah, supaya tidak memicu emosi, Anda bisa respon dengan ubah perspektif. Menurut Angie, daripada kesal Anda bisa jadikan pertanyaan ini sebagai pecut. Anda bisa tentukan target menikah. Jadi, ketika ditanya lagi di kemudian hari Anda bisa jawab dengan jelas, tanpa harus menghindar ataupun berbohong. Itulah beberapa cara menghadapi pertanyaan kapan nikah saat bertemu keluarga besar di hari raya. Sobat Altea yang merasa galau, stres, atau banyak pikiran karena sering ditanya kapan tanggal pernikahannya, jangan takut bercerita dengan Psikolog berpengalaman di AlteaCare, ya! Yuk, unduh <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan buat janji dengan Psikolog andalan!

Bosan Ditanya Kapan Nikah? Begini Cara Menghadapinya!

Self compassion adalah perasaan berbelas kasih pada diri sendiri - AlteaCare | Foto: cookie_studio/Freepik

Menumbuhkan sikap berbelas kasih terhadap diri sendiri atau self compassion bisa memberi banyak manfaat bagi perkembangan diri kita. Ada banyak, lo, cara yang bisa kita lakukan dalam kehidupan sehari-hari! Tidak mulusnya perjalanan hidup terkadang membuat kita tertekan. Terutama ketika kita sudah melakukan yang terbaik tetapi tetap tidak membuahkan hasil. Di saat seperti inilah, kita perlu berhenti sejenak memecut diri dan memberi kritik terpedas pada diri sendiri. mengasihi diri sendiri. Berbelas kasihlah pada diri sendiri. Pahami bahwa kita pun perlu waktu untuk memulihkan luka di hati. Pada prinsipnya, self compassion adalah suatu sikap hangat dan penuh pengertian pada diri sendiri ketika sedang gagal atau menderita. Sepintas ini mungkin mirip dengan istilah <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/self-love-itu-penting-inilah-cara-agar-bisa-mencintai-diri-sendiri-1676383045662" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">self love</a>. Inti dari keduanya sebenarnya sama, yaitu memberikan perhatian pada diri sendiri Namun, ada bedanya. Self love merupakan tindakan menghargai diri sendiri melalui berbagai cara yang ditujukan untuk pertumbuhan fisik, psikologis, dan spiritual. Sementara self compassion lebih menunjukkan empati kepada diri sendiri ketika merasa kecewa. Lalu, bagaimana cara berbelas kasih pada diri sendiri? Yuk, simak penjelasan berikut ini! <h2>3 Unsur dalam Self Compassion </h2>Menurut pakar psikologi dari University of Texas, terdapat tiga unsur penting dalam self compassion, yaitu berbelas kasih terhadap diri sendiri, memanusiakan diri sendiri, dan menyeimbangkan emosi. Berikut adalah penjelasan dari ketiga unsur tersebut. <h3>1. Belas Kasih kepada Diri Sendiri </h3>Kegagalan sering membuat kita merasa selalu tidak cukup baik, apa pun yang sudah diusahakan. Kita pun cenderung terus menekan diri sendiri. Dengan self compassion, kita bisa lebih menerima ketidaksempurnaan dan kegagalan. Kita juga lebih siap menerima kenyataan pahit daripada marah-marah. Meski begitu, bukan berarti kita menerima dengan pasrah begitu saja kegagalan yang dialami, ya! Berusaha untuk melakukan yang lebih baik tetap harus ada, dong! <h3>2. Memanusiakan Diri Sendiri </h3>Saking terlalu berfokus untuk mencapai sukses, kegagalan bisa bikin kita frustasi berat. Kita pun sering lupa bahwa kegagalan itu sebenarnya manusiawi. Semua orang pasti pernah gagal. Nah, dengan sikap self compassion kita jadi lebih sadar bahwa hal buruk yang kita alami pasti juga dialami orang lain. <h3>3. Menyeimbangkan Emosi </h3>Dengan self compassion, kita juga berusaha menyeimbangkan emosi positif dan negatif dalam diri. Menerima kekurangan bukan berarti kita harus positif sepanjang waktu. Biarkanlah emosi negatif tetap ada. Yang harus kita lakukan adalah melebarkan perspektif dan berpikir jauh ke depan. Dengan begitu, kita bisa lebih tenang menghadapi tantangan di depan. <h2>Cara Melakukan Self Compassion </h2>Menurut studi, menjalani hidup tanpa self compassion bisa menurunkan kesehatan fisik dan jiwa. Soalnya, kebiasaan menekan atau mengritik diri sendiri bisa mengaktifkan saraf simpatetik, sehingga memicu lonjakan hormon stres. Sementara studi lainnya yang dipublikasikan Frontiers in Psychology menyebutkan, teknik self compassion yang menekankan pada keseimbangan emosi dan pikiran, dapat menurunkan tingkat stres. Lalu, bagaimana praktiknya di kehidupan sehari-hari? Lakukan ini! <h3>1. Perlakukan Diri Seperti Memperlakukan Orang Lain </h3>Mungkin beberapa dari Sobat Altea kerap mementingkan kepentingan orang lain karena tidak ingin mengecewakan mereka. Nah, ada baiknya Anda sesekali juga memperhatikan diri sendiri. Jadi, kalau biasanya Anda menghibur teman yang sedang sedih atau patah hati, kini jadilah teman untuk diri Anda sendiri. Tidak masalah kalau mau menarik diri dari rutinitas dan tongkrongan untuk menenangkan diri. Yang harus diingat, Anda tidak harus selalu menyenangkan orang lain. Biarkanlah diri Anda "tidak sempurna" supaya batin lebih tenang. Menurut studi, cara ini juga dapat meningkatkan kadar oksitosin atau salah satu hormon kebahagiaan di dalam tubuh, lo! <h3>2. Menerima Emosi </h3>Bukan hanya kegagalan yang harus kita terima, tetapi juga emosi negatif. Terkadang, saat emosi negatif keluar, baik itu sedih atau marah, kita tidak mau mengakuinya. Bahkan, beberapa orang merasa bahwa emosi marahnya adalah hal yang buruk. Jika ini terjadi, cobalah mengakui bahwa emosi tersebut nyata. Daripada berkata "aku merasa buruk karena marah", lebih baik berkata "aku marah dan itu tidak apa-apa". <h3>3. Meditasi </h3>Meditasi akan membawa Anda ke "tempat yang lebih tenang". Soalnya, <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/tips-meditasi-mudah-buat-pemula-tidak-pakai-ketiduran-1648520784534" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">meditasi</a> melibatkan latihan pernapasan yang membuat otak bekerja lebih baik dan bisa fokus pada diri sendiri. Selain meditasi, sensasi yang sama juga bisa Anda dapatkan melalui latihan yoga. <h3>4. Berbicara pada Orang yang Tepat </h3>Meski tujuan dari self compassion adalah berfokus pada diri sendiri, kehadiran orang lain juga penting untuk memberikan validasi atas diri kita. Namun, bicaralah pada orang yang tepat. Soalnya, orang yang salah hanya akan membuat Anda merasa tertekan dan merasa bahwa kebahagiaan harus sesuai dengan ekspektasi mereka. Lain halnya ketika Anda berbicara pada orang yang benar-benar mengenal Anda. Mereka akan membuat Anda merasa tidak sendiri dan dihargai. Itulah beberapa cara mempraktikkan self compassion dan manfaatnya. Sobat Altea yang merasa sangat stres dan butuh pertolongan profesional, jangan ragu untuk video call psikolog AlteaCare, ya! Anda juga bisa gunakan fitur Emotional Healing yang ada di beranda aplikasi. Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan segera buat janji dengan dokter andalan! Sumber: <ul><li>Self Compassion. Diakses pada Februari 2023. Definition of Self-Compassion </li><li>Positive Psychology. Diakses pada Februari 2023. What Is Self-Compassion and What Is Self-Love? </li><li>Terese Eriksson, Linnea Germundsjö, Elisabeth Åström, dan Michael Rönnlund. (2018). Mindful Self-Compassion Training Reduces Stress and Burnout Symptoms Among Practicing Psychologists: A Randomized Controlled Trial of a Brief Web-Based Intervention. Frontiers in Psychology, Volume 9 </li><li>Stanford Medicine. Diakses pada Februari 2023. The Scientific Benefits of Self-Compassion </li><li>Positive Psychology. Diakses pada Februari 2023. How to Practice Self-Compassion: 8 Techniques and Tips </li></ul>

Pengertian dan Cara Lakukan Self Compassion. Bisa Atasi Stres!

Meditasi bisa jadi salah satu teknik relaksasi yang ampuh untuk stres - AlteaCare | Foto: Freepik

Salah satu cara healing yang ampuh untuk meredakan ketegangan akibat rutinitas sehari-hari adalah relaksasi. Ada beberapa teknik relaksasi yang bisa Anda praktikkan di rumah. Ketika mendengar kata "relaks", yang terbayang di benak kita pasti tentang ketenangan, leyeh-leyeh sambil nonton televisi, atau nongkrong santai bersama teman-teman. Ya tidak salah, sih! Namun, maknanya tidak sesempit itu, ya! Relaksasi adalah metode yang kita gunakan untuk menghadapi stres setiap harinya. Metode ini bisa digunakan dalam jangka waktu pendek atau panjang. Bahkan, relaksasi juga bisa menjadi terapi pendukung bagi orang yang mengalami gangguan kesehatan jantung, misalnya. Soalnya, saat dalam kondisi relaks, detak jantung dan tekanan darah lebih terkendali. Selain itu, relaksasi juga bisa membuat lebih fokus dan menjaga kesehatan mental. Pertanyaannya, bagaimana cara agar tubuh dan pikiran kita relaks? Yuk, pelajari teknik relaksasi berikut ini! <h2>7 Teknik Relaksasi yang Ampuh Redakan Stres </h2>Rasa stres bisa muncul setiap hari. Mulai dari kemacetan saat ke kantor, dikejar target oleh atasan, hingga bunga cicilan KPR yang terus meningkat. Nah, supaya bisa mengelola emosi lebih baik, Anda bisa melakukan beberapa teknik relaksasi berikut ini. <h3>1. Latihan Pernapasan </h3>Teknik relaksasi pertama yang bisa Anda coba adalah melatih pernapasan. Cara melatih pernapasan pun sangat mudah. Anda tinggal mengikuti langkah berikut secara rutin: <ol><li>duduk dan bersila </li><li>pejamkan mata dan lupakan rutinitas untuk sesaat </li><li>tarik napas perlahan, lalu tahan selama lima detik </li><li>keluarkan napas perlahan sambil menghitung sampai lima hingga seluruh napas keluar habis </li><li>ulangi latihan ini selama lima menit </li></ol>Menurut penelitian yang dimuat Frontiers in Human Neuroscience, latihan pernapasan menstabilkan detak jantung, sehingga jantung dan saluran pernapasan jadi lebih sehat. Sementara itu, stabilnya kondisi kondisi jantung dan saluran pernapasan juga bisa berpengaruh positif pada sistem saraf, sehingga bisa lebih relaks. <h3>2. Melatih Ketenangan dalam Imajinasi </h3>Untuk melakukan latihan ini, Anda harus mencari tempat yang sunyi dan sepi. Lalu, lakukanlah langkah berikut: <ol><li>tenangkan pikiran </li><li>bayangkan pemandangan, tempat, atau pengalaman yang membuat Anda senang dan tenang </li><li>jika diperlukan, putarlah audio yang mendukung agar suasana tenang, seperti bunyi air terjun, gerimis di sore hari, </li><li>kicauan burung di pegunungan, atau deburan ombak di pinggir pantai </li></ol>Penelitian yang dimuat Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine menyebutkan, latihan ini sangat efektif menenangkan hati dan meredakan stres. <h3>3. Relaksasi Otot Progresif </h3>Relaksasi otot progresif adalah terapi yang digunakan untuk mengencangkan sekaligus mengendurkan otot yang tegang. Tujuan dari latihan ini adalah membantu kita mengendalikan kondisi fisik dan psikis. Terapi ini dapat dilakukan dengan beberapa langkah berikut: <ul><li>duduk dan bernapas secara perlahan </li><li>angkat jari kaki ke atas, lalu lepaskan. Tegangkan ke arah ke bawah, tahan beberapa detik, lalu lepaskan </li><li>kencangkan otot betis, lalu lepaskan </li><li>kencangkan otot paha, tahan beberapa detik, lalu lepaskan </li><li>kepalkan tangan, tahan beberapa detik, lalu lepaskan </li><li>tarik napas hingga dada "tertekan", tahan beberapa detik, lalu lepaskan </li><li>angkat bahu, tahan beberapa detik, lalu lepaskan </li><li>kerutkan bibir, tahan beberapa detik, lalu lepaskan </li><li>buka mulut lebar-lebar, tahan beberapa detik, lalu lepaskan </li><li>tutup mata, tahan beberapa detik, lalu lepaskan </li><li>angkat alis, tahan beberapa detik, lalu lepaskan </li></ul>Berdasarkan penelitian, latihan ini dapat mengurangi gejala depresi dan gangguan kecemasan. Selain itu, latihan relaksasi otot progresif juga dapat meningkatkan kesehatan orang yang memiliki gangguan jantung koroner. <h3>4. Meditasi </h3>Latihan <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/tips-meditasi-mudah-buat-pemula-tidak-pakai-ketiduran-1648520784534" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">meditasi</a> mirip dengan latihan pernapasan dan imajinasi. Bedanya, meditasi menekankan agar pikiran Anda fokus pada apa yang terjadi saat ini, bukan mengkhawatirkan masa depan atau masa lalu. Menurut penelitian, meditasi terbukti dapat membantu kita menenangkan pikiran dan mengurangi <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/apa-itu-overthinking-yang-bikin-lelah-mental-fisik-1663563145001" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">overthinking</a>. Untuk belajar bermeditasi, Anda dapat mencoba cara berikut ini: <ol><li>duduk bersila </li><li>arahkan fokus pada pernapasan </li><li>rasakan semua sensasi yang mengalir di tubuh (detak jantung, aliran pernapasan, dan lain-lain) </li><li>lupakan penyesalan dan kekhawatiran </li></ol>Jika perlu, putar musik khusus untuk meditasi. Anda bisa mencarinya di berbagai platform streaming, semisal Youtube atau Spotify <h3>5. Pemeriksaan Tubuh </h3>Metode ini gabungan dari latihan pernapasan dan relaksasi otot. Jadi, setelah melakukan latihan pernapasan mendalam, arahkan fokus pikiran pada otot-otot yang terasa nyeri atau pegal belakangan ini. Mulailah dari satu otot, lalu berpindah ke otot pelan-pelan. Dalam pikiran, Anda bayangkan sedang melepaskan rasa tegang pada bagian-bagian tersebut. Teknik seperti ini bisa meningkatkan kesadaran akan hubungan antara tubuh dengan pikiran. <h3>6. Yoga atau Taichi </h3>Latihan yoga bertujuan melatih pernapasan dan mengendurkan otot-otot yang tegang. Soalnya, latihan yoga melibatkan gerakan fisik serta pengendalian pernapasan. Gerakan fisik dalam latihan yoga dan taichi dapat meningkatkan kelenturan dan keseimbangan tubuh. Sementara, latihan pernapasan akan melatih Anda lebih fokus dan berpikir lebih jernih. <h3>7. Terapi Suara </h3>Sebagian terapis kerap merekomendasikan terapi suara untuk membuat tubuh dan pikiran kita relaks. Dalam praktiknya, terapi suara melibatkan beberapa elemen, misalnya <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Umum/artikel/tak-cuma-bikin-happy-inilah-7-manfaat-musik-untuk-kesehatan-1655823459068" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">mendengarkan musik</a>, menyanyi, berdansa, dan meditasi. Terapi suara pun ada banyak jenisnya. Ada mendengar musik sambil meditasi, mendengar musik sambil menari, mendengar musik sambil melihat gambar, dan lain-lain. Sejumlah peneliti meyakini musik dapat pengaruhi sensor dan kognitif pada otak. Area inilah yang berperan dalam ketenangan, kecemasan, dan fokus kita. Itulah beberapa teknik relaksasi yang bisa Anda coba. Jika Anda membutuhkan terapi untuk menenangkan kecemasan, pakai fitur Emotional Healing di aplikasi AlteaCare saja! Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan segera buat janji video call konsultasi dengan dokter andalan! Sumber: <ul><li>Mayo Clinic. Diakses pada Maret 2023. Relaxation techniques: Try these steps to reduce stress </li><li>NHS. Diakses pada Maret 2023. Breathing exercises for stress </li><li>Andrea Zaccaro, et al. (2018). How Breath-Control Can Change Your Life: A Systematic Review on Psycho-Physiological Correlates of Slow Breathing. Frontiers in Human Neuroscience, 12: 353 </li><li>Loren Toussaint, et al. (2021). Effectiveness of Progressive Muscle Relaxation, Deep Breathing, and Guided Imagery in Promoting Psychological and Physiological States of Relaxation. Evidence-Based Complementary and Alternative Medicine, 2021: 5924040 </li><li>Healthline. Diakses pada Maret 2023. The Benefits of Progressive Muscle Relaxation and How to Do It </li><li>Harvard Health Publishing. Diakses pada Maret 2023. Six relaxation techniques to reduce stress </li><li>Lili Naghdi, MD CCFP; Heidi Ahonen, PhD MTA; Pasqualino Macario, DC; dan Lee Bartel, PhD. (2015). The effect of low-frequency sound stimulation on patients with fibromyalgia: A clinical study, 20(1): e21–e27 </li></ul>

7 Teknik Relaksasi untuk Meredakan Stres. Coba di Rumah!

Mengubah pola pikir bisa membantu Anda bangkit dari keterpurukan - AlteaCare | Foto: viarprodesign/Freepik

Pada titik tertentu, semua orang pernah membuat kesalahan dan berujung pada kegagalan, bukan? Meski begitu, dunia tetap berjalan. Kita tidak boleh terus sedih dan harus bangkit dari keterpurukan agar bisa semangat dalam menjalani hidup. Gagal sekali, dua kali atau berkali-kali adalah hal yang sangat wajar, yang penting kita bisa ambil pelajaran dari kegagalan tersebut, lalu bangkit dan semangat. Seperti halnya di pertandingan sepak bola, ketika tim kita sudah kalah telak, harus memikirkan dan menyusun strategi yang tepat agar bisa mengejar ketertinggalan. Dalam dunia psikologi seseorang yang bisa bangkit dari keadaan yang terpuruk atau kegagalan disebut sebagai resiliensi. Arti resiliensi juga bisa dikatakan sebuah kemampuan mental yang tangguh dalam menghadapi situasi apa pun. Ternyata, untuk memiliki kemampuan resiliensi yang tinggi dan bisa bangkit dari keterpurukan akibat masalah yang dihadapi, ada beberapa hal yang perlu dilakukan. Simak selengkapnya di sini! <h2>Tips Bangkit dari Keterpurukan </h2>Memang tidak mudah ketika hidup sedang berada di titik nadir. Namun, kita harus bangkit dari keterpurukan demi hidup yang lebih baik ke depannya. <h3>1. Terkoneksi dengan Orang Lain </h3>Saat kita berada di situasi yang buruk, tak jarang kita mengurung diri di rumah dan tidak ingin bertemu dengan siapapun. Padahal, bertemu orang lain, terutama orang yang kita cintai, bisa membantu untuk bangkit dari keterpurukan dengan memberikan bantuan. Bantuan tersebut bisa berupa waktu, perhatian, dan saran yang solutif agar bisa keluar dari masalah yang sedang dihadapi. Maka dari itu, membangun circle pertemanan yang baik sangat penting, sebab mereka akan terus bersama kita walaupun kita sedang merasa kesulitan. Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/manfaat-circle-pertemanan-buat-kesehatan-bisa-jadi-obat-1666939827292" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Manfaat Circle Pertemanan Buat Kesehatan. Bisa Jadi "Obat"!</a> <h3>2. Mengubah Mindset </h3>Supaya tidak terjebak pada kegagalan yang sama, kita harus belajar dari pengalaman, dan mengubah pola pikir kita. Kita jangan menganggap bawa kegagalan adalah akhir dari segalanya, yang perlu kita pikirkan adalah bagaimana kita belajar dari kegagalan tersebut, dan jadikan pengalaman yang berharga. Orang yang tangguh tidak akan membiarkan pikiran negatif menghalangi usahanya. Mereka selalu berusaha untuk berpikir positif. Jadi, pastikan kita juga selalu bicara dengan diri sendiri secara positif. Jika kita mengubah pola pikir seperti itu, ke depan membuat kita akan jauh lebih baik. Jika kegagalan datang kembali, kita bisa dengan mudah menyiasatinya. Sebab, hal ini membuat kita terbiasa menghadapi kegagalan dan menjadikan mental kita lebih resiliens atau tangguh. <h3>3. Terus Berharap </h3>Tidak ada cara lain lagi selain berharap di tengah keterpurukan. Dalam ilmu psikologi, harapan menjadi salah satu hal yang penting dan harus ada dalam hidup. Sebab, harapan bisa jadi obat sekaligus penyemangat. Bahkan, Randy Travis, seorang musisi terkenal yang mengalami stroke berat, bisa mendapatkan suaranya kembali hanya dengan memiliki harapan untuk berjuang demi masa depannya. <h3>4. Berpikir Positif </h3>Melansir dari John Hopkins Medicine, berpikir positif memberikan energi yang baik ke tubuh. Punya pikiran yang optimis dan positif membuat masalah yang kita hadapi menjadi lebih ringan. Namun, pikiran positif tidak berarti mengabaikan masalah yang ada dan melihat hanya pada hal-hal yang baik saja, ya. Ini lebih ke arah memahami bahwa segala yang menghalangi Anda saat ini sifatnya sementara dan Anda pasti mampu menghadapinya. Jadi, kita akan lebih melihat masalah atau kegagalan tersebut menjadi energi untuk diri kita jauh lebih baik. <h3>5. Merawat Diri </h3>Mental yang kuat dan tangguh berkaitan juga dengan fisik yang sehat. Maka dari itu, merawat diri dengan baik adalah kunci untuk mendapatkan fisik dan mental yang sehat. Cara merawat diri juga sederhana. Misalnya, makan yang sehat dan bergizi, tidur yang cukup, dan rutin olahraga.Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/7-tanda-anda-harus-pergi-ke-psikolog-jangan-tunda-lagi" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">7 Tanda Anda Harus Pergi ke Psikolog. Jangan Tunda Lagi!</a><h3>6. Jangan Terlalu Serius </h3>Ketika datang masalah, terkadang kita mendramatisirnya, seolah masalah yang dihadapi sangatlah berat. Maka dari itu, kita perlu sedikit rileks dan jangan terlalu serius terhadap masalah tersebut. Cobalah untuk seperti komedian, berpikir kalau peristiwa atau kejadian yang buruk pasti ada bagian lucunya, lalu ceritakan ke orang terdekat. Itulah beberapa cara untuk bangkit dari keterpurukan yang bisa dilakukan. Jika Sobat Altea merasa masalah yang dihadapi sekarang sulit untuk mendapati jalan keluarnya, jangan ragu untuk curhat dengan Psikolog berpengalaman di AlteaCare. Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare </a>di sini dan atur jadwal konsultasi segera! Sumber: <ul><li>Cleveland Clinic. Diakses pada November 2022. How To Build Mental Strength and Toughness </li><li>Mayo Clinic. Diakses pada November 2022. Resilience: Build skills to endure hardship </li><li>University Health Center. Diakses pada November 2022. 6 Ways to Develop Resilience for Better Mental Health </li><li>Yeager, D., S., &amp; Dweck, C., S. (2012). Mindsets That Promote Resilience: When Students Believe That Personal Characteristics Can Be Developed. Educational Psychologist, Volume 47, Issue 4 </li></ul>

6 Cara untuk Bangkit dari Keterpurukan Saat Hidup Sedang Sulit

People pleaser adalah sikap yang perlu dihindari - AlteaCare | Foto: wayhomestudio/Freepik

Kalau diurut satu per satu, ada banyak ciri orang yang menyebalkan. Tidak hanya orang yang sering berutang atau kentut sembarangan, people pleaser adalah salah satu orang yang masuk daftar tersebut. Pasti Sobat Altea punya teman yang sering merasa tidak enakan? Sudah diberi tahu tidak perlu sungkan untuk menolak sesuatu, tapi orangnya masih ngeyel. Apalagi, kalau diminta orang lain untuk melakukan sesuatu, langsung diterima saja tawarannya, tanpa dipikirkan kembali. Padahal, dirinya sendiri mungkin kewalahan.Orang yang sulit mengatakan tidak atau cenderung tidak enakan untuk menolak sesuatu disebut sebagai&nbsp;people pleaser.Lalu, apakah jadi&nbsp;people pleaser adalah sikap tepat dan merupakan hal yang baik?Yuk, kita simak penjelasannya tentang people pleaser di sini!<h2>Apa itu People Pleaser?</h2>Menjadi orang baik dan disukai menjadi keinginan setiap orang. Namun, terkadang niat baik yang diinginkan seseorang terjebak pada sikap&nbsp;people pleasure&nbsp;.Menurut Psikolog Susan Newman, people pleasure adalah kecenderungan ingin menyenangkan orang lain, mendahulukan kepentingan orang lain dibandingkan kepentingan diri sendiri.Ini semua dilakukan agar disukai, diandalkan, dan diterima di segala hal.Seseorang&nbsp;people pleaser rela melakukan apa pun agar tidak mengecewakan orang di sekitarnya, meski ini bertentangan dengan apa yang dirasakan. Dampaknya, sikap ini bisa membuat mudah stres dan cemas.Jadi, bisa dikatakan, menjadi seorang people pleaser adalah hal yang harus dihindari. Sebab, people pleaser ketika dihadapkan dengan suatu pilihan, jawabnya selalu oke-oke saja atau mengikuti suara terbanyak. Bayangkan jika dihadapkan suatu pilihan yang rumit dan risikonya besar, kita tidak mungkin berharap orang ini untuk mengambil keputusan.Tidak hanya bisa merugikan orang lain, sebenarnya people pleaser juga bisa merugikan diri sendiri.Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/sering-merasa-kesepian-ini-dampaknya-bagi-fisik-dan-jiwa" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Sering Merasa Kesepian? Ini Dampaknya Bagi Fisik dan Jiwa!</a> <h2>Berhenti Menjadi People Pleaser</h2>Seperti yang Sobat Altea tahu, bahwa people pleaser adalah sebuah sikap yang bisa dibilang tidak baik untuk dilakukan. Untuk menyiasatinya terapkan beberapa cara ini.<h3>1. Tetapkan Prioritas</h3>Ketahui skala prioritas agar Anda bisa membagi waktu dan energi untuk berbagai hal dalam hidup, termasuk yang berkaitan dengan kebutuhan Anda sendiri. Mencurahkan diri untuk orang lain bukan berarti Anda lantas tidak pedulikan kesehatan, tujuan hidup, impian, serta tanggung jawab pribadi. Jangan biarkan rasa takut atau insecure malah membuat Anda jadi people pleaser.<h3>2. Bangun Self-Esteem </h3>Identifikasikan tujuan dan temukan nilai-nilai yang perlu diutamakan dalam hidup Anda sendiri. Lalu, kembangkan diri Anda sesuai dengan hal tersebut. Dengan begitu, Anda tidak akan tergoda untuk selalu berorientasi pada orang lain maupun minta persetujuan dari mereka. Anda juga tidak perlu menunggu ada pujian dari orang lain untuk merasa dihargai dalam hidup ini. <h3>3. Tidak Perlu Sungkan</h3>Karena people pleaser adalah orang yang ingin disukai oleh orang lain, maka tidak heran jika mereka selalu terima apapun yang diberikan.Maka dari itu, untuk tidak menjadi people pleaser dengan tahu batasan kemampuan diri. Lalu, komunikasikan batasan tersebut, utarakan secara spesifik sejauh mana yang bisa dilakukan.Jika diminta terlalu banyak, jangan ragu untuk menolaknya, beritahukan kalau hal tersebut di luar batas kemampuan.Dengan cara ini kita bisa memastikan bahwa kita memiliki kendali atas apa yang kita kerjakan. <h3>4. Stop Overthinking</h3>Seperti yang kita tahu bahwa tanda orang yang memiliki sikap people pleaser adalah selalu memikirkan perasaan orang lain.Misalnya saja, ketika kita menolak teman mengajak jalan-jalan. Kita tidak perlu sampai berpikir, “apakah dia akan benci saya?” atau “bagaimana kalau saya nanti tidak diajak pergi lagi?.”Berhenti memikirkan tersebut. Sebab, kita akan mudah terpenjara oleh asumsi yang sebenarnya tidak atau belum terjadi.Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/8-cara-mengurangi-overthinking-agar-mental-tetap-sehat-1663563943773" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">8 Cara Mengurangi Overthinking agar Mental Tetap Sehat</a><h3>5. Punya Prinsip Tegas</h3>Menjadi benar kata pepatah ulung, hidup itu harus punya prinsip. Jika tidak, kita bisa kehilangan arah dan kita sulit memahami diri sendiri. Kita akan terjebak pada ikut atau mengikuti orang lain, dan sadar atau tidak, kita menjadi seorang people pleaser.Maka dari itu, kita harus bangun prinsip sendiri, bukan dari orang lain. Misalnya, “saya tidak perlu terbuka terhadap siapa pun” dan “saya tidak ingin mencampuri urusan orang lain”.Itulah penjelasan kenapa people pleaser adalah sikap yang harus kita hindari.Jika Sobat Altea memiliki sikap ini dan sulit untuk melepaskan rasa tidak enakan, jangan ragu untuk curhat dengan Psikolog berpengalaman di Altea Care, dengan memilih fitur Emotional Healing di aplikasi.Rahasia jadi terjamin karena curhat melalui video call dan bisa dilakukan dari rumah.Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> di sini dan atur jadwal sesi konseling dengan Psikolog sekarang! Sumber:<ul><li>PsychCentral. Diakses pada Oktober 2022. 18 Tips to Stop Being a People-Pleaser</li><li>Psychology Today. Diakses pada Oktober 2022. How I Learned to Stop Being a People-Pleaser</li><li>Verywell Mind. Diakses pada Oktober 2022. How to Stop Being a People-Pleaser</li><li>Verywell Mind. Diakses pada Oktober 2022. </li><li>Straight Talk Counseling. Diakses pada Oktober 2022. How to Stop People Pleasing and Start Becoming Authentic</li></ul>

People Pleaser adalah Sifat Menyebalkan, Hindari dengan Ini!

Gangguan kesehatan mental bisa diatasi dengan rehabilitasi psikiatri - AlteaCare | Foto: DCStudio/Freepik

Ketika seseorang mengalami gangguan kesehatan mental, psikiater atau psikolog biasanya akan merekomendasikan untuk mengikuti terapi dan rehabilitasi psikiatri. Hasil dari rehabilitasi ini tidak instan karena memerlukan proses. Rehabilitasi psikiatri adalah proses pemulihan yang harus dijalani seseorang yang mengalami gangguan kesehatan mental hingga akhirnya nanti siap beraktivitas seperti sedia kala. Rehabilitasi bertujuan mempersiapkan orang untuk dapat kembali hidup di tengah masyarakat maupun di komunitas sekitarnya. Dalam prosesnya, terapi ini melibatkan berbagai tenaga ahli, mulai dari psikiater, psikolog, konselor, ahli nutrisi, hingga dokter spesialis lain. Dengan begitu proses pemulihan bisa berlangsung secara menyeluruh, baik dari segi kejiwaan maupun fisiknya. Sebab, sebagian orang dengan gangguan kesehatan mental dapat juga mengalami berbagai penyakit fisik, sehingga fungsi tubuhnya pun tidak normal.Namun, tidak semua orang dengan gangguan kesehatan mental pasti memerlukan rehabilitasi. Sebagian orang bisa kembali pulih dengan menjalani terapi dan mengonsumsi obat dari dokter. Hanya saja, sebagian lainnya memang perlu menjalani rehabilitasi sebagai bagian akhir dari siklus perawatannya.Pertanyaannya, seperti apa proses yang harus dilewati saat menjalani terapi psikiatri? Yuk, simak paparan lengkap berikut ini! <h2>Seperti Ini Proses Rehabilitasi Psikiatri </h2>Saat menjalani proses pemulihan, ada beberapa tahapan yang perlu dilalui, yaitu:. <h3>1. Konsultasi </h3>Sebelum memasuki tahap terapi, psikiater atau psikolog akan melakukan pemeriksaan awal, dengan cara mengajak mengobrol untuk mengetahui kondisi kita saat ini. Selain itu, psikolog atau psikiater juga akan berbicara dengan anggota keluarga kita untuk mengetahui apa yang menjadi kelebihan dan ketertarikan kita. Kemudian, terapis juga akan mengedukasi anggota keluarga agar memiliki pemahaman dan ekspektasi yang realistis terhadap kondisi kita. Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/5-persiapan-penting-sebelum-ke-psikolog-supaya-lebih-efektif-1675253327780" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">5 Persiapan Penting Sebelum ke Psikolog Supaya Lebih Efektif</a> <h3>2. Merencanakan Proses Pemulihan </h3>Sebagai langkah kedua, psikolog akan membuat rencana pemulihan agar akhirnya kita bisa kembali seperti semula. Dalam tahap ini, Anda akan dibantu untuk mencapai beberapa hal berikut: <ul><li>mengetahui apa tujuan Anda untuk kembali pulih </li><li>memahami secara spesifik apa saja yang perlu dilakukan untuk mencapai tujuan tersebut </li><li>menyusun jadwal rutinitas sehari-hari dan juga rencana kegiatan jangka panjang </li><li>mencatat perubahan serta perkembangan yang dicapai terkait kondisi mental </li><li>mengenali berbagai pemicu stres maupun momen yang bisa memperburuk kondisi mental </li></ul><h3>3. Latihan agar Fokus pada Keunggulan Diri </h3>Ketika mengalami gangguan kesehatan mental, kita sering kali berfokus pada kelemahan. Makanya, dalam rehabilitasi, terapis akan mencoba melatih kita untuk berfokus pada keunggulan dalam diri. Pelatihan yang digelar lembaga rehabilitasi berorientasi untuk meningkatkan beberapa hal berikut: <ul><li>mental yang tangguh </li><li>kemampuan menyelesaikan masalah </li><li>rasa percaya diri </li><li>bemampuan bersosialisasi </li><li>kemampuan mengendalikan stres </li></ul><h3>4. Pelatihan Life Skill </h3>Supaya siap kembali ke masyarakat dan komunitas, kita juga perlu dibekali berbagai skill. Soalnya, banyak orang dengan gangguan kesehatan mental mengalami penurunan dalam hal produktivitas dan keterampilan hidup. Nah, melalui pelatihan, kita akan mendapat pengetahuan sekaligus mempraktikkannya, agar nantinya bisa bertahan di dunia kerja yang kompetitif. Di luar itu, pelatihan ini juga dapat meningkatkan rasa percaya diri dan kualitas hidup kita. <h3>5. Melibatkan Keluarga </h3>Lembaga penyedia layanan rehabilitasi tidak bisa bekerja sendiri. Sejumlah terapis biasanya melibatkan keluarga dalam proses rehabilitasi.&nbsp;Peran keluarga sangat penting dan berdampak positif bagi proses rehabilitasi.Tujuannya agar orang yang menjalani rehabilitasi tetap mendapat dukungan moral dari keluarga hingga program selesai. Bentuknya antara lain adalah: <ul><li>memastikan orang yang direhabilitasi taat mengonsumsi obat yang diberikan dokter </li><li>mengenali ketika gangguan psikologis yang dialami kambuh lagi </li><li>membantu melatih skill yang telah dipelajari saat di rumah </li><li>menemani saat ke support group </li></ul>Penelitian menyebutkan, intervensi dari keluarga sangat efektif untuk mengurangi kemungkinan "kumat" dan meningkatkan fungsi orang yang direhabilitasi secara psikososial. <h3>6. Latihan Sosialisasi </h3>Salah satu hal penting agar peserta rehabilitasi siap kembali beraktivitas seperti semula adalah melatih cara bersosialisasi. Biasanya, materi yang dilatih adalah beberapa hal berikut: <ul><li>berdialog </li><li>menyelesaikan masalah dengan orang lain </li><li>membangun persahabatan </li><li>berinteraksi dengan komunitas dan keluarga </li></ul>Nah, materi-materi tersebut biasanya disampaikan melalui beberapa metode, termasuk video demonstrasi, permainan role-play, mengerjakan studi kasus, dan pekerjaan rumah. Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/stop-sebar-stigma-tentang-gangguan-kesehatan-mental" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Stop Sebar Stigma Tentang Gangguan Kesehatan Mental</a> <h2>Siapa yang Perlu Rehabilitasi Psikiatri? </h2>Tidak hanya orang dengan gangguan kesehatan mental parah yang berhak menjalani rehabilitasi. Rehabilitasi psikiatri juga disarankan untuk kelompok orang berikut: <ul><li>orang dengan gangguan kesehatan mental dan tidak dapat menjalankan rutinitas secara baik penyandang disabilitas </li><li>orang yang merasa membutuhkan dukungan secara mental </li><li>orang yang tidak memiliki sumber daya dan lingkungan yang mendukung untuk menjalankan rutinitasnya secara normal </li></ul>Itulah sejumlah tahap dan proses dalam rehabilitasi psikiatri. Sobat Altea yang masih membutuhkan informasi lebih lanjut seputar program rehabilitasi ini, jangan ragu untuk sampaikan melalui video call dengan psikolog maupun psikiater di AlteaCare. Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan segera buat janji dengan para ahli! <span style="color: rgb(0, 0, 0); initial-font: Inter, sans-serif; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: rgb(255, 255, 255); text-decoration-thickness: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-color: initial; float: none; display: inline !important;">Sumber:<br style="box-sizing: border-box; color: rgb(0, 0, 0); initial-font: Inter, sans-serif; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: rgb(255, 255, 255); text-decoration-thickness: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-color: initial; font-size: 16px;"><ul><li><span style="color: rgb(0, 0, 0); initial-font: Inter, sans-serif; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: rgb(255, 255, 255); text-decoration-thickness: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-color: initial; float: none; display: inline !important; font-size: 12px;">Mental Health Care Centre. Diakses pada November 2022. What is Psychiatric Rehabilitation: Things You Must Know<br style="box-sizing: border-box; color: rgb(0, 0, 0); initial-font: Inter, sans-serif; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: rgb(255, 255, 255); text-decoration-thickness: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-color: initial; font-size: 16px;"></li><li><span style="color: rgb(0, 0, 0); initial-font: Inter, sans-serif; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: rgb(255, 255, 255); text-decoration-thickness: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-color: initial; float: none; display: inline !important; font-size: 12px;">Whit Swan Foundation. Diakses pada November 2022. What is psychiatric rehabilitation?<br style="box-sizing: border-box; color: rgb(0, 0, 0); initial-font: Inter, sans-serif; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: rgb(255, 255, 255); text-decoration-thickness: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-color: initial; font-size: 16px;"></li><li><span style="color: rgb(0, 0, 0); initial-font: Inter, sans-serif; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: rgb(255, 255, 255); text-decoration-thickness: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-color: initial; float: none; display: inline !important; font-size: 12px;">Mental Health. Diakses pada November 2022. Recovery Is Possible<br style="box-sizing: border-box; color: rgb(0, 0, 0); initial-font: Inter, sans-serif; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: rgb(255, 255, 255); text-decoration-thickness: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-color: initial; font-size: 16px;"></li><li><span style="color: rgb(0, 0, 0); initial-font: Inter, sans-serif; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: rgb(255, 255, 255); text-decoration-thickness: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-color: initial; float: none; display: inline !important; font-size: 12px;">Very Well Mind. Diakses pada November 2022. What Is Psychosocial Rehabilitation?<br style="box-sizing: border-box; color: rgb(0, 0, 0); initial-font: Inter, sans-serif; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: rgb(255, 255, 255); text-decoration-thickness: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-color: initial; font-size: 16px;"></li><li><span style="color: rgb(0, 0, 0); initial-font: Inter, sans-serif; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: rgb(255, 255, 255); text-decoration-thickness: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-color: initial; float: none; display: inline !important; font-size: 12px;">Wulf Rossler. (2006). Psychiatric rehabilitation today: an overview. World Psychiatry, 5(3): 151–157<br style="box-sizing: border-box; color: rgb(0, 0, 0); initial-font: Inter, sans-serif; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: rgb(255, 255, 255); text-decoration-thickness: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-color: initial; font-size: 16px;"></li><li><span style="color: rgb(0, 0, 0); initial-font: Inter, sans-serif; font-style: normal; font-variant-ligatures: normal; font-variant-caps: normal; font-weight: 400; letter-spacing: normal; orphans: 2; text-align: left; text-indent: 0px; text-transform: none; white-space: normal; widows: 2; word-spacing: 0px; -webkit-text-stroke-width: 0px; background-color: rgb(255, 255, 255); text-decoration-thickness: initial; text-decoration-style: initial; text-decoration-color: initial; float: none; display: inline !important; font-size: 12px;">Ajit Avasthi. (2010). Preserve and strengthen family to promote mental health. Indian Journal of Psychiatry, 52(2): 113–126 </li></ul>

Proses Rehabilitasi Psikiatri yang Harus Anda Tahu

Silent treatment terkadang dilakukan untuk memanipulasi orang lain - AlteaCare | Foto: azerbaijan_stockers/Freepik

Boleh saja kita marah saat menghadapi orang yang menyebalkan. Namun, silent treatment tidak boleh dijadikan solusi untuk kondisi seperti ini.Sebagai manusia yang hidup bersama manusia lain, pastinya kita pernah punya masalah ataupun bertengkar dengan orang lain, bukan? Nah, ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk menyelesaikan masalah. Ada yang mengajak bertemu, salah satu mengalah, lalu berkompromi. Di samping itu, ada juga sebagian orang yang memilih melancarkan silent treatment. Opsi seperti ini sering diterapkan dalam berbagai jenis hubungan, baik itu pertemanan, keluarga, maupun di dunia kerja. Namun, jurus mendiamkan orang lebih sering dilakukan seseorang terhadap pasangannya. Seperti apa kira-kira silent treatment itu dan apa yang bisa kita lakukan untuk mengatasinya? Yuk, simak penjelasan di bawah ini! <h2>Apa Itu Silent Treatment? </h2>Silent treatment adalah kondisi ketika seseorang menolak berkomunikasi secara verbal dengan orang lain, bahkan menganggapnya seolah-olah tidak ada. Sederhananya, seseorang mendiamkan orang lain dalam kurun waktu tertentu. Tujuannya biasanya adalah untuk mengendalikan dan memanipulasi orang lain, sehingga keinginannya lantas dipenuhi. Beberapa alasan lain kenapa seseorang melakukan silent treatment adalah: <ul><li>menghindari interaksi dengan orang lain </li><li>tidak dapat cara mengekspresikan perasaan, tapi ingin orang lain tahu ia sedang marah </li><li>ingin “menghukum” seseorang</li></ul>Perlu disadari, perilaku semacam ini sebenarnya termasuk ke dalam kekerasan emosional. Hanya saja, korbannya sering tidak menyadari hal tersebut. Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/6-kekerasan-dalam-pacaran-yang-tidak-boleh-ditoleransi" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">6 Kekerasan dalam Pacaran yang Tidak Boleh Ditoleransi!</a> <h2>Dampak Silent Treatment pada Hubungan </h2>Silent treatment bisa berpengaruh buruk pada orang lain, terutama pasangan. Soalnya, perilaku ini akan mematikan komunikasi. Menurut penelitian, dengan sengaja memutus komunikasi sama saja dengan menambah konflik dalam hubungan. Tanpa adanya komunikasi, kita juga menutup kemungkinan penyelesaian masalah. Selain itu, aksi diam ini juga bisa membuat korban merasa dikucilkan dari interaksi sosial. Saat merasa terabaikan, korban pun bisa jadi tambah rendah diri dan tidak menyayangi dirinya. <h2>Kapan "Pendiaman" Bisa Dianggap Bentuk Kekerasan? </h2>Sebagian orang mungkin memilih aksi diam karena tidak tahu cara menyelesaikan masalahnya. Namun, sebagian lain memang sengaja mendiamkan dan inilah yang dapat masuk sebagai bentuk kekerasan. Silent treatment bisa dikatakan sebagai salah satu kekerasan jika pelakunya sudah sampai tahap ini: <ul><li>bermaksud menyakiti orang lain dengan mendiamkannya </li><li>diam dalam waktu yang sangat lama </li><li>mulai berkomunikasi hanya saat ia mau </li><li>berbicara kepada orang lain seperti biasa, namun tidak pada orang yang sedang didiamkan </li><li>mencari dukungan dari orang lain untuk membenarkan tindakannya </li><li>ingin membuat pasangannya merasa bersalah </li><li>bertujuan manipulasi pasangan dan memaksanya mengubah perilaku </li></ul><h2>Cara Mengatasi Silent Treatment </h2>Meski kita sudah sakit hati akibat aksi diamnya, bukan berarti kondisi tidak bisa berubah. Kita bisa lakukan beberapa hal berikut untuk mengatasi pasangan atau orang yang melakukan silent treatment. <h3>1. Berinisiatif Mengajak Berkomunikasi </h3>Silent treatment bisa berakibat tertutupnya ruang komunikasi dan pemecahan masalah. Nah, cegah ini dengan mulai pelan-pelan mengajaknya berkomunikasi. Sampaikan bahwa sikap diamnya sangat menyakiti hati kita dan bahwa bukan hal seperti ini yang kita inginkan dalam hubungan. <h3>2. Memberikan Ruang </h3>Siapa pun yang melakukan silent treatment, baik pasangan, rekan kerja, atau teman, berikan sedikit ruang baginya. Sebab, bisa jadi aksi diam ini dilancarkan karena sedang emosi. Tunggu sampai emosinya mereda dengan mengalihkan pikiran kita ke hal lain yang lebih produktif, semisal membaca buku, olahraga, dan lain-lain. <h3>3. Tawarkan Solusi </h3>Ketika kita berhasil melihat permasalahan yang memicu munculnya perilaku silent treatment, ajak bicara dan tawarkan solusi. Dengarkan juga pandangannya terhadap solusi yang kita tawarkan. Dengan begitu, kita dan orang tersebut dapat menemukan jalan tengah. Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/self-love-itu-penting-inilah-cara-agar-bisa-mencintai-diri-sendiri-1676383045662" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Self Love Itu Penting, Inilah Cara Agar Bisa Mencintai Diri Sendiri</a> <h3>4. Bersikap Tegas </h3>Ketika pendiaman yang dilakukan orang lain terasa keterlaluan, kita harus berani menyatakan sikap demi kelanjutan hubungan dan juga diri kita sendiri. Beberapa hal yang bisa kita lakukan adalah: <ul><li>menegaskan perilaku mana yang bisa ditoleransi dan tidak </li><li>menyatakan bahwa perilaku yang kita terima sudah melewati batas </li><li>bila pelakunya adalah pasangan kita, ajaklah untuk melakukan konseling pasangan dengan psikolog </li></ul>Jika setelah berbagai upaya dilakukan ternyata tidak ada perubahan, pertimbangkan untuk meninggalkan orang tersebut. Hal ini berlaku untuk hubungan cinta, pertemanan, dan rekan kerja. Itulah yang dimaksud silent treatment dan cara mengatasinya. Sobat Altea yang sedang butuh teman bicara karena kondisi psikologis sedang tidak baik-baik saja, jangan takut bercerita dengan psikolog andalan di AlteaCare, ya. Anda bisa gunakan fitur Emotional Healing yang ada di aplikasi AlteaCare dan meluangkan waktu untuk menjalani terapi dengan ahlinya. Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan segera buat janji dengan psikolog! Sumber: <ul><li>Medical News Today. Diakses pada Desember 2022. Is the silent treatment a form of abuse? </li><li>Lauren M. Papp, Chrystyna D. Kouros, dan E. Mark Cummings. (2011). Demand-Withdraw Patterns in Marital Conflict in the Home. Personal Relationships, 16(2): 285–300. </li><li>Nezlek, J. B., Wesselmann, E. D., Wheeler, L., &amp; Williams, K. D. (2012). Ostracism in everyday life. Group Dynamics: Theory, Research, and Practice, 16(2), 91–104. </li><li>Healthline. Diakses pada Desember 2022. How to Respond When Someone Gives You the Silent Treatment </li></ul>

Memahami Silent Treatment, Dampak dan Cara Mengatasinya

Cara menghadapi orang yang ingin bunuh diri adalah dengan memvalidasi perasaannya - AlteaCare | Foto: Freepik

Tidak mudah memang, hidup bersama orang terdekat mengalami gangguan psikologis, bahkan sampai punya keinginan bunuh diri. Kita perlu pendekatan berbeda saat menghadapi orang yang ingin bunuh diri. Badan kesehatan dunia WHO mencatat, lebih dari 700 ribu orang meninggal setiap tahunnya akibat bunuh diri. Lebih mengerikannya lagi, mayoritas korban berusia 15-29 tahun. Ini adalah bukti bahwa kesehatan mental perlu dapat perhatian khusus dan masalahnya harus ditangani bersama. Sebelum dapat mencegah orang yang hendak bunuh diri, kita perlu tahu terlebih dulu alasan di balik motivasi tersebut. Sebagian orang bisa berniat demikian karena memiliki gangguan kesehatan mental, pernah jadi korban perundungan, terlilit masalah finansial, baru patah hati, maupun didera sakit yang berkepanjangan. Untuk menghadapi mereka, kita tidak bisa sembarangan dan perlu pendekatan khusus. Yuk, pelajari cara menghadapi orang yang ingin bunuh diri dengan tepat dan empatik berikut ini! <h2>6 Cara Menghadapi Orang yang Ingin Bunuh Diri </h2>Beberapa tips ini bisa dilakukan saat berbicara dengan orang yang punya niat mengakhiri hidupnya: <h3>1. Lebih Banyak Mendengarkan </h3>Saat tahu teman atau saudara terlibat masalah, biasanya kita segera bereaksi dengan memberi saran ini dan itu. Sebaiknya, hindari dorongan seperti ini, Sobat Altea! Cobalah untuk lebih banyak mendengarkan ceritanya, agar Anda dapat memahami kondisi hati dan pikiran teman tersebut. Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/8-cara-menghilangkan-keinginan-bunuh-diri-jangan-putus-asa" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">8 Cara Menghilangkan Keinginan Bunuh Diri. Jangan Putus Asa!</a>	 <h3>2. Tetap Ada untuk Dia </h3>Salah satu pemicu bunuh diri adalah perasaan kesepian dan terisolasi dari dunia luar. Cegah timbulnya perasaan tersebut dengan lebih sering menemaninya. Anda tidak perlu memberinya petuah dan nasihat. Kehadiran Anda saja sudah cukup membuatnya merasa hangat. <h3>3. Bertanya dengan Hati-hati</h3>Saat melihat gejala <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/depresi-1656385494520" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">depresi&nbsp;</a>pada teman, hindarilah memberi pertanyaan yang berkesan menghakimi. Tunjukkan empati dan pancing dia untuk curhat. Misalnya, dengan menanyakan beberapa hal berikut: <ul><li>"Apa yang membuat kamu sakit hati?" </li><li>"Apa yang bisa aku bantu?" </li><li>"Mengapa hal ini menyiksa untuk kamu?" </li><li>"Apakah kamu berpikir untuk mengakhiri hidup?" </li></ul>Biarkan teman mengungkapkan isi hatinya dan dengarkan tanpa banyak berkomentar. <h3>4. Jauhkan dari Alkohol </h3>Orang yang sedang depresi cenderung mudah melarikan diri ke minuman beralkohol. Mereka pikir, kondisi mabuk bisa meredakan stres atau mengalihkan pikiran dari beban yang sedang dirasakan. Padahal, sebenarnya kandungan dalam minuman beralkohol justru dapat mengganggu sistem saraf, yang ujung-ujungnya malah makin memicunya untuk mengakhiri hidup. Maka dari itu, saat berkunjung ke rumah atau kos teman Anda yang mengalami depresi, diam-diam periksalah apakah dia menyimpan botol minuman beralkohol. Jika ya, bujuk dia untuk menyingkirkannya. <h3>5. Validasi Perasaannya </h3>Perasaan yang tidak dihargai atau disepelekan berpotensi memperburuk gangguan depresi. Lebih bahayanya lagi, hal ini bisa berawal dari hal-hal yang menurut banyak orang itu biasa saja. Misalnya: <ul><li>orangtua yang menganggap kerja keras anaknya biasa saja </li><li>orang yang merahasiakan hubungan asmaranya dari teman-teman karena malu atau gengsi </li><li>tidak diterima di lingkungan pertemanan </li></ul>Nah, saat melihat teman yang menunjukkan gejala depresi dan memiliki keinginan bunuh diri, cara terbaik adalah memberi validasi pada perasaannya, lalu tunjukkan bahwa masih ada harapan buatnya. Misalnya dengan berkata: <ul><li>"Iya, aku mengerti, semuanya memang sulit buat kamu" </li><li>"Aku percaya kamu" </li><li>"Aku mengerti perjuangan kamu selama ini" </li></ul>Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/7-ciri-toxic-family-dan-cara-menghadapinya-1660640620521" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">7 Ciri Toxic Family dan Cara Menghadapinya</a> <h3>6. Membujuknya Minta Bantuan Profesional </h3>Sebagai teman, Anda bisa mendorongnya berobat ke profesional, baik itu psikolog atau psikiater. Dengan terapi yang diberikan oleh profesional, motivasi bunuh diri bisa diredam. Biasanya, psikolog atau psikiater akan menerapkan terapi perilaku dialektika atau terapi perilaku kognitif. Terapi tersebut bertujuan mengubah cara berpikir dan bersikap seseorang. Itulah hal-hal yang dapat Anda lakukan ketika menghadapi orang yang ingin bunuh diri. Sobat Altea yang saat ini memiliki seorang teman atau anggota keluarga yang tengah dalam kondisi psikologis kurang baik, ajak mereka untuk berkonsultasi dengan psikolog di AlteaCare. Anda juga bisa membantunya memiliki fitur Emotional Healing yang ada di aplikasi, agar ia bisa mendapatkan terapi yang berkelanjutan. Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan segera buat janji dengan psikolog! Sumber: <ul><li>Mind. Diakses pada September 2022. Suicidal feelings </li><li>WHO. Diakses pada September 2022. Suicide </li><li>BeThe1To. Diakses pada September 2022. How and Why The 5 Steps Can Help </li><li>Raffaella Calati, et al. (2019). Suicidal thoughts and behaviors and social isolation: A narrative review of the literature. Journal of Affective Disorders, 245:653-667 </li><li>Maurizio Pompili, et al. (2010). Suicidal Behavior and Alcohol Abuse. International Journal of Environmental Research and Public Health, 7(4): 1392–1431 </li><li>Pablo Méndez-Bustos, et al. (2019). Effectiveness of Psychotherapy on Suicidal Risk: A Systematic Review of Observational Studies. Frontiers in Psychology </li><li>Active Minds. Diakses pada September 2022. 3 V-A-R Steps: Validate, Appreciate, Refer </li></ul>

Cara Menghadapi Orang yang Ingin Bunuh Diri. Beri Empati!

Cara menghilangkan keinginan bunuh diri perlu dibantu oleh ahlinya - AlteaCare | Foto: jcomp/Freepik

Sobat Altea pernah mengalami depresi sampai sering berpikir yang tidak-tidak? Tentu ini bukan pengalaman yang menyenangkan. Sebelum nekat sampai mau mengakhiri hidup, cobalah tenang dulu dan berfokus menemukan cara menghilangkan keinginan untuk bunuh diri. <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/depresi-1656385494520" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Depresi</a> adalah gangguan psikologis yang serius, serta dapat berpengaruh pada pikiran dan pandangan kita. Saat dilanda depresi, kita bisa jadi sangat sedih dan hilang minat pada apa yang kita sukai. Ketika sampai pada titik terendah, depresi bisa membuat seseorang makin terjebak dalam kegelapan, hingga akhirnya muncul keinginan untuk bunuh diri. Dengan alasan apa pun, menyakiti diri sendiri, apalagi sampai bunuh diri, tidak dapat dibenarkan. Maka dari itu, sebisa mungkin kita harus melawan keinginan tersebut. Simak caranya berikut ini! <h2>8 Cara Menghilangkan Keinginan Bunuh Diri </h2>Bagi Anda yang saat ini sedang berada di titik terendah, melakukan beberapa hal berikut mungkin dapat membantu menghilangkan keinginan bunuh diri: <h3>1. Berjanji pada Diri Sendiri Tidak Akan Melakukan Apa-apa </h3>Ketika pemikiran tentang bunuh diri datang, berjanjilah pada diri sendiri untuk tidak bertindak apa pun. Ambil jarak antara pikiran dan tindakan. Lalu, katakan ini pada diri Anda sendiri, "Aku akan menunggu hingga 24 jam ke depan dan tidak akan berbuat apa-apa," atau "Ya sudah, tunggu seminggu saja, jangan berbuat apa-apa,". Ingat, pemikiran dan tindakan adalah hal berbeda. Ketika pemikiran untuk bunuh diri datang, bukan berarti hal tersebut harus Anda lakukan segera. Tidak ada deadline-nya, tidak ada yang mengharuskan Anda segera mewujudkannya. Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/8-cara-mengatasi-depresi-yang-tepat-jangan-diagnosis-sendiri-1674043560431" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">8 Cara Mengatasi Depresi yang Tepat. Jangan Diagnosis Sendiri!</a> <h3>2. Hindari Alkohol </h3>Salah besar bila Anda berpikir alkohol bisa jadi pelarian ataupun membantu mendapatkan solusi. Nyatanya, alkohol malah bisa memperparah gangguan depresi. Bahkan, menurut penelitian, pecandu alkohol berat memiliki risiko bunuh diri lima kali lipat lebih besar ketimbang social drinkers atau mereka yang minum alkohol saat bersosialisasi. Pasalnya, kandungan dalam minuman beralkohol dapat mengganggu sistem saraf pada otak. Akibat gangguan ini adalah munculnya pemikiran bunuh diri. <h3>3. Singkirkan Benda Tajam </h3>Jauhkan pandangan dari benda tajam di sekitar Anda. Bila perlu, bantuan orang yang berada di rumah untuk menyembunyikannya. Semakin sulit benda tersebut didapat, semakin kecil pula pemicu keinginan untuk bunuh diri. Bagaimana jika Anda sempat terpikir mengakhiri hidup dengan menelan banyak pil obat? Segera titipkan pil tersebut pada teman atau saudara. Biar mereka yang akan berikan pil tersebut saat Anda memang butuh meminumnya. <h3>4. Jangan Takut Bercerita </h3>Salah satu cara menghilangkan pikiran bunuh diri yang paling baik adalah bercerita pada teman terdekat. Meski tidak perlu cerita semuanya, namun setidaknya beban pikiran berkurang karena ada orang yang memahami perasaan Anda. Perlu diketahui, menurut penelitian, orang yang terisolasi secara sosial, lebih berisiko memiliki pemikiran untuk bunuh diri. Karena itu, setiap kali pikiran negatif muncul, segera cari orang terdekat yang dapat dipercaya dan bisa Anda hubungi segera. <h3>5. Cari Kesibukan </h3>Pelarian negatif, seperti alkohol dan obat-obatan terlarang, tidak akan membuat kondisi kita jadi lebih baik. Sebaliknya, kegiatan yang positif bisa menjadi pengalihan yang baik. Karena itu, coba cari aktivitas positif yang dapat menguras energi dan bikin Anda selalu sibuk. Misalnya, ikut komunitas tertentu atau lakukan kegiatan sosial tertentu. <h3>6. Berolahraga </h3>Meski bawaannya ingin tidur atau berbaring di kasur saja. Setidaknya sempatkan untuk berolahraga sejenak, setidaknya seminggu sekali. Dampaknya memang tidak langsung, namun menurut penelitian olahraga dapat menurunkan risiko bunuh diri. Sebab, olahraga bisa mengurangi gejala depresi dan membuat tidur lebih nyenyak. Nah, faktor-faktor tersebut lah yang membuat kita terhindar dari keinginan bunuh diri. <h3>7. Berani untuk Berharap </h3>Sobat Altea tahu tidak, motivator paling berpengaruh dalam hidup ini sebenarnya adalah diri Anda sendiri. Jadi, tetapkan yakinkan diri Anda sendiri bahwa harapan masih ada. Di tengah rasa sangat frustasi dan putus harapan, berilah waktu pada diri sendiri untuk melewati itu semua. Percaya bahwa semua akan bisa dilalui dan pada akhirnya Anda bisa kembali menemukan kebahagiaan dan ketenangan dalam hidup. Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/terapi-cahaya-cara-aman-atasi-depresi-ini-cara-kerjanya" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Terapi Cahaya, Cara Aman Atasi Depresi. Ini Cara Kerjanya!</a> <h3>8. Cari Bantuan Profesional </h3>Bila pemikiran untuk bunuh diri terus muncul, jangan tunda-tunda lagi. Segera cari pertolongan profesional, baik dari konselor, psikolog, atau psikiater. Jika Anda merasa tidak sanggup untuk keluar rumah, akses bantuan melalui layanan telekonsultasi. Ingat, konselor, psikolog, dan psikiater hadir untuk mendampingi Anda melalui kondisi sulit ini, bukan untuk menghakimi apa pun. Jadi, Anda bisa tenang saat berkonsultasi. Itulah sejumlah cara menghilangkan keinginan bunuh diri yang bisa Anda lakukan. Sobat Altea bisa juga gunakan fitur Emotional Healing yang ada di AlteaCare untuk bicara dengan konselor psikologis, psikolog, maupun psikiater. Jangan takut bercerita, ya! Yuk, segera gunakan <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan buat janji dengan psikolog andalan! Sumber: <ul><li>Psychiatry. Diakses pada September 2022. What Is Depression? </li><li>Help Guide. Diakses pada September 2022. Are You Feeling Suicidal? </li><li>Maurizio Pompili, et al. (2010). Suicidal Behavior and Alcohol Abuse. International Journal of Environmental Research and Public Health, 7(4): 1392–1431 </li><li>Peter S. Bearman dan James Moody. (2004). Suicide and Friendships Among American Adolescents. American Public Health Association, 94(1): 89–95 </li><li>Collin L Davidson, et al. (2013). The impact of exercise on suicide risk: examining pathways through depression, PTSD, and sleep in an inpatient sample of veterans. Suicide &amp; Life-Threatening Behavior, 43(3):279-89 </li></ul>

8 Cara Menghilangkan Keinginan Bunuh Diri. Jangan Putus Asa!

Jenis-jenis psikolog memiliki keahlian tersendiri - AlteaCare | Foto: DCStudio/Freepik

Sobat Altea pasti sudah familiar dengan profesi psikolog. Ya, orang ini yang bisa membantu kita ketika sedang mengalami masalah psikologis, baik yang ringan maupun yang cukup berat. Tapi, tahukah Anda kalau ada jenis-jenis psikolog berdasarkan fokus yang dipelajari? Secara umum, seseorang akan mendapat predikat Psikolog setelah menyelesaikan pendidikan sebagai sarjana Psikologi, kemudian dilanjutkan dengan program profesi. Nah, saat masuk ke dalam program profesi, orang tersebut akan diminta menentukan bidang peminatannya. Setelah menyelesaikan program profesi, orang tersebut akan mendapat gelar M.Psi Psikolog serta surat izin praktik psikolog dari HIMPSI (Himpunan Psikologi Indonesia). Praktiknya pun bisa dilakukan sesuai dengan bidang peminatannya. Lalu, apa saja jenis-jenis psikolog yang ada di masyarakat? Yuk, simak selengkapnya di sini! <h2>Jenis-jenis Psikolog dan Bidang Keahliannya </h2>Berikut ini adalah beberapa profesi psikolog sesuai dengan bidang peminatannya: <h3>1. Psikolog Industri dan Organisasi </h3>Jenis psikolog pertama yang sering kita temui adalah Psikolog Industri dan Organisasi. Psikolog ini berfokus pada perusahaan dan umumnya dikenal dengan sebutan Psikolog Sumber Daya Manusia (SDM) atau human resource development (HRD). Tugas utamanya adalah membantu proses pencarian karyawan sesuai dengan posisi yang dibutuhkan. Selain itu, psikolog bidang ini juga perlu menguasai hal-hal yang berkaitand dengan undang-undang ketenagakerjaan, teori pengambilan keputusan, pengembangan organisasi. Psikolog HRD juga sehari-harinya berperan dalam meningkatkan produktivitas karyawan. Caranya misalnya dengan membuat pelatihan bagi karyawan untuk meningkatkan kemampuan atau skill guna memajukan perusahaan.Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/jurus-kerja-cerdas-anti-burnout-jangan-takut-ambil-cuti-1655864502074" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Jurus Kerja Cerdas Anti Burnout. Jangan Takut Ambil Cuti!</a><h3>2. Psikolog Klinis </h3>Buat Sobat Altea yang sering konseling dengan psikolog di klinik psikologi maupun rumah sakit, mungkin pernah tahu juga profesi Psikolog Klinis. Nah, Psikolog di bidang klinis ini berperan dalam melakukan asesmen, pengamatan, serta mendampingi orang yang punya masalah kesehatan mental. Kelompok yang ditangani dari berbagai usia, mulai dari anak-anak, remaja, dewasa, hingga lansia. Psikolog Klinis juga bisa menangani gangguan psikologis yang berkaitan dengan kesehatan fisik maupun kondisi disabilitas. <h3>3. Psikolog Pendidikan </h3>Beberapa sekolah memiliki psikolog pendidikan yang secara khusus membantu siswa dalam proses pembelajaran. Beberapa masalah yang kerap ditangani adalah gangguan belajar, masalah emosional dan sosial, serta hal-hal yang berkaitan dengan faktor kognitif yang memengaruhi cara belajar siswa. <h3>4. Psikolog Sosial </h3>Di antara jenis-jenis psikolog yang ada, yang satu ini bisa dibilang mirip dengan seorang pengamat. Psikolog Sosial akan memelajari dan mengkaji perilaku dan pola pikir yang terbentuk dalam masyarakat. Contohnya: seperti apa dinamika antarpribadi dan kelompok serta tantangan sosial di masa kini. Begitu juga dengan hal-hal yang terkait dengan perilaku kelompok tertentu, persepsi publik, kecenderungan dalam aktivitas kriminal dalam masyarakat, serta masalah seperti bullying. <h2>Bagaimana Cara Psikolog Menangani Pasiennya </h2>Selama memberikan konseling, psikolog akan melakukan pengamatan terhadap klien serta mengumpulkan data yang didapatkan selama proses ini. Beberapa hal ini lain yang umumnya dilakukan oleh psikolog: <h3>1. Wawancara </h3>Wawancara yang dilakukan oleh psikolog tentu tidak seperti wartawan di televisi, ya. Namun, lebih dengan cara mengajukan pertanyaan kepada orang yang ditangani. Seorang Psikolog Organisasi sering melakukan wawancara saat menyeleksi calon karyawan yang akan masuk ke perusahaan. Dalam sesi wawancara ini Psikologi bisa menanyakan latar belakang kandidat, seperti pendidikan dan riwayat pengalaman bekerja. Wawancara juga dibutuhkan Psikolog Klinis saat mau mengkonfirmasi gangguan psikologis yang dialami oleh pasiennya. Pertanyaan-pertanyaan diberikan dan lewat jawaban yang diberikan Psikolog akan mendapatkan gambaran seputar pikiran dan perasaan orang yang ditangani. Setelahnya, ia akan mengambil kesimpulan. <h3>2. Psikotes </h3>Yang juga identik dengan jenis-jenis psikolog yang ada di sekitar kita adalah melakukan tes yang disebut psikotes atau psychotest. Psikolog klinis memberikan tes ini sebagai alat penilaian untuk mengukur dan mengamati perilaku klien, serta membantu proses pengobatan. Tesnya pun sederhana, seperti mengisi pilihan ganda atau kuesioner. Pilihan yang dijawab klien akan menentukan kondisinya. Biasanya, tes ini dapat dilakukan secara berkala untuk memastikan klien dalam kondisi yang stabil.Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/6-terapi-psikologi-terpopuler-untuk-kesehatan-mental" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">6 Terapi Psikologi Terpopuler untuk Kesehatan Mental</a>	<h3>3. Terapi </h3>Terapi adalah cara yang paling umum yang biasa digunakan psikolog dengan metode yang beragam, sesuai dengan kondisi seseorang. Dalam praktiknya, terapi yang dilakukan psikolog berfokus pada pikiran dan perasaan. Menariknya, terapi tidak harus dilakukan secara tatap muka. Sebab, sekarang Anda sudah bisa lakukan terapi secara online dengan bantuan gadget. Itulah jenis-jenis psikolog yang perlu Anda ketahui. Sobat Altea yang membutuhkan layanan psikolog, jangan ragu untuk gunakan fitur Emotional Healing di AlteaCare, ya! Yuk, gunakan <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan segera buat janji dengan psikolog andalan! Sumber: <ul><li>American Psychology Association. Diakses pada Maret 2023. Industrial and Organizational Psychology </li><li>Nidirect Government Service. Diakses pada Maret 2023. Clinical psychologist </li><li>Verywell Mind. Diakses pada Maret 2023. What Is Educational Psychology? </li><li>American Psychology Association. Diakses pada Maret 2023. All About Social Psychology </li><li>Psychology Today. Diakses pada Maret 2023. How to Interview Your Therapist </li><li>American Psychiatric Association. Diakses pada Maret 2023. What is Psychotherapy? </li></ul>

Jenis-jenis Psikolog dan Keahliannya, Cari Sesuai Kebutuhan!

Sering kesepian bisa membuat Anda lebih rentan terhadap gangguan psikologis - AlteaCare | Foto: tawatchai07/Freepik

Setiap orang pasti pernah merasa kesepian dalam hidupnya. Misalnya, ketika baru pindah ke tempat kerja baru. Atau, saat tidak diajak hangout oleh teman di akhir minggu. Beberapa tahun terakhir, rasa kesepian bisa dibilang sudah jadi salah satu gangguan kronis yang dialami begitu banyak orang. Menurut data, sekitar 20% orang berusia 16 tahun ke atas di Inggris mengaku sering kesepian. Penyebab seseorang merasa kesepian bisa cukup kompleks, mulai dari perubahan hidup, kondisi kesehatan mental, hingga rendahnya self-esteem. Selain itu, rasa kesepian juga bisa berkaitan dengan kepribadian seseorang.Yang perlu diperhatikan adalah adanya kaitan erat antara perasaan terisolasi dengan stres. Sebab, efeknya bisa buruk bagi kesehatan. Beberapa penelitian menunjukkan, selain berdampak pada emosi atau psikis, kesepian juga berpengaruh pada kesehatan fisik kita. Lalu, apa saja dampaknya kalau kita sering merasa kesepian dalam hidup ini? Yuk, simak selengkapnya di bawah ini! <h2>Dampak Bila Sering Merasa Kesepian Menurut Psikologi </h2>Sering menyendiri bukan berarti kita lantas kesepian, Sobat Altea! Sebab, kesepian lebih merujuk pada keadaan ketika kita merasa terasing dari orang di sekitar. Jadi, ini lebih merujuk pada sisi pikiran dan emosional kita. Siapa pun bisa merasa kesepian,baik tua atau muda, kaya atau miskin–semua pasti pernah merasakannya. Para ahli menggambarkan kesepian bagaikan kelaparan. Saat lapar, kita jadi ingin makan. Sementara saat kesepian, diri kita begitu menginginkan adanya interaksi sosial. Ini tidak mengherankan, sebab, bersosialisasi adalah kebutuhan dasar manusia. Sejak di zaman purba, manusia memiliki dorongan untuk hidup berkelompok agar bisa bertahan hidup. Namun, perubahan terjadi seiring dengan perkembangan zaman, terutama di masa pandemi. Penelitian di Amerika Serikat mengungkap, pandemi turut berimbas pada menurunnya jalinan persahabatan. Dalam waktu setahun saja setelah pandemi, riset mengungkap sekitar 13% wanita dan 8% pria berusia 30-49 tahun hilang kontak dengan sebagian besar temannya., Beberapa perubahan ini pun tampak akibat semakin banyaknya orang yang merasa kesepian dalam hidupnya: <h3>1. Rentan Mengalami Depresi </h3>Studi memaparkan, kondisi terisolasi secara sosial bisa berdampak pada kesehatan mental kita. Sering merasa kesepian bisa meningkatkan risiko kita mengalami gangguan kecemasan dan depresi. Selain itu, rasa sepi ini pada akhirnya bisa meningkatkan kecenderungan untuk bertindak nekat, misalnya saja bunuh diri. Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/serupa-tapi-tak-sama-apa-perbedaan-stres-dan-depresi" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Serupa Tapi Tak Sama, Apa Perbedaan Stres dan Depresi?</a> <h3>2. Tekanan Darah Melonjak </h3>Tidak hanya makanan atau gaya hidup yang bisa bikin kita tidak sehat, kesepian juga ternyata bisa bikin tekanan darah jadi naik. Menurut sebuah studi di Antioxidants &amp; Redox Signaling, kesepian yang berlarut-larut sampai mengisolasi diri bisa memicu terjadinya hipertensi. Pada akhirnya, kita pun jadi lebih berisiko mengalami gangguan kardiovaskular, seperti penyakit jantung dan stroke. <h3>3. Penurunan Fungsi Otak </h3>Kondisi ini sebenarnya wajar bila dialami seiring bertambahnya usia. Tapi, termasuk tidak normal bila kita mengalaminya akibat merasa kesepian yang berkepanjangan. Menurut studi, sering merasa kesepian bisa berpengaruh pada struktur otak manusia. Bila seharusnya satu sel dengan lainnya saling terhubung, ikatan sel malah jadi melemah. Sementara penelitian di Frontiers in Psychology menyebutkan, kesepian bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami demensia atau pikun sebesar 15-64%. <h3>4. Diabetes </h3>Sering terisolasi membuat orang jadi tambah stres. Sementara itu, kondisi stres berkepanjangan salah satunya juga bisa membuat kadar gula darah jadi meningkat. Mengutip Healthline, ternyata ada hubungan antara orang yang kesepian dengan kondisi tidak terkontrolnya kadar gula darah. Semakin lama seseorang dalam kondisi ini, semakin tinggi peningkatan kadar gula darah, sehingga jadi lebih rentan mengalami diabetes tipe 2. <h3>5. Menurunkan Fungsi Imun </h3>Emosi yang tidak stabil akibat kesepian juga berpengaruh pada imun. Sebab, kondisi stres bisa memicu respons “fight or flight”, yang sama seperti ketika tubuh sedang diserang oleh kuman dari luar. Sebagai perlindungan, tubuh pun lantas meningkatkan produksi monosit, yang kemudian meningkatkan peradangan dalam tubuh serta menurunkan respon antiviral. Pada akhirnya, orang yang kesepian pun jadi gampang terserang oleh virus, sehingga mudah jatuh sakit. Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Umum/artikel/8-kebiasaan-penyebab-otak-jadi-lemot-jadi-susah-fokus-1672231204827" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">8 Kebiasaan Penyebab Otak Jadi Lemot. Jadi Susah Fokus!</a> <h3>6. Lebih Sensitif </h3>Kondisi terisolasi turut berpengaruh pada metabolisme tubuh. Otak pun jadi lebih responsif dengan keadaan luar. Akibatnya, saat kita melihat orang lain akan muncul berbagai macam asumsi, yang bisa jadi ternyata tidak benar. Misalnya, ketika orang lain menunjukkan ekspresi netral saat diajak bicara, kita bisa saja menganggapnya sebagai ancaman. Akibatnya, kita merespons orang tersebut secara negatif. Itulah beberapa dampak yang bisa terjadi ketika kita sering merasa kesepian. Sobat Altea yang saat ini sedang merasa tidak tenang, cemas, ataupun tertekan akibat kesepian, jangan takut bercerita pada psikolog berpengalaman di AlteaCare, ya. Anda bisa pilih layanan konseling lewat menu Emotional Healing yang ada di aplikasi. Yuk, gunakan <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank">AlteaCare</a> dan atur jadwal dengan psikolog maupun konselor psikologis sekarang! Sumber: <ul><li>Christina R. Victor. (2021). Is Loneliness a Cause or Consequence of Dementia? A Public Health Analysis of the Literature. Frontiers Psychology </li><li>Frones Ivar. (2015). Socialization as Biological-Social Interaction. The Autonomous Child, page 79-88 </li><li>Healthline. Diakses pada September 2022. What to Know About Loneliness and Diabetes </li><li>Insider. Diakses pada September 2022. When you're lonely, your brain craves social interaction like it desires food, according to new research </li><li>Medical News Today. Diakses pada September 2022. Loneliness alters the immune system to cause illness, study finds </li><li>The New York Times. Diakses pada September. How Many Friends Do You Really Need? </li><li>Tulane University. Diakses pada September 2022. Understanding the Effects of Social Isolation on Mental Health </li><li>Xia, N., &amp; Li, H. (2017). Loneliness, Social Isolation, and Cardiovascular Health. Antioxidants &amp; Redox Signaling, 28(9): 837–851 </li></ul>

Sering Merasa Kesepian? Ini Dampaknya Bagi Fisik dan Jiwa!

Terapi cahaya bisa membantu mengatasi gangguan depresi - AlteaCare | Foto: jcomp/Freepik

Ketika mengalami gangguan kesehatan, terapi cahaya bisa Anda coba sebagai alternatif pengobatan. Anda bisa menjalani terapi ini berbarengan dengan terapi pengobatan lainnya.Terapi cahaya atau fototerapi adalah pengobatan melalui pemberian eksposur cahaya. Biasanya, terapi ini dijalankan oleh orang yang mengalami <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/depresi-1656385494520" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">depresi</a>, gangguan tidur, dan lain-lain. Terapi ini mulai dikenal luas sejak tahun 1980-an. Saat itu, terapi cahaya digunakan sebagai pengobatan seasonal affective disorder (SAD), atau sejenis gangguan depresi yang dialami pada waktu-waktu tertentu. Dalam kehidupan sehari-hari, orang dengan gangguan ini bisa mengalami masalah konsentrasi, tidak bahagia, dan sulit bersosialisasi. Dengan menjalani terapi, gejala depresi pada orang dengan SAD berkurang. Lalu, seperti terapi cahaya itu? Yuk, simak penjelasan di bawah ini! <h2>Prosedur Terapi Cahaya </h2>Terapi ini tidak mengharuskan kita ke klinik dan menjalani prosedur selama beberapa jam. Anda bisa lakukan terapi ini di rumah setelah mendapat rekomendasi dari dokter. Terapi yang direkomendasikan menggunakan alat khusus yang memancarkan cahaya LED dengan kekuatan sekira 10.000 lux. Langkah-langkah yang perlu diingat adalah: <ul><li>pastikan Anda terpapar cahaya dari alat selama 30 menit per hari </li><li>Anda bisa lakukan prosedur ini selama dua minggu </li><li>bila efeknya belum terasa, diskusikan dengan dokter sebelum tingkatkan intensitas paparan cahaya menjadi 60 menit per hari </li><li>selama menjalani terapi, Anda tetap bisa beraktivitas seperti biasa, seperti membaca, menonton, atau bekerja </li><li>pastikanlah Anda juga tidur teratur agar hasil terapi optimal </li></ul>Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/6-terapi-psikologi-terpopuler-untuk-kesehatan-mental Bagaimana Cara Terapi Cahaya Bekerja?" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">6 Terapi Psikologi Terpopuler untuk Kesehatan Mental</a> Menurut penelitian yang dimuat the Einstein Journal of Biology and Medicine, terapi cahaya bisa berdampak positif pada penderita depresi. Namun, peneliti juga masih belum dapat memastikan sejauh mana pengaruh mekanisme terapi ini terhadap kesehatan mental. Para peneliti menduga, terapi cahaya bisa berpengaruh positif karena dapat memperbaiki ritme jam biologis atau meningkatkan kadar serotonin dalam tubuh. Serotonin adalah salah satu hormon yang mengendalikan <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/ini-dia-4-hormon-kebahagiaan-dan-cara-memaksimalkannya-1658399060154" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">rasa bahagia</a>. Hormon ini sangat berperan mempengaruhi pikiran, emosi, dan mood kita. Perlu dicatat, terapi ini dilakukan dengan cara memaparkan cahaya yang terang ke mata yang dalam kondisi aktif. <h2>Manfaat Terapi Cahaya </h2>Terapi cahaya dapat membantu meringankan beberapa gejala gangguan kesehatan, sehingga kualitas hidup pun dapat meningkatkan. Berikut adalah beberapa dampak positif dari terapi cahaya: <ul><li>meningkatkan kepekaan </li><li>mood lebih terkendali </li><li>lebih energik </li><li>konsentrasi meningkat </li><li>lebih bahagia </li><li>mengurangi gejala depresi </li><li>mengurangi gejala gangguan tidur </li></ul><h2>Kelebihan Terapi Cahaya </h2>Terapi cahaya bisa jadi salah satu alternatif terapi yang dapat Anda gunakan untuk meringankan gejala gangguan kesehatan mental dan gangguan tidur. Keunggulan terapi ini dibandingkan jenis terapi lainnya antara lain adalah: <ul><li>Mudah dilakukan. Anda bisa jalani terapi ini sambil bersantai di rumah. </li><li>Aman. Terapi tidak akan memicu berbagai penyakit parah. Tidak mengganggu pengobatan utama. Anda dapat menjalani terapi ini sebagai pelengkap pengobatan lain. </li><li>Nyaman. Anda bisa melakukannya sambil bekerja, membaca, atau makan. </li></ul>Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/5-persiapan-penting-sebelum-ke-psikolog-supaya-lebih-efektif-1675253327780" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">5 Persiapan Penting Sebelum ke Psikolog Supaya Lebih Efektif</a><h2>Efek Samping Terapi Cahaya </h2>Secara umum, terapi cahaya sangat aman digunakan untuk meringankan gejala gangguan kesehatan mental. Jika sedang menjalani berbagai pengobatan lain, terapi ini pun tidak akan mengganggu efek dari pengobatan tersebut. Meski memberikan dampak baik untuk kesehatan, terapi ini ternyata tetap punya efek samping. Beberapa efek samping dari terapi cahaya adalah sebagai berikut: <ul><li>sakit kepala </li><li><a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/8-faktor-penyebab-insomnia-yang-perlu-anda-ketahui-1673334360651" target="_blank">insomnia</a> </li><li>merasa sangat lelah </li><li>mata sangat lelah </li><li>mual </li></ul>Efek samping ini biasanya akan berakhir dalam beberapa hari. Jadi, Anda tidak perlu khawatir berlebihan, ya! Namun, apabila rasanya tidak nyaman dengan efek samping terapi ini, Anda dapat mempersingkat durasi atau sedikit memberi jarak pada sumber cahaya saat melakukan terapi. Hal ini dilakukan untuk meminimalkan terjadinya efek samping. Itulah seluk-beluk mengenai terapi cahaya yang dipercaya dapat meringankan gejala gangguan kesehatan mental. Sobat Altea yang ingin mengetahui terapi yang tepat untuk meningkatkan kesehatan mental Anda, langsung video call psikolog terpercaya di aplikasi AlteaCare saja, ya! Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan segera buat janji dengan psikolog andalan! Sumber: <ul><li>Very Well Mind. Diakses pada Februari 2023. What Is Light Therapy and Is It Right For You? </li><li>The University of British Columbia. Diakses pada Februari 2023. Instructions for using a light box </li><li>Philip D. Campbell, M.Sc. (2019). Bright Light Therapy: Seasonal Affective Disorder and Beyond. The Einstein Journal of Biology and Medicine, 32: E13–E25 </li><li>Healthline. Diakses pada Februari 2023. How Does Light Therapy Treat Depression? </li><li>Very Well Mind. Diakses pada Februari 2023. What Is Light Therapy and Is It Right For You? </li></ul>

Terapi Cahaya, Cara Aman Atasi Depresi. Ini Cara Kerjanya!

Mencapai flow state bisa membuat kita lebih fokus dalam bekerja - AlteaCare | Foto: benzoix/Freepik

Sobat Altea pernah tidak, saat sedang asyik-asyiknya bekerja atau belajar, ternyata hari sudah malam dan tanpa sadar kita sudah menghabiskan waktu berjam-jam sampai lupa makan? Nah, itulah yang disebut ahli sebagai flow state. Secara umum, flow state adalah kondisi mental ketika kita merasa benar-benar fokus dan terlibat dalam aktivitas yang sedang dilakukan. Saat berada dalam keadaan seperti ini, kita merasa sangat nyaman, sehingga hilang kesadaran akan waktu dan juga lingkungan sekitar. Oleh para ahli, kondisi flow dianggap sebagai suatu keadaan ketika kesadaran kita benar-benar optimal.&nbsp;Pada setiap orang, caranya bisa berbeda-beda. Namun, hasilnya bisa membuat pencapaian kita meningkat, baik dalam bekerja, belajar, maupun saat mengeksplorasi talenta diri.<h2>Pengertian Flow State </h2>Isilah flow state diperkenalkan oleh Psikolog asal Amerika bernama Mihaly Csikszentmihalyi. Menurutnya, kondisi ini muncul saat seseorang sedang menyeimbangkan antara keterampilan yang dimiliki dengan tantangan yang dihadapinya saat melakukan sesuatu. Saat mencapai kondisi flow, kita akan dapat merasakan adanya hubungan antara tubuh, pikiran, serta tindakan kita. Beberapa dampak yang bisa didapat bila kita selalu dalam kondisi ini adalah: <ul><li>merasa lebih terlibat dan lebih mendapatkan kepuasan setelah melakukan aktivitas, sehingga lebih termotivasi melakukannya lebih baik </li><li>konsentrasi dan fokus meningkat, sehingga kita terhindar dari stres dan rasa cemas </li><li>produktivitas dan kreativitas juga meningkat, sehingga kita bisa melahirkan berbagai inovasi </li></ul>Studi menyebutkan, orang yang sering berada dalam kondisi flow cenderung punya tingkat kepuasan hidup yang lebih tinggi. Ia pun cenderung lebih bahagia dan produktif. Lalu, bagaimana caranya supaya kita juga bisa mencapai kondisi ini? Yuk, simak lebih lanjut! Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Umum/artikel/8-cara-agar-fokus-hidup-jadi-lebih-produktif-1662467233025" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">8 Cara Agar Fokus. Hidup Jadi Lebih Produktif!</a> <h2>Cara Dapatkan Flow State Setiap Hari </h2>Berikut ini beberapa cara agar kita bisa mencapai kondisi flow dalam kehidupan sehari-hari: <h3>1. Buat Tujuan yang Jelas </h3>Menetapkan tujuan yang jelas adalah langkah pertama agar bisa mencapai flow state dalam keseharian. Dengan begitu, kita bisa menemukan fokus dan lebih berusaha untuk terlibat dalam setiap aktivitas yang dijalani. Menurut studi, ketika punya tujuan yang jelas, kita bisa lebih mudah mencapai kondisi flow. <h3>2. Hindari Gangguan </h3>Ketika situasi di sekeliling menciptakan banyak distraksi, kita pun sulit untuk fokus dan terlibat dalam bekerja maupun belajar. Penelitian menunjukkan, orang yang dapat menghindari gangguan cenderung lebih bisa mencapai kondisi flow. Karenanya, mulai identifikasikan sumber gangguan utama yang suka bikin Anda tidak fokus dan temukan solusinya. Misalnya, atur ponsel dalam mode silent agar suara notifikasi tidak mengganggu saat Anda bekerja.&nbsp;Atau, coba untuk lakukan meditasi maupun terapkan konsep mindfulness.<h3>3. Seimbangkan Diri </h3>Ada dua hal penting dalam konsep flow state, yaitu skill atau kemampuan dan challenge atau tantangan. Keduanya harus seimbang agar kita bisa masuk dalam flow state. Jadi, saat mau menerima suatu tantangan, pastikan kita juga punya kemampuan yang cukup untuk menyelesaikannya.&nbsp;Sesuaikan tantangan dengan kemampuan agar tidak terlalu mudah, sehingga bisa memotivasi Anda untuk lebih fokus dalam mencapainya.Misalnya: seorang pelari akan bisa mengalami kondisi flow saat mengikuti lari maraton karena ia sudah punya kemampuan yang sepadan, seperti sering latihan dan telah mempersiapkan diri sebelum perlombaan. Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/10-pertanyaan-tentang-psikologi-yang-banyak-diajukan-orang-1673422089441" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">10 Pertanyaan tentang Psikologi yang Banyak Diajukan Orang</a> <h3>4. Ada Feedback </h3>Setelah melakukan beberapa hal di atas, selanjutnya kita juga perlu dapatkan feedback dari orang lain tentang apa yang kita kerjakan. Dengan begitu, kita akan bisa terus memperbaiki diri dan mengasah kemampuan, sehingga akhirnya bisa menemukan fokus dan lebih terlibat dalam melakukan pekerjaan. Itulah hal-hal yang perlu kita perhatikan seputar flow state dan cara mendapatkannya dalam kehidupan sehari-hari. Bila Sobat Altea termasuk sering sulit untuk fokus atau sedang ada masalah yang membuat Anda tidak bisa menjalankan kegiatan sehari-hari dengan baik, jangan takut bercerita dengan ahlinya Altea! Anda bisa coba layanan Emotional Healing yang ditawarkan oleh AlteaCare, untuk bicara dengan psikolog maupun konselor psikologis. Yuk, segera gunakan <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan buat janji dengan psikolog dan konselor andalan! Sumber: <ul><li>Medical News Today. Diakses pada September 2022. What a flow state is and how to achieve it </li><li>Verywell Health. Diakses pada September 2022. 5 Things You Can Do to Achieve Flow </li><li>Verywell Health. Diakses pada September 2022. What Is a Flow State? </li><li>Engeser, S., &amp; Rheinberg, F. (2008). Flow, performance and moderators of challenge-skill balance. Motivation and Emotion, 32, 158-172. </li><li>Csikszentmihalyi, M., Nakamura, J., &amp; Csikszentmihalyi, M. (2014). The concept of flow. Flow and the foundations of positive psychology: The collected works of Mihaly Csikszentmihalyi, 239-263. </li></ul>

Cara Dapatkan Flow State Agar Lebih Fokus dalam Bekerja

Alasan utama orang berbohong adalah menghindari masalah - AlteaCare | Foto: wayhomestudio/Freepik

Jika Sobat Altea berpikir orang yang berbohong hanya untuk keluar dari situasi yang terhimpit, belum sepenuhnya benar. Sebab, ada banyak alasan orang berbohong yang harus Anda ketahui. Berbohong bisa dibilang jadi salah satu perbuatan yang tidak dibenarkan, meskipun itu adalah kebohongan demi kebaikan. Sebab, berdasarkan ilmu psikologi berbohong adalah sebagai salah satu tanda adanya gangguan pada kepribadian seseorang, sehingga seseorang akan terus melakukan kebohongan meski tidak ada tujuan yang jelas. Maka dari itu, Anda harus memahami alasan orang berbohong agar bisa membantu Anda mendapatkan dan melihat sebuah kebenaran. Simak selengkapnya di bawah ini! <h2>Alasan Kenapa Orang Berbohong </h2>Pastinya orang berbohong punya maksud dan tujuan kenapa mereka melakukan tindakan tersebut. Berikut beberapa alasan orang suka berbohong. <h3>1. Menghindari Masalah </h3>Salah satu alasan orang berbohong adalah ingin menghindari masalah atau konsekuensi sedang berada di situasi atau kondisi yang kurang menguntungkan. Orang tersebut tahu, berkata jujur malah bisa membuatnya terkena masalah. Contohnya, ada pengusaha yang sedang di ujung kebangkrutan, lalu diminta laporan keuangan oleh pemilik modal. Dia memanipulasi angka laporan tersebut agar pemilik modal tetap memberikan bantuan dana. Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/5-ciri-khas-orang-saat-berbohong-yang-gampang-dikenali" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">5 Ciri Khas Orang Saat Berbohong yang Gampang Dikenali</a> <h3>2. Menutupi Sesuatu </h3>Menurut studi yang dikutip dari Psychology Today, sebanyak 60% alasan orang berbohong karena ingin menjaga rahasia. Misalnya, seseorang merasa tidak nyaman dengan sesuatu, tapi dia mengatakan baik-baik saja. Orang berbohong ingin melindungi perasaan dirinya agar tidak ketahuan oleh orang lain. <h3>3. Memberikan Kejutan </h3>Biasanya alasan orang berbohong juga karena sedang merancang sesuatu yang bisa mengejutkan orang lain. Misalnya, Anda berbohong pada teman kalau tidak bisa menemaninya nonton di bioskop karena sibuk. Tapi, setelah itu Anda datang ke rumahnya bersama-sama teman lainnya membawa kue dan hadiah, untuk merayakan ulang tahunnya di rumah. <h3>4. Jaga Image </h3>Tidak sedikit orang yang berbohong untuk menjaga citra baik dan statusnya di mata orang lain.&nbsp;Orang seperti ini khawatir tidak lagi dihormati jika orang lain tahu kebenarannya.Cara yang ditempuh antara lain dengan menceritakan kebohongan tentang hidupnya agar terlihat lebih berkelas. Atau, menambah-nambahkan riwayat kerjanya seolah-olah pernah berkarier di perusahaan papan atas. <h3>5. Memanipulasi Orang Lain </h3>Alasan orang berbohong lainnya adalah agar mendapatkan apa yang diinginkan. Contohnya adalah penjual barang yang menyatakan produknya awet hingga bertahun-tahun, padahal nyatanya cuma beberapa minggu saja. Orang yang berbohong dengan tujuan ingin memanipulasi orang lain, biasanya mengarah pada keuntungan untuk dirinya sendiri.Sementara itu, orang yang sering berbohong pada dasarnya punya keinginan untuk pegang kendali. Jadi, ketika kebenaran dalam situasi tertentu membuatnya jadi hilang kontrol, ia akan melontarkan kebohongan untuk mencapai kondisi yang sesuai dengan yang diinginkan.Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/ini-dia-artinya-manipulatif-dan-ciri-cirinya-jangan-terpengaruh" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Ini Dia Artinya Manipulatif dan Ciri-Cirinya. Jangan Terpengaruh!</a> <h3>6. Agar Disukai </h3>Supaya bisa jadi bagian dari kelompok, tak jarang orang yang melancarkan usahanya dengan berbohong. Saat orang lain sedang bicara, mereka bisa pura-pura tertarik, padahal sebenarnya tidak percaya. Itulah beberapa alasan orang berbohong yang harus Anda ketahui. Sobat Altea yang pernah jadi korban kebohongan orang terdekat atau tidak bisa berhenti berbohong meski tahu itu tidak benar, jangan takut bercerita dengan psikolog atau konselor psikologis terpercaya di AlteaCare, ya! Yuk, gunakan <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> untuk buat janji sesi Emotional Healing bersama psikolog andal! Sumber: <ul><li>Psychology Today. Diakses pada Januari 2023. Research Reveals the Most Common Reasons People Lie </li><li>EverydayHealth. Diakses pada Januari 2023. Understanding People Who Lie </li><li>Psych Central. Diakses pada Januari 2023. 30 Reasons Why People Lie </li><li>Verigin, B., L., Meijer, E., H., Bogaard, G, &amp; Vrij, A. (2019). Lie prevalence, lie characteristics and strategies of self-reported good liars. PLoS One, 14(12): e0225566. </li></ul>

6 Alasan Kenapa Orang Berbohong, Perlu Diketahui!

Ciri orang berbohong bisa dilihat dari bahasa tubuhnya - AlteaCare |  Foto: 8photo/Freepik

Siapa pun pasti merasa kesal, bahkan sakit hati, saat dibohongi orang, apalagi kalau orang terdekat. Nah, supaya tidak jadi korban tipu muslihat, Anda perlu pintar baca situasi dan ketahui berbagai ciri orang berbohong. Masih ingat film animasi klasik Pinokio, yang saat berbohong hidungnya akan bertambah panjang? Sayangnya, dalam kenyataan hal ini tidak terjadi. Tidak jarang kita dibohongi orang dan terbius oleh perkataannya yang manis tapi palsu. Yang menarik, studi yang dilakukan oleh para ahli dari University of Massachusetts menemukan, kebanyakan orang berbohong saat ngobrol dengan orang lain. Ini semua demi jadi orang yang disukai ataupun dianggap kompeten. Hasil studi para ahli yang dimuat di Journal of Basic and Applied Social Psychology ini mencatat, 60% orang berbohong setidaknya sekali dalam 10 menit saat mengobrol. Rata-rata kebohongan yang diucapkan antara dua hingga tiga jenis. Nah, lantas bagaimana caranya supaya kita tidak jadi sasaran kebohongan orang lain? Yuk, kenali beberapa ciri orang berbohong berikut ini! <h2>Ciri Orang Berbohong yang Umum Terlihat </h2>Secara garis besar, ada beberapa ciri-ciri klasik yang sering diperlihatkan oleh orang yang berbohong, antara lain: <h3>1. Gerakan tubuh </h3>Ciri pertama orang yang berbohong terlihat dari bahasa tubuhnya. Beberapa gerak-gerik ini sering kita dapati saat bicara dengannya: <ul><li>cenderung merundukkan tubuhnya sehingga menimbulkan kesan lebih kecil dan lebih tidak terlihat. </li><li>terlihat gelisah dan terkadang menyembunyikan tangannya saat berbicara </li><li>beberapa kali mengangkat bahu </li><li>mengusap atau bermain dengan rambut </li><li>menyentuh bibir dengan jari </li></ul>Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/ciri-ciri-pasangan-selingkuh-wajib-perhatikan-perubahannya" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Ciri-ciri Pasangan Selingkuh, Wajib Perhatikan Perubahannya!</a> <h3>2. Suara </h3>Penelitian yang dikutip di Psychology Today menyebutkan, saat berbohong nada suara kita cenderung berubah dari biasanya. Misalnya, jadi lebih tinggi atau lebih rendah dari biasanya. Sebagian orang bisa orang juga cenderung bicara lebih cepat atau lebih lambat. Selain itu, ia pun cenderung bicara panjang lebar dengan kalimat yang berbelit-belit, karena otak mereka bekerja keras untuk merangkai cerita kebohongan. <h3>3. Cerita yang Tidak Konsisten </h3>Meski saat mendengar kata-katanya terkesan meyakinkan, bila kita pikirkan lagi cerita yang disampaikan si Tukang Bohong bisa jadi tidak konsisten. Fakta-faktanya pun bisa bertolak belakang. Selain itu, banyak orang juga yang saat berbohong cenderung menambah-nambahkan ceritanya agar terkesan lebih realistis. Studi membuktikan, orang yang berbohong cenderung menambahkan detail-detail tertentu yang tidak bisa dibuktikan kebenarannya. <h3>4. Kedipan Mata </h3>Ada yang bilang, saat seseorang berbohong matanya akan cenderung melihat ke satu arah tertentu. Namun, menurut Psikolog Howard Ehrlichman, yang sudah meneliti seputar gerakan mata sejak 1970-an, melihat ke satu arah tertentu saat bicara bukanlah ciri orang berbohong. Ini lebih menandakan orang tersebut sedang berpikir dan mengingat. Studi dari University of Portsmouth, kita bisa melihat orang yang berbohong sebenarnya dari kedipan matanya. Menurut ahli, mata penipu biasanya akan berkedip lebih sering setelah mengucapkan kebohongan. Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/7-tanda-anda-harus-pergi-ke-psikolog-jangan-tunda-lagi" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">7 Tanda Anda Harus Pergi ke Psikolog. Jangan Tunda Lagi!</a> <h3>5. Tatapan Mata </h3>Secara alami, kita akan otomatis menghindari kontak mata saat berbohong. Nah, begitu juga yang dialami oleh para pembohong ulung! Hanya saja, karena sudah mengantisipasi bahwa orang akan menilai kejujuran ceritanya dengan cara menatap matanya, yang dilakukan justru sebaliknya. Para penipu ini justru berusaha menjaga kontak mata lebih lama. Itulah beberapa ciri orang berbohong yang harus Anda ketahui. Sobat Altea yang pernah jadi korban kebohongan orang terdekat dan mengalami luka batin yang masih membekas sampai sekarang, jangan takut bercerita dengan psikolog atau konselor psikologis terpercaya di AlteaCare, ya! Yuk gunakan <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan buat janji dengan psikolog atau konselor psikologis sekarang! Sumber: <ul><li>Healthline. Diakses pada September 2022. How Do I Cope with Someone Being a Pathological Liar? </li><li>Leal, S., &amp; Vrij, A. (2008). Blinking during and after lying. Journal of Nonverbal Behavior, 187-194 </li><li>Psychology Today. Diakses pada September 2022. 6 Ways to Detect a Liar in Just Seconds </li><li>Psychology Today. Diakses pada September 2022. How to Detect a Liar </li><li>University of Massachusetts. Diakses pada September 2022. UMass Amherst Researcher Finds Most People Lie in Everyday Conversation </li><li>Verywell Health. Diakses pada September 2022. What Causes Sudden Pale Skin? </li><li>Verywell Mind. Diakses pada September 2022. How to Recognize the Signs That Someone Is Lying </li></ul>

5 Ciri Khas Orang Saat Berbohong yang Gampang Dikenali

Terapi psikologi bisa membantu mengatasi masalah emosional kita - AlteaCare | Foto: pressfoto/Freepik

Seperti halnya saat tubuh kita sakit, kondisi psikologis atau mental yang sedang tidak seimbang juga perlu terapi supaya bisa dipulihkan. Ada banyak pilihan terapi psikologi yang bisa dianjurkan psikolog atau psikiater. Namun, semua tergantung pada kondisi yang dialami. Menyempatkan diri buat konseling dengan psikolog adalah langkah pertama yang harus Anda ambil ketika merasa tidak baik-baik saja. Lalu, langkah selanjutnya bergantung pada rekomendasi sang psikolog. Bisa saja psikolog menganjurkan beberapa metode latihan sederhana di rumah. Atau, bisa juga Anda direkomendasikan untuk menjalani terapi khusus. Lalu, kapan saatnya Anda butuh terapi? Menurut American Psychological Association, Anda perlu jalani terapi saat kondisi psikologis sudah mengganggu kehidupan sehari-hari, misalnya: <ul><li>selalu memikirkan cara mengatasi masalah sepanjang waktu, bahkan seharian penuh </li><li>masalah yang dihadapi memicu rasa malu dan menghindari orang lain, </li><li>kualitas hidup jadi menurun, seperti kesehatan menurun, gaya hidup buruk, mengabaikan kebersihan </li><li>prestasi di sekolah atau kantor jadi memburuk </li><li>hubungan dengan orang sekitar jadi rusak </li><li>muncul kebiasaan buruk yang baru agar bisa "mengatasi" masalahnya </li></ul>Untuk kondisi seperti ini, terapi psikologi apa yang harus dilakukan? Yuk, simak penjelasannya! <h2>6 Pilihan Terapi Psikologi Paling Populer </h2>Berikut adalah beberapa jenis terapi yang umum direkomendasikan psikolog untuk memulihkan kesehatan mental. <h3>1. Cognitive Behavior Therapy (CBT) </h3>CBT atau terapi perilaku kognitif adalah jenis terapi yang bertujuan mengubah perilaku dan sudut pandang terhadap masalah yang dihadapi. Misalnya, saat sedang stres, kita cenderung mudah pesimis dan menjadi sulit untuk menemukan pemecahan masalah. Namun, dengan CBT, kita dilatih untuk menyeimbangkan pemikiran dan meningkatkan kemampuan untuk mengatasi stres. Menurut penelitian di jurnal BioPsychoSocial Medicine, CBT tidak hanya mampu mengatasi stres dan gangguan kesehatan mental, tetapi juga psikosomatis. <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/gangguan-psikosomatik-pahami-gejala-cara-mengatasinya-1656913782733" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Psikosomatis</a>&nbsp;adalah gangguan kesehatan fisik yang timbul karena dipicu kondisi pikiran dan emosi yang tidak stabil. Sejumlah responden penelitian yang mengalami gejala kelelahan, iritasi saluran pencernaan, dan nyeri otot, dapat hidup lebih baik karena gangguannya berkurang. Selain untuk mengatasi gangguan kesehatan mental, CBT juga banyak digunakan untuk mengubah kebiasaan buruk, semisal <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/7-cara-mengatasi-kecanduan-alkohol-efektif-1663075044790" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">kecanduan alkohol</a>, narkoba, atau <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/7-cara-mengatasi-kecanduan-judi-terbaik-sudah-terbukti-1668510191705" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">judi</a>. <h3>2. Terapi Psikodinamis </h3>Terapi ini berpusat pada evaluasi diri. Dalam praktiknya, psikolog membantu Anda mengidentifikasi akar masalah, kemudian melatih Anda berpikir positif. Seperti CBT, terapi psikodinamis juga sering digunakan mengatasi gejala gangguan kesehatan mental dan perilaku berbahaya. Menurut penelitian di jurnal Frontiers in Psychology, beberapa gangguan yang bisa ditangani melalui terapi ini adalah: <ul><li><a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/gangguan-cemas-menyeluruh-1660016388288" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">gangguan kecemasan</a> </li><li><a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/depresi-1656385494520" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">depresi</a> </li><li>anak yang temperamental atau gangguan emosional </li><li><a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/bulimia-1659622667496" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">bulimia</a> </li><li>perilaku destruktif, seperti mengancam, meneriaki, dan merundung orang lain, agresif, serta perilaku sosial tidak wajar lainnya </li><li>perilaku menyakiti diri sendiri </li></ul><h3>3. Terapi Psikoanalisis </h3>Psikoanalisis adalah metode terapi yang mendorong orang untuk bicara tentang pengalaman, masa kecil, serta mimpinya. Psikoanalisis bisa merujuk pada teori maupun jenis terapi yang berdasarkan keyakinan bahwa semua orang punya pikiran, pikiran, hasrat, dan ingatan bawah sadar. Menurut American Psychoanalytic Association, psikoanalisis bisa membantu orang memahami dirinya sendiri, dengan mengeksplorasi impuls yang sebelumnya tersembunyi dalam alam bawah sadarnya. Terapi ini biasanya dijalani oleh orang dengan <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/gangguan-obsesif-kompulsif-1650450713266" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">obsessive compulsive disorder (OCD)</a> atau <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/gangguan-ansietas-fobik-1660883320684" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">fobia</a> yang ingin lebih memahami pikiran bawah sadarnya. Kita perlu beberapa kali konsultasi untuk jalani terapi ini. Selain itu, kita juga harus secara terbuka membicarakan masalah dengan psikolog. Dari situ, psikolog akan menganalisis perilaku kita berdasarkan pengalaman, pemilihan kata, pemikiran, dan perasaan kita. <h3>4. Terapi Interpersonal </h3>Terapi ini biasanya digunakan untuk pengobatan depresi. Dalam praktiknya, seseorang akan berkonsultasi selama satu jam per minggu dengan psikolog, dalam kurun waktu 12-16 minggu. Apa saja yang dilakukan dalam sesi konsultasi ini? Secara umum, mirip dengan psikoanalisis. Psikolog berusaha memetakan masalah dengan bantuan Anda. Berbekal pengalaman yang Anda ceritakan, psikolog akan membuat peringkat untuk mengurutkan masalah dari yang teringan hingga yang terberat. Lalu, dua masalah paling berat akan jadi fokus diskusi dan dicari pemecahan masalahnya. Menurut penelitian di Australian &amp; New Zealand Journal of Psychiatry, terapi ini cukup efektif dalam menangani gangguan kesehatan mental yang cukup kompleks, baik pada anak-anak dan juga orang dewasa. <h3>5. Hipnoterapi </h3>Terapi hipnosis atau hipnoterapi ini berbeda dari praktik hipnotis yang biasa kita lihat di TV, ya! <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/inilah-manfaat-dan-cara-kerja-pengobatan-hipnoterapi-1665140173155" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Hipnoterapi</a> ditujukan untuk membuat kita lebih tenang dan fokus. Caranya dengan memberikan sugesti berupa pengulangan kata dan memancing imajinasi kita. Hasilnya, kita jadi lebih bisa memahami situasi dan mengenali hal-hal pemicu stres dalam hidup. Selanjutnya, hipnoterapi mengajarkan kita cara mengendalikan ekspektasi terhadap situasi atau masalah. <h3>6. Terapi Holistik </h3>Terapi holistik merupakan terapi dengan pendekatan yang menyeluruh, baik dari segi emosional, sosial, dan spiritual seseorang. Pendekatan terapinya bisa bermacam-macam, mulai dari yang bentuk seni ekspresif (menari, musik, atau melukis), praktik teknik mindfulness seperti meditasi dan rileksasi, hingga aktivitas fisik seperti yoga atau tai chi. Tujuan akhir dari terapi ini adalah mencapai kondisi sehat baik secara fisik maupun jiwa. Terapi ini banyak disarankan untuk orang dengan gangguan kecemasan, kecanduan obat-obatan dan alkohol, gangguan emosi, rendah diri, serta stres. Itulah sejumlah terapi psikologi terpopuler dan sering direkomendasikan oleh psikolog. Sobat Altea yang merasa kondisi psikologisnya sedang kurang seimbang dan butuh saran, jangan takut bercerita dengan ahlinya di AlteaCare, ya! Anda bisa lakukan konseling dan bila diperlukan, bisa menjalani sesi Emotional Healing bersama ahli yang kompeten. Yuk, gunakan aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> untuk dapatkan layanan Emotional Healing dengan psikolog serta dokter spesialis andalan! Sumber: <ul><li>Good Therapy. Diakses pada Februari 2023. Why Should I Go to Therapy? 8 Signs It’s Time to See a Therapist </li><li>Nakao, M., Shirotsuki, K., &amp; Sugaya, N. (2021). Cognitive–behavioral therapy for management of mental health and stress-related disorders: Recent advances in techniques and technologies. BioPsychoSocial medicine, 15(1), 1-4. </li><li>Saybrook University. Diakses pada Februari 2023. 5 Different Types of Therapy in Psychology </li><li>Midgley, N., Mortimer, R., Cirasola, A., Batra, P., &amp; Kennedy, E. (2021). The evidence-base for psychodynamic psychotherapy with children and adolescents: A narrative synthesis. Frontiers in psychology, 12, 662671. </li><li>Oregon Psychoanalytic. Diakses pada Februari 2023. How Psychoanalytic Treatment Works </li><li>Web MD. Diakses pada Februari 2023. Interpersonal Therapy for Depression </li><li>Mayo Clinic. Diakses pada Februari 2023. Hypnosis </li><li>Sawni, A., &amp; Breuner, C. C. (2017). Clinical hypnosis, an effective mind–body modality for adolescents with behavioral and physical complaints. Children, 4(4), 19. </li><li>Oxford Treatment. Diakses pada Februari 2023. Holistic Therapy: Definition, Examples, and Who Can Benefit </li></ul>

6 Terapi Psikologi Terpopuler untuk Kesehatan Mental

Kekerasan dalam pacaran tidak pernah didasari oleh cinta - AlteaCare | Foto: Freepik

Kekerasan tidak hanya dialami pasangan yang sudah menikah, tetapi juga yang masih dalam tahap pacaran. Sayangnya, banyak orang tidak sadar sudah jadi korban kekerasan dalam pacaran. Sobat Altea yang saat ini punya kekasih, perlakukanlah dengan hormat meski belum menikah. Sebab, hubungan yang baik itu dibangun dari hal-hal yang baik juga. Jadi, hindari hal-hal yang merugikan pasangan hanya demi ego diri sendiri. Soalnya, menurut studi ketika kita melakukan kekerasan pada pasangan, trauma yang dialami bisa berkepanjangan dan berdampak pada kehidupannya sehari-hari. Perlu diingat juga, bentuk kekerasan dalam hubungan tidak fisik, lo. Ini dia yang bikin banyak tidak tahu bahwa yang dilakukan pasangannya itu adalah bentuk kekerasan. Lalu, tindakan apa saja yang termasuk kategori kekerasan dalam pacaran? Yuk, simak uraian lengkap di bawah ini! <h2>6 Bentuk Kekerasan dalam Pacaran yang Anda Harus Tahu </h2>Kekerasan dalam pacaran adalah segala bentuk tindak kekerasan yang dilakukan seseorang terhadap pasangan yang belum terikat hubungan pernikahan. Berikut adalah beberapa tindakan yang masuk ke dalam kategori kekerasan kepada pacar. <h3>1. Kekerasan Fisik </h3>Jenis kekerasan ini paling mudah dideteksi karena tindakan dan luka yang dihasilkan sangat nyata. Contoh kekerasan fisik yang kerap terjadi adalah menendang, memukul, menampar, menjambak rambut, menarik paksa, mencekik, hingga memukul menggunakan benda. Menurut berbagai studi, kekerasan fisik tidak hanya dilakukan oleh pria, tetapi juga oleh wanita. Namun, wanita memang korban yang lebih rentan terhadap gangguan kesehatan fisik dan mental. Mengutip beberapa penelitian, korban wanita sering menderita <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/depresi-1656385494520" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">depresi</a>, <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/gangguan-cemas-menyeluruh-1660016388288" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">gangguan kecemasan</a>, hingga "melarikan diri" ke obat-obatan terlarang. Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/7-tanda-toxic-relationship-dan-cara-mengatasinya-1655898312455" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">7 Tanda Toxic Relationship dan Cara Mengatasinya</a> <h3>2. Kekerasan Ekonomi </h3>Pernah jadi korban dari cewek atau cowok matre? Kalau ya, Anda perlu tahu kalau ini juga termasuk kekerasan ekonomi. Kekerasan ekonomi adalah bentuk kekerasan yang dilakukan dengan tujuan mengeksploitasi sumber ekonomi korban untuk kepentingan pelaku. Materi yang didapat ini lalu dihabiskan untuk beli barang mewah, makanan, berjudi, cicilan, dan lain-lain. Tidak hanya itu, pelaku juga mencoba mengendalikan uang korbannya. Biasanya, pelaku akan memberi alasan "realistis", seolah-olah ia berhak mendapat materi dari pasangannya. Dampak kekerasan ini tidak main-main, lo! Menurut penelitian di BMC Public Health, kekerasan ekonomi bisa membuat korbannya jadi depresi, cemas berlebihan, muncul ide untuk bunuh diri, dan gangguan mental lainnya. Lebih parahnya lagi, studi juga menyebut bahwa korban kekerasan secara ekonomi bisa menderita <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/gangguan-psikosomatik-pahami-gejala-cara-mengatasinya-1656913782733" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">psikosomatis</a>. Artinya, gangguan kesehatan mental bisa berpengaruh pada kesehatan fisiknya. <h3>3. Membatasi Aktivitas </h3>Apakah Anda pernah dilarang ikut kegiatan komunitas, berkumpul bersama teman, bahkan bekerja? Nah, ini juga termasuk kategori kekerasan. Hal pertama yang harus Anda lakukan adalah bertanya tujuan dari larangan tersebut. Jika dilandasi rasa cemburu, curiga, dan ingin mengatur, ini sudah termasuk pengekangan. Apalagi jika sering disertai dengan dimarahi dan diancam. Tandanya Anda harus mengakhiri hubungan! Sebab, ini bisa menghalangi Anda mengembangkan diri, baik dalam karier atau kepribadian. <h3>4. Mencaci-maki Pasangan </h3>Saat berpacaran, tentu kita ingin dengar kata-kata manis dari pasangan. Namun, jika si dia berani berkata kasar, ini berarti kekerasan verbal. Seperti jenis kekerasan lain, kekerasan verbal bisa berdampak buruk pada kejiwaan korban. Bahkan, menurut penelitian, jika kekerasan verbal dibarengi buruknya komunikasi antarpasangan, ada potensi pelaku akan melakukan kekerasan fisik di masa depan. Oh ya, kekerasan verbal juga tidak hanya soal cacian dan kata-kata kasar, Sobat Altea. Bila juga sering mengancam, ini juga termasuk kekerasan verbal, ya! <h3>5. Kekerasan Seksual </h3>Bila sudah alami kekerasan satu ini, selain memutuskan hubungan Anda juga harus laporkan pasangan ke polisi. Tindakan yang termasuk kekerasan seksual di antaranya adalah memeluk, mencium, meraba, dan melakukan hubungan seksual secara paksa. Begitu juga bila pasangan memaksa Anda berhubungan seksual sambil mengancam. Ini juga termasuk dalam kategori kekerasan seksual. Dampak kekerasan seksual pada korban juga sangat banyak, lo. Selain bisa terluka secara fisik, biasanya korban akan merasa malu, sedih, depresi, bermimpi buruk, sulit konsentrasi, fobia, merasa rendah diri. Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/7-ciri-ciri-hubungan-yang-sehat-perlu-dipertahankan-1655950151739" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">7 Ciri-ciri Hubungan yang Sehat. Perlu Dipertahankan!</a> <h3>6. Melampiaskan Kemarahan pada Benda di Sekitarnya </h3>Kekerasan dalam pacaran tidak selalu dilakukan secara langsung dari pelaku ke korban. Perilaku agresif terhadap sekitarnya juga termasuk. Pelaku bisa saja membanting barang, menendang kursi, meninju tembok, dan lain-lain. Perilaku ini tentu bisa membuat pasangannya jadi sangat tidak nyaman. Sebab, meski tidak jadi korban langsung, ini sebenarnya adalah bentuk intimidasi dari pelaku pada korban. Saat mengalami hal seperti itu, segera tinggalkan pelaku lalu akhiri hubungan dengannya. Itulah sejumlah bentuk kekerasan dalam pacaran yang Anda harus tahu. Sobat Altea yang pernah mengalami kekerasan saat berpacaran dan efeknya masih terasa hingga sekarang, bahkan sampai sulit melanjutkan hidup jangan takut bercerita dengan ahlinya di AlteaCare, ya! Anda bisa lakukan konseling dan bila diperlukan, bisa menjalani sesi Emotional Healing bersama ahli yang kompeten. Yuk, gunakan aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank">AlteaCare</a> untuk dapatkan layanan Emotional Healing dengan psikolog serta dokter spesialis andalan! Sumber: <ul><li>Jouriles, E. N., Choi, H. J., Rancher, C., &amp; Temple, J. R. (2017). Teen dating violence victimization, trauma symptoms, and revictimization in early adulthood. Journal of Adolescent Health, 61(1), 115-119. </li><li>Shorey, R. C., Febres, J., Brasfield, H., Zucosky, H., Cornelius, T. L., &amp; Stuart, G. L. (2013). Reactions to dating violence research: do difficulties with distress tolerance increase negative reactions?. Journal of Family Violence, 28, 479-487. </li><li>Johnson, L., Chen, Y., Stylianou, A., &amp; Arnold, A. (2022). Examining the impact of economic abuse on survivors of intimate partner violence: a scoping review. BMC public health, 22(1), 1-19. </li><li>The Medical University of South Carolina. Diakses pada Januari 2023. Abuse in Intimate Relationships: Defining the Multiple Dimensions and Terms </li><li>Hammett, J. F., Karney, B. R., &amp; Bradbury, T. N. (2021). When does verbal aggression in relationships covary with physical violence?. Psychology of violence, 11(1), 50. </li><li>Our Resilience. Diakses pada Januari 2023. Effects of Sexual Violence </li><li>Healthline. Diakses pada Januari 2023. Punching a Hole in the Wall Is a Big Deal — Here’s Why </li></ul>

6 Kekerasan dalam Pacaran yang Tidak Boleh Ditoleransi!

Ciri-ciri pasangan selingkuh biasanya terlihat jelas dari perilakunya - AlteaCare | Foto: jcomp/Freepik

Banyak orang tidak sadar telah dikhianati pasangannya hingga akhirnya melihat sendiri buktinya. Padahal, ada pasangan selingkuh itu ada ciri-ciri khasnya lo! Perjalanan asmara tidak selalu mulus, Sobat Altea. Terkadang, masalah bisa datang dan kesetiaan bisa pudar. Banyak orang kerap mengabaikan adanya gelagat aneh dari pasangan dan menganggapnya itu biasa. Padahal, bisa jadi perubahan perilaku ini menandakan pasangan sudah punya yang lain. Tidak jarang yang kemudian merasa curiga kemudian mengabaikan, kemudian baru merasa sedih dan kecewa saat terbukti pasangannya tidak setia. Sementara itu, dampak perselingkuhan sendiri sebenarnya cukup serius. Menurut ahli, perselingkuhan bisa memberi pengaruh jangka panjang, baik terhadap pasangan yang diselingkuhi maupun anak–bila hal ini terjadi dalam rumah tangga. Selain menimbulkan rasa sedih, perselingkuhan juga mengakibatkan perubahan pada otak dan perilaku seseorang. Selain itu, kondisi mental pun bisa menjadi tidak stabil akibat munculnya <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/gangguan-cemas-menyeluruh-1660016388288" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">gangguan kecemasan</a>, stres kronis, bahkan <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/depresi-1656385494520" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">depresi</a>. Kabar baiknya, perselingkuhan sebenarnya bisa dikenali sejak awal, sebab tanda-tandanya sudah bisa dicermati sejak dini. Yuk, simak apa saja ciri-ciri pasangan yang selingkuh berikut ini! <h2>Ciri-ciri Pasangan Selingkuh </h2>Beberapa perubahan ini umumnya diperlihatkan oleh pasangan yang sedang berselingkuh: <h3>1. Menyembunyikan Ponselnya </h3>Ciri-ciri pasangan selingkuh yang utama adalah bersikap lebih protektif terhadap ponsel maupun gadget komunikasi lainnya. Bila dulu pasangan bisa bebas mengakses dan melihat isi ponsel, kini semua berubah. Ponselnya tiba-tiba diberi kata sandi atau selalu dibawa ke mana pun, bahkan sampai ke kamar mandi. Selain itu, bisa jadi pasangan juga menghapuskan riwayat pencarian atau menghapus pesan. Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/nomophobia-adalah-takut-jauh-dari-ponsel-ini-tanda-tandanya-1665373957294" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Nomophobia Adalah Takut Jauh dari Ponsel. Ini Tanda-tandanya!</a> <h3>2. Tiba-tiba Sibuk </h3>Sudah berulang kali mengajak pasangan pergi bersama dan sering bilang sibuk? Nah, ini juga bisa jadi tanda-tanda pasangan sudah ada yang lain. Begitu juga jika kekasih Anda mendadak hilang dari peredaran, sangat sulit dihubungi, atau menolak bertemu dengan berbagai alasan. Sering kali, sikap menghindar ini dilakukan karena pasangan tidak nyaman berhadapan dengan Anda. Dia pun takut ditanyai soal perubahan sikapnya, ke mana saja dia, dan dengan siapa dia pergi. Tidak sedikit juga pasangan yang menghindar karena merasa bersalah sudah berselingkuh. <h3>3. Mendadak Bokek </h3>Bila pasangan tiba-tiba mengeluh tidak punya uang atau Anda mendapatinya sering banyak keluar uang dan jumlahnya tidak wajar, ini juga perlu diperhatikan. Sebab, ciri-ciri pasangan yang selingkuh lainnya adalah pengeluaran yang membengkak. Ini bisa dilihat dari seringnya dia ke ATM atau bon-bon pembelian di tempat-tempat yang tidak pernah dikunjunginya sebelumnya. <h3>4. Sering Berbohong </h3>Orang yang selingkuh selalu punya beribu-ribu alasan. Ia bisa mengelak saat ditanya, bahkan saat sudah terbukti ada tanda-tanda perselingkuhan. Misalnya, “Dia cuma teman kantor, kok” atau “Aku enggak ada perasaan dengan dia”. Ketika disudutkan dengan pertanyaan-pertanyaan lain, bisa jadi dia jadi makin gugup dan cemas, lalu berusaha mengalihkan pembicaraan.&nbsp;Tidak jarang, penjelasannya jadi tidak konsisten.<h3>5. Perubahan Cara Bicara </h3>Pasangan sebelumnya sering bersikap dan bicara dengan nada yang romantis, lalu mendadak tidak lagi? Saatnya waspada, ya! Pasalnya, ini bisa jadi pasangan sudah tidak mencintai Anda lagi sebagai pasangannya. Satu studi menarik yang dimuat di Evolutionary Psychology mengungkap, pasangan yang pernah selingkuh ternyata bisa dideteksi dari nada suaranya. Sebagai contoh, pria yang berselingkuh cenderung berubah nada suaranya menjadi lebih rendah dari biasanya. <h3>6. Selalu Membenarkan Diri </h3>Pasangan yang selingkuh juga cenderung tidak mau disalahkan dan mencari pembenaran atas sikapnya.&nbsp;Tidak jarang, ia malah berbalik menyalahkan, bahkan menuduh Anda yang selingkuh.Saat tahu bahwa dirinya dicurigai berselingkuh, pasangan bisa berkata seperti ini: <ul><li>“Informasi yang kamu dapat itu tidak benar, tidak ada hubungannya dengan kita” </li><li>"Jika kamu percaya padaku, kita tidak akan mengalami masalah seperti ini." </li><li>“Pertanyaan kamu melanggar privasiku” </li><li>“Kamu cuma cemburu saja, sih” </li><li>“Kamu pasti salah ingat, kondisinya itu tidak seperti itu.” </li></ul>Semua ini dilakukan dengan tujuan menutupi ketidaksetiaannya. Bila sudah tertangkap basah pasangan yang selingkuh tidak segan-segan membenarkan perselingkuhannya dengan berbalik mencari kesalahan Anda.Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/ini-dia-artinya-manipulatif-dan-ciri-cirinya-jangan-terpengaruh" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Ini Dia Artinya Manipulatif dan Ciri-Cirinya. Jangan Terpengaruh!</a> <h3>7. Hilangnya Keintiman </h3>Pasangan yang saling mencintai pasti tetap memertahankan keintiman mereka, baik dari sentuhan tangan, pelukan, maupun tatapan mata. Mereka juga memperlihatkan rasa percaya satu sama lain dan mau berbagi rahasia dengan yang lain. Ketika salah satu pasangan berselingkuh, keintiman emosional ini lenyap. Hilanglah kata-kata penuh kasih sayang dan pelukan hangat. Ini semua karena fokus pasangan yang selingkuh sudah berubah. Semua keintiman ini diarahkannya pada yang lain. Itulah beberapa ciri-ciri pasangan selingkuh. Sobat Altea yang mengalami luka batin maupun sedih karena berpisah dengan pasangan yang ketahuan selingkuh, jangan dipendam sendiri, ya. Bila perlu, jangan takut bercerita dengan ahlinya di AlteaCare. Anda bisa lakukan konseling dan menjalani sesi Emotional Healing bersama ahli yang kompeten.Yuk, gunakan aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> untuk dapatkan layanan Emotional Healing dengan psikolog serta dokter spesialis andalan! Sumber: <ul><li>Hughes, S. M., &amp; Harrison, M. A. (2017). Your cheatin’ voice will tell on you: Detection of past infidelity from voice. Evolutionary Psychology, 15(2), 1474704917711513. </li><li>PsychCentral. Diakses pada Januari 2023. Long-Term Psychological Effects of Infidelity </li><li>Psychology Today. Diakses pada Januari 2023. 10 Signs Your Spouse Is Cheating </li><li>Verywell Mind. Diakses pada Januari 2023. 11 Signs of Cheating </li><li>Web MD. Diakses pada Januari 2023. Signs of Cheating (a Cheating Spouse/an Affair) </li></ul>

Ciri-ciri Pasangan Selingkuh, Wajib Perhatikan Perubahannya!

Luka batin di masa kecil bisa membuat inner child kita terluka - AlteaCare | Foto: jcomp/Freepik

Hampir setiap dari kita pernah mengalami luka batin di masa kecil. Ternyata, ini bisa berdampak pada inner child kita, lo! Bila dibiarkan begitu saja, hal ini bisa pengaruhi kehidupan kita. Yang dimaksud dengan inner child adalah bagian dari kepribadian kita yang tumbuh sejak awal kehidupan kita, bahkan sejak kita masih dalam kandungan, setelah dilahirkan, dan bertumbuh besar. Inner child kita berkembang sesuai dengan tubuh kita, mulai dari bayi, balita, anak-anak hingga menjelang remaja. Dalam masa pertumbuhan ini, kita mengalami hal-hal yang menggembirakan dan juga yang menyedihkan. Yang terakhir bisa menimbulkan luka batin dan trauma di masa kecil. Sisi anak-anak ini sebenarnya tidak lenyap saat kita sudah dewasa. Karena itu, bila saat kecil kita mengalami luka batin, ini juga bisa terus menghantui saat dewasa. Dalam berbagai pembahasan, inner child lebih banyak dikaitkan dengan peristiwa traumatis atau luka batin yang dialami saat masih kecil. Bagaimana suatu kejadian buruk dapat berpengaruh saat kita mengambil keputusan.. Banyak orang yang kerap menyangkal luka batin masa lalunya dan memilih untuk menyembunyikannya. Padahal, dengan menyembunyikannya, kita justru semakin memperlihatkan sisi kepribadian tersebut. Lalu, apa sih, tanda-tanda inner child seseorang terluka dan cara mengatasinya? Yuk, simak paparan berikut ini! <h2>Tanda-Tanda Inner Child yang Terluka </h2>Orang dengan kondisi inner child yang terluka kerap memperlihatkan ciri-ciri berikut ini dalam kehidupan sehari-hari: <ul><li>sentimen atau sensitif terhadap hal-hal kecil </li><li>melakukan hal-hal yang merugikan diri sendiri, seperti sering melupakan sesuatu, menunda sesuatu yang penting, atau tidak dapat mengendalikan emosi </li><li>melarikan diri ke hal-hal negatif, seperti kecanduan alkohol, penyalahgunaan narkoba, pergaulan bebas, dan lain-lain </li><li>sulit berkomunikasi dengan anggota keluarga karena merasa takut ditolak, dikritik, dimarahi, dan lain-lain </li><li>rendah diri </li><li>perfeksionis karena selalu dikritik sejak kecil </li><li>terjebak dalam hubungan yang toxic karena tidak tahu cara menjalin hubungan yang sehat </li><li>merasa dikucilkan dari pergaulan </li><li>mengalami gangguan kesehatan mental, contohnya depresi, gangguan kecemasan, gangguan pola makan, PTSD, dan lain-lain </li></ul>Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/apa-itu-quarter-life-crisis-dan-bagaimana-cara-mengatasinya-1657295637847" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Apa Itu “Quarter Life Crisis” dan Bagaimana Cara Mengatasinya</a> <h2>Cara Mengatasi Inner Child yang Terluka </h2>Beberapa cara ini bisa dilakukan untuk memulihkan inner child yang mengalami luka batin: <h3>1. Memahami Luka Batin yang Dialami </h3>Cara pertama untuk mengatasi luka adalah dengan mengenal luka itu sendiri. Coba renungkan apa yang meresahkan Anda selama ini. Kenali apa yang membuat Anda sakit hati dan trauma. Lalu, tanyakan pada diri sendiri, apa yang sebenarnya Anda inginkan. <h3>2. Menulis untuk "Sisi Anak" Kita </h3>Setelah memahami keinginan sendiri, cobalah menulis surat untuk anak yang ada di dalam diri Anda. Tulis apa yang Anda rasakan saat kecil dari sudut pandang Anda saat ini sebagai orang dewasa. Anda dapat menulis seolah-olah sedang bicara pada orang lain. Beri pengertian pada anak dalam diri kita dan minta maaf bila perlu, karena belum bisa memenuhi apa yang ia inginkan. Hal-hal seperti akan membantu Anda dalam proses penyembuhan dari luka batin saat kecil. <h3>3. Meditasi </h3>Jika inner child semasa kecil terus membayangi, tidak ada salahnya mencoba meditasi. Menurut berbagai studi, meditasi sangat ampuh untuk mengubah cara berpikir, mengendalikan pikiran, relaksasi, dan berdamai dengan diri sendiri. Meditasi membantu kita fokus pada apa yang terjadi saat ini, bukan masa lalu atau masa depan. Dengan berpusat pada saat ini, rasa cemas jadi berkurang dan kita dapat punya kesempatan untuk lebih banyak merenung. <h3>4. Bangkitkan Kenangan Menyenangkan </h3>Memiliki inner child yang penuh beban memang dapat sangat melelahkan. Maka dari itu, tidak ada salahnya Anda mencoba bersenang-senang sesaat. Coba ingat kembali, apa saja yang dapat membuat Anda senang ketika kecil. Lalu, lakukanlah kembali. Misalnya, bermain video game, makan es krim, bercanda bersama teman, bertemu teman-teman semasa kecil dulu, dan lain-lain. Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Anak/artikel/7-tips-pola-asuh-anak-usia-prasekolah-1663159945397" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">7 Tips Pola Asuh Anak Usia Prasekolah</a> <h3>5. Healing dengan Psikolog </h3>Jika Anda tidak dapat memulihkan luka batin yang dialami sendirian, mintalah bantuan dari Psikolog Melalui terapi, psikolog akan membantu Anda mengenali diri sendiri lebih jauh lagi. Menurut penelitian, terapi juga membantu Anda meningkatkan kreativitas dalam berpikir. Nah, kreativitas berpikir ini dibutuhkan saat Anda perlu Anda beradaptasi dengan keadaan dan menemukan cara mengatasinya. Itulah ciri-ciri dan beberapa cara mengatasi inner child yang terluka. Sobat Altea yang merasa memiliki inner child yang terluka akibat trauma masa kecil, jangan takut bercerita dengan ahlinya di AlteaCare, ya! Anda bisa lakukan konseling dan bila diperlukan, bisa menjalani sesi Emotional Healing bersama ahli yang kompeten. Yuk, gunakan aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> untuk dapatkan layanan Emotional Healing dengan psikolog serta dokter spesialis andalan! Sumber: <ul><li>Integrative Child. Diakses pada September 2022. What Is An Inner Child &amp; What Does It Know? </li><li>My Therapy Assistant. Diakses pada September 2022. Do you have a wounded inner child? Here are 7 key signs </li><li>Healthline. Diakses pada September 2022. 8 Ways to Start Healing Your Inner Child </li><li>Gallegos, A. M., Crean, H. F., Pigeon, W. R., &amp; Heffner, K. L. (2017). Meditation and yoga for posttraumatic stress disorder: A meta-analytic review of randomized controlled trials. Clinical psychology review, 58, 115-124. </li><li>Carr, S. M., &amp; Hancock, S. (2017). Healing the inner child through portrait therapy: Illness, identity and childhood trauma. International Journal of Art Therapy, 22(1), 8-21. </li></ul>

Memahami Inner Child yang Terluka dan Cara Mengatasinya

Dukungan orang sekitar bisa jadi cara untuk move on dari mantan pacar- AlteaCare | Foto: Freepik

Ketika hubungan cinta sudah tidak bisa dilanjutkan, hidup harus berjalan terus. Supaya tidak terjebak dalam penyesalan soal masa lalu, kita perlu cari cara untuk move on dari mantan. Keputusan untuk melanjutkan hidup dan meninggalkan kenangan bersama mantan ini penting. Sebab, bila selalu terbayang si Mantan, aktivitas sehari-hari pun bisa terganggu. Bahkan, tak jarang kita akhirnya juga bisa stres. Memang benar, melupakan mantan pacar itu butuh waktu hingga berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah putus. Tapi, tenang. Beberapa cara ini bisa bantu kita untuk move on dari mantan pacar! Yuk, simak selengkapnya di sini! <h2>Cara untuk Move On dari Mantan Pacar </h2>Beberapa hal ini bisa dilakukan untuk membantu menghapus kenangan tentang si Mantan: <h3>1. Cari Dukungan </h3>Saat baru putus, inginnya kita mungkin mengurung diri di kamar. Tapi, ini bukan cara move on dari mantan yang disarankan. Jadi, sebaiknya jangan dilakukan. Pasalnya, mengisolasi diri justru bisa bikin kita malah jadi terus memikirkan mantan pacar. Akan lebih baik kalau kita justru membuka diri dan mencari support system dari orang terdekat. Jadi, mereka akan senantiasa mendampingi saat rasa galau dan sedih sedang kita rasakan. Sedangkan bila peristiwa putus sampai menimbulkan trauma, jangan takut bercerita dengan psikolog agar bisa dapat bantuan. Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/manfaat-circle-pertemanan-buat-kesehatan-bisa-jadi-obat-1666939827292" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Manfaat Circle Pertemanan Buat Kesehatan. Bisa Jadi "Obat"!</a> <h3>2. Lakukan Aktivitas yang Menyenangkan </h3>Lawannya galau adalah hal-hal yang bikin hati senang. Sobat Altea sepakat, ya? Karenanya, yuk kita coba lihat. Apa ada kegiatan yang sebenarnya kita suka, tapi sewaktu masih bareng di Mantan tidak bisa dilakukan. Misalnya, kita rutin hiking setiap bulan, tapi setelah pacaran tidak lagi karena mantan tidak suka kegiatan outdoor. Nah, saat sudah putus ini adalah momen yang pas buat kita untuk melakukan aktivitas itu lagi. Atau, Anda juga bisa coba gabung dengan komunitas baru yang sesuai dengan hobi. <h3>3. Cuti Dulu Dari Media Sosial </h3>Mau lupakan masa indah bersama pacar, tapi masih sering scrolling medsos? Duh, jangan, dong! Meski membuka diri dan tetap bersosialisasi adalah cara move on dari mantan yang efektif, tapi lakukan ini di dunia nyata, bukannya di media sosial, ya. Soalnya, media yang satu ini jadi sering ajang sharing dan pamer kemesraan dan romantisme bersama pasangan. Bukan tak mungkin kita makin tergoda buat stalking akun mantan. Kalau ternyata dia sudah punya pasangan baru, pasti ini bisa bikin kita jadi tidak karuan dan makin sulit melupakannya. Selain itu, media sosial juga bisa berpotensi membuat kita jadi cenderung membandingkan diri dengan pasangan lain yang masih awet pacaran. Rasa makin pilu saat melihat teman masih bersama pasangannya, sementara hubungan kita kandas. <h3>4. Tulis Jurnal </h3>Saat belum bisa menerima sudah putus dengan pasangan, hati kita pasti dalam kondisi galau. Emosi jadi tidak terkontrol, terkadang kita tidak tahu kenapa air mata mengalir begitu saja. Nah, menulis jurnal bisa membantu kita menenangkan diri. Sejumlah studi menunjukkan, kegiatan ini bisa membantu meredakan stres, menyelesaikan masalah dengan lebih efektif, dan menyehatkan tubuh kita. Jadi, kapan saja sedang teringat soal mantan, langsung tulis apa yang Anda rasakan. Salurkan perasaan terpendam lewat tulisan agar setelahnya Anda lega. <h3>5. Tinggalkan Masa Lalu </h3>Masih sering teringat mantan dan masih merasa dekat walau sudah tidak bersama? Mungkin ini karena Anda belum benar-benar move on darinya. Untuk itu, kita bisa bulatkan niat untuk benar-benar meninggalkan masa lalu dan segala yang berhubungan dengan mantan. Misalnya dengan menghapus semua kenangan yang berhubungan dengannya. Mulai dari menghapus foto-foto bersamanya di ponsel, menyingkirkan jauh-jauh barang yang pernah diberikan, hingga memutuskan pertemanan di media sosial dan memblokir nomor ponselnya. Cara ini bisa membantu kita untuk tidak lagi terpapar hal-hal yang bisa membangkitkan kenangan atau nostalgia bersamanya. Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/depresi-karena-patah-hati-begini-cara-mengatasinya-1657710446743" target="_blank">Depresi Karena Patah Hati? Begini Cara Mengatasinya</a> <h3>6. Cari Pacar Lagi </h3>Cara terakhir untuk menghapus kenangan bersama mantan adalah mencari pasangan baru. Namun, sebelum memutuskan menjalin dengan orang yang baru, pastikan hati dan pikiran kita sudah stabil. Sebab, sulit bagi kita untuk menjalin hubungan baru bila masih dibayangi oleh mantan. Itulah beberapa cara move on dari mantan pacar yang bisa dicoba Sobat Altea yang merasa sulit untuk move on setelah putus hubungan asmara, jangan takut bercerita dengan ahlinya di AlteaCare, ya! Anda bisa lakukan konseling dan bila diperlukan, bisa menjalani sesi Emotional Healing bersama ahli yang kompeten. Yuk, gunakan aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> untuk dapatkan layanan Emotional Healing dengan psikolog serta dokter spesialis andalan! Sumber: <ul><li>Everyday Health. Diakses pada Oktober 2022. How To Move On: 10 Steps For Closure After You Break Up </li><li>PsychCentral. Diakses pada Oktober 2022. How to Let Go of Past Hurts: 8 Ways to Move On </li><li>Psychology Today. Diakses pada Oktober 2022. 10 Reasons It's So Hard to Move On from Some Breakups </li><li>Psychology Today. Diakses pada Oktober 2022. 14 Ways to Heal After a Rough Breakup </li><li>Psychology Today. Diakses pada Oktober 2022. How To Let Go After Your Breakup </li><li>University of New Hampshire. Diakses pada Oktober 2022. Break Ups: How to Help Yourself Move On </li></ul>

6 Cara Move On dari Mantan Pacar yang Cepat dan Ampuh

Bahaya self diagnosis salah satunya membuat orang jadi makin stres - AlteaCare | Foto: jcomp/Freepik

Sadar tentang pentingnya kesehatan fisik dan mental adalah hal yang bagus. Namun, bukan berarti kita lantas boleh-boleh saja melakukan self diagnosis. Ini bisa berujung bahaya pada diri sendiri, lo! Yang dimaksud dengan self diagnosis atau self diagnose adalah diagnosis kondisi kesehatan mental dan fisik yang kita lakukan sendiri tanpa berkonsultasi pada dokter, psikolog, atau psikiater. Kira-kira kenapa orang melakukannya, ya? Self diagnose biasanya dilakukan seseorang karena ingin tahu apa yang terjadi pada dirinya. Secara instingtif, orang terdorong untuk mengaitkan apa yang mereka rasakan atau alami dengan apa yang mereka ketahui. Dalam hal ini adalah pengetahuan seputar gangguan kesehatan ataupun penyakit yang dibacanya dari berbagai sumber. Di era serba teknologi ini, banyak orang melakukan self diagnose berdasarkan sumber yang diperoleh dari Google dan media sosial. Memang, artikel kesehatan yang kita baca bisa memaparkan fakta-fakta seputar gejala gangguan atau penyakit tertentu. Namun, sebenarnya itu semua hanyalah gambaran umum saja. Jadi, tidak bisa dijadikan ukuran untuk menyimpulkan kondisi kesehatan kita. Apalagi kalau kita lihat saat berkonsultasi di dokter. Meski kita sudah sampaikan keluhan, dokter akan tetap lakukan pemeriksaan untuk memastikan dan menanyakan apa saja yang sudah kita lakukan atau makan sebelum sakit. Bila masih belum yakin, dokter bisa merujuk kita untuk pemeriksaan lainnya, seperti periksa darah atau urine. Singkat kata, dokter tidak semudah itu menyatakan apa penyakit kita. Perlu diketahui, ada banyak bahaya self diagnosis yang harus kita waspadai, lo! Yuk, simak selengkapnya berikut ini! <h2>5 Bahaya Self Diagnosis </h2>Bertindak gegabah dengan mencoba mendiagnosis diri sendiri bisa berpotensi menyebabkan beberapa hal berikut: <h3>1. Penyakit Asli Tidak Terdeteksi </h3>Saat melakukan self diagnose, kita akan mencocok-cocokkan gejala yang dialami dengan daftar gejala sebuah penyakit ada di internet. Nah, yang perlu kita tahu, terkadang satu gejala itu bisa berkaitan dengan beberapa jenis penyakit. Jadi, peluang salah diagnosis cukup besar. Misalnya, Anda sedang stres berat dan tidak ingin ketemu orang. Sewaktu browsing di internet, Anda baca bahwa gejala yang dirasakan itu berarti <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/depresi-1656385494520" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">depresi</a>. Apa lantas Anda depresi? Belum tentu. Sebab, gangguan kecemasan juga bisa memiliki gejala yang sama. Bahkan, bisa jadi Anda ternyata cuma stres biasa. Contoh lainnya: Anda sedang batuk-batuk dan hidung tersumbat. Setelah baca di medsos, Anda panik karena ini adalah gejala <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/COVID-19/artikel/covid-19-coronavirus-disease-of-2019" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">COVID</a>. Padahal, bisa jadi Anda cuma batuk-flu biasa. Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/8-cara-mengurangi-overthinking-agar-mental-tetap-sehat-1663563943773" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">8 Cara Mengurangi Overthinking agar Mental Tetap Sehat</a> <h3>2. Jadi Stres Sendiri </h3>Karena hanya berbekal artikel di internet tanpa konsultasi ke dokter atau psikiater, self diagnosis akhirnya bisa bikin Anda jadi stres berat. Bagaimana tidak, semakin banyak baca, sepertinya semakin berat saja penyakit yang mungkin Anda derita. Bukan mustahil Anda juga jadi kelewat khawatir soal masa depan. Misalnya, bagaimana kalau Anda kanker, sementara kuliah S2 belum selesai? Bagaimana kalau ternyata penyakit Anda tidak bisa disembuhkan sementara masih ada anak-anak usia balita yang butuh didampingi? <h3>3. Perilaku Bisa Berubah </h3>Stres berat akibat melakukan self diagnosis pada akhirnya bisa berpengaruh pada perilaku Anda. Anda bisa saja melampiaskan stres dengan cara marah-marah, mabuk-mabukan, merokok, makan berlebihan, dan lain-lain. Tentu saja perilaku ini bisa berdampak buruk, baik bagi diri sendiri maupun orang lain. <h3>4. Salah Penanganan </h3>Melakukan self diagnose juga dapat mendorong Anda untuk berusaha mengobati diri sendiri. Bisa dengan membeli obat tanpa resep dokter, mencoba berbagai jenis obat bebas di apotek, atau pengobatan alternatif. Bahkan, bisa saja Anda membiarkan gejala yang dialami begitu saja. Sementara itu, menunda atau mengabaikan perawatan bisa memperparah gejala yang Anda alami. <h3>5. Salah Minum Obat </h3>Ketika Anda berinisiatif beli obat sendiri, bagaimana dengan dosisnya? Atau, berapa lama obat itu harus diminum? Apakah obat itu bisa diminum bersama obat lain? Semua detail terkait konsumsi obat ini tidak Anda ketahui, karena tidak konsultasi dengan dokter. Akibatnya, keputusan self diagnosis ini bisa berujung Anda juga berisiko salah minum obat. Memutuskan minum obat berdasarkan info dari internet juga terkadang bisa menyesatkan. Sebab, dokterlah yang sebenarnya tahu jenis dan dosis obat apa yang paling sesuai dengan gejala serta kondisi kesehatan Anda. Salah minum obat ini bisa berakibat buruk, sebab obat-obatan mengandung bahan kimia yang berbahaya bila tidak digunakan semestinya. Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Lainnya/artikel/tebus-obat-resep-jadi-praktis-dengan-alteacare-tanpa-antre-1674628378145" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Tebus Obat Resep Jadi Praktis dengan AlteaCare. Tanpa Antre!</a> <h2>Pentingnya Konsultasi dengan Dokter atau Psikiater </h2>Tidak ada salahnya kita kita menambah wawasan seputar kesehatan fisik dan mental. Namun, saat mengalami gejala penyakit, segera periksa ke dokter. Atau, bila terkait gangguan psikologis, bisa ke psikolog atau psikiater. Inilah beberapa alasan Anda perlu berkonsultasi dengan dokter: <ul><li>Anda bisa dapat diagnosis yang tepat </li><li>Anda juga dapat rekomendasi penanganan yang tepat </li><li>dokter memantau perkembangan kesehatan dengan lebih baik </li><li>Anda didampingi saat harus ambil keputusan terkait penanganan penyakit, dokter atau psikiater akan memberikan pertimbangan berdasarkan kompetensinya </li></ul>Itulah bahaya self diagnosis dan alasan pentingnya berkonsultasi dengan profesional. Sobat Altea yang sedang alami gangguan kesehatan, hindari self diagnose dan sempatkan diri konsultasi dengan dokter. Anda bisa lakukan video call dengan dokter spesialis di AlteaCare. Selain itu, Anda juga bisa minta bantuan dari tim andalan dari Altea Manja yang akan mendampingi Anda dalam mendapatkan layanan kesehatan sesuai gejala yang sedang dialami. Yuk, gunakan aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan segera dapatkan layanan kesehatan terintegrasi sesuai dengan kebutuhan Anda! Sumber: <ul><li>Counseling Today. Diakses pada Oktober 2022. Self-diagnosis in a digital world </li><li>News Medical Net. Diakses pada Oktober 2022. The Health Risks of Self-Diagnosing Mental Disorders </li><li>Ahmed, A., &amp; Samuel, S. (2017). Self-diagnosis in psychology students. The International Journal of Indian Psychology, 5(1), 148-164. </li><li>Highland Springs Clinic. Diakses pada Oktober 2022. Dangers of Self Diagnoses </li></ul>

5 Bahaya Self Diagnosis untuk Kesehatan Mental dan Fisik

Manfaat konsultasi psikologi sangat besar untuk meningkatkan kualitas hidup - AlteaCare | Foto: Freepik

Apakah di lingkungan Sobat Altea kebiasaan pergi ke psikolog masih dianggap remeh? Nah, kalau begitu mereka mungkin belum paham benar apa saja manfaat konsultasi psikologi. Ketika merasa sedang tidak baik-baik saja, bisa jadi ini pertanda Anda butuh bantuan psikolog. Sayangnya, masih banyak orang ragu untuk datang ke psikolog. Alasan bisa beragam, mulai dari takut dapat stigma negatif, kurang paham pentingnya kesehatan mental, bingung mau cerita, biaya yang mahal, dan lain-lain. Padahal, psikolog adalah orang yang bisa kita andalkan ketika sedang hati sedang galau dan pikiran sedang kalut. Sebab, mereka bisa mendampingi kita dengan memberikan saran yang konstruktif. Tugas psikolog adalah mengidentifikasi emosi dan perilaku klien, membantu klien memaksimalkan potensinya untuk memecahkan masalah, mendiagnosis gangguan psikologis, serta membuat rencana terapi untuk klien. Lalu, apa saja manfaat yang kita dapat dari konsultasi psikologi? Yuk, simak paparan lengkapnya di bawah ini! <h2>7 Manfaat Konsultasi Psikologi untuk Kesehatan Mental </h2>Berikut adalah sejumlah manfaat konsultasi psikologi yang bisa dipertimbangkan: <h3>1. Belajar Menerima Emosi Negatif </h3>Tidak semua orang bisa menghadapi emosi negatif dengan baik, seperti rasa marah, benci, dendam, dan lain-lain. Nah, saat <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/5-persiapan-penting-sebelum-ke-psikolog-supaya-lebih-efektif-1675253327780" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">berkonsultasi dengan psikolog</a>, kita akan dilatih untuk mengendalikan emosi tersebut. Dengan demikian, kita akan dapat merasa lebih baik secara psikologis. Penelitian pun membuktikan bahwa pengendalian emosi membantu kita lebih menikmati hidup serta meredakan gejala depresi dan kecemasan. <h3>2. Melatih Berpikir Positif </h3>Selain meredakan emosi negatif, kita juga dilatih berfokus pada pikiran-pikiran positif ketika berkonsultasi dengan psikolog. Biasanya, psikolog memberikan tips mengenai terapi yang bisa kita lakukan, baik di rumah atau saat sesi konsultasi. Terapi itu bertujuan membentuk pola pikir yang positif, sehingga hidup kita pun jadi dapat lebih terkendali. <h3>3. Mengubah Perilaku </h3>Untuk menyeimbangkan kondisi mental, terkadang dibutuhkan perubahan perilaku. Itu sebabnya, psikolog kerap merekomendasikan terapi perilaku kognitif atau cognitive behavioral therapy (CBT) kepada kliennya. Menurut penelitian, terapi ini terbukti dapat membuat orang dapat mengelola stres dengan lebih baik, mengubah perilaku buruk, serta meningkatkan kesehatan mental. Biasanya, terapi ini diberikan pada pengidap depresi, orang yang kecanduan alkohol dan obat terlarang, serta mereka yang mengalami masalah rumah tangga, gangguan pola makan, gangguan kecemasan, dan lain-lain. Perlu diketahui, terapi ini hanya bisa diberikan oleh psikolog atau psikiater, ya! Jadi, sebaiknya berkonsultasi dulu agar bisa mendapatkan terapi yang tepat. <h3>4. Mengatasi Depresi </h3><a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/infografik-6-fakta-seputar-depresi-1643611890980" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Depresi</a> adalah gangguan kesehatan mental serius yang mengganggu rutinitas dan produktivitas sehari-hari. Pada akhirnya, gangguan ini bisa menurunkan kualitas hidup. Menurut penelitian, konsultasi psikologi terbukti dapat meningkatkan kualitas hidup orang yang depresi. Biasanya, perubahan signifikan dan penurunan gejala depresi mulai terasa setelah enam bulan terapi. Tidak hanya itu,, psikolog juga dapat membantu mengatasi gangguan yang biasa berkaitan depresi. Misalnya saja gangguan tidur, kecemasan, fobia, bipolar, dan lain-lain. <h3>5. Meningkatkan Kepercayaan Diri </h3>Saat kondisi mental sedang down, kita sering jadi kurang percaya diri. Karenanya, kita pun jadi kerap ragu saat harus memutuskan. Nah, dalam sesi konsultasi psikologi, psikolog akan membantu kita menemukan potensi terbaik di dalam diri. Dengan begitu kita bisa lebih tegas dalam memutuskan, serta dapat memecahkan masalah atau menyelesaikan konflik juga akan lebih baik. <h3>6. Mengidentifikasi Gangguan Kesehatan Mental </h3>Manfaat terpenting lainnya dari konsultasi psikologi adalah mengetahui pangkal masalah dari gangguan psikologis yang dialami. Bila sebelumnya kita sering coba-coba mendiagnosis diri sendiri, sebaiknya stop mulai hari ini. Sebab, besar kemungkinan kita keliru dan kondisi kita pun tidak mengalami perbaikan. Sementara bila ditangani oleh psikolog, kita akan diminta untuk menjalani sejumlah tes untuk melihat kemampuan kognitif, kondisi mental, dan perilaku kita. Hasil dari tes akan dijadikan sebagai penilaian sebelum menyimpulkan apa yang jadi masalah kita, serta bagaimana penanganan yang paling efektif.Baca juga:&nbsp;<a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/7-tanda-anda-harus-pergi-ke-psikolog-jangan-tunda-lagi" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">7 Tanda Anda Harus Pergi ke Psikolog. Jangan Tunda Lagi!</a><h3>7. Menyelesaikan Problem Hidup </h3>Depresi dan gangguan kecemasan terkesan berat buat Anda? Bagaimana dengan masalah keluarga, percintaan, hingga potensi karier dan akademis? Ini juga bisa dibantu oleh psikolog, lo! Kehadiran psikolog bisa membantu kita memahami sumber masalah, sehingga diharapkan kita dapat lebih baik dalam menemukan pemecahannya. Itulah sejumlah manfaat dari konsultasi psikologi. Sobat Altea yang mengalami berbagai masalah yang bikin hati jadi galau, sulit fokus, dan pikiran jadi terbebani, jangan takut bercerita dengan ahlinya di AlteaCare, ya! Anda bisa lakukan konseling dan bila diperlukan, bisa menjalani sesi Emotional Healing bersama ahli yang kompeten. Yuk, gunakan aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> untuk dapatkan layanan Emotional Healing dengan psikolog serta dokter spesialis andalan! Sumber: <ul><li>Alliant International University. Diakses pada Februari 2023. Responsibilities of a Clinical Psychologist </li><li>Ford, B. Q., Lam, P., John, O. P., &amp; Mauss, I. B. (2018). The psychological health benefits of accepting negative emotions and thoughts: Laboratory, diary, and longitudinal evidence. Journal of personality and social psychology, 115(6), 1075. </li><li>Seoul Counseling Center. Diakses pada Februari 2023. 5 Main Benefits of Mental Health Counseling </li><li>Nakao, M., Shirotsuki, K., &amp; Sugaya, N. (2021). Cognitive–behavioral therapy for management of mental health and stress-related disorders: Recent advances in techniques and technologies. BioPsychoSocial medicine, 15(1), 1-4. </li><li>American Psychology Association. Diakses pada Februari 2023. What is Cognitive Behavioral Therapy? </li><li>Carta, M. G., Petretto, D., Adamo, S., Bhat, K. M., Lecca, M. E., Mura, G., ... &amp; Moro, M. F. (2012). Counseling in primary care improves depression and quality of life. Clinical Practice and Epidemiology in Mental Health: CP &amp; EMH, 8, 152. </li><li>Wills, C. E., &amp; Holmes-Rovner, M. (2006). Integrating decision making and mental health interventions research: research directions. Clinical Psychology: Science and Practice, 13(1), 9. </li><li>Coe College. Diakses pada Februari 2023. Potential Benefits of Counseling </li><li>J Flowers Health. Diakses pada Februari 2023. Psychological Diagnostic Testing </li><li>Good Therapy. Diakses pada Februari 2023. Getting Help for Stress </li></ul>

7 Manfaat Konsultasi Psikologi. Mental Sehat, Stres Minggat!

Stres berkepanjangan bisa jadi salah satu tanda harus ke psikolog - AlteaCare | Foto: tirachardz/Freepik

Suasana hati yang muram, hati yang murung, atau perasaan yang sedih mungkin wajar bila dialami sesekali. Tapi, jangan diam saja kalau Anda mengalaminya sampai berminggu-minggu. Ini bisa jadi tanda Anda harus pergi ke psikolog. Kesehatan mental tidak kalah penting dengan kesehatan fisik. Sebab, jiwa yang sehat bisa mendukung tubuh jadi lebih bugar dan berfungsi lebih baik. Kalau badan sedang sakit, Anda akan datang ke dokter untuk berobat. Nah, bagaimana kalau jiwa dan pikiran yang sedang tidak stabil? Untuk itu, Anda perlu datang ke psikolog. Namun, psikolog bukanlah pesulap yang bikin semua masalah lenyap begitu saja, ya! Tugas psikolog adalah mengobservasi dan mengidentifikasi masalah serta perilaku kita. Lalu, psikolog akan menegakkan diagnosis untuk masalah yang kita alami. Psikolog juga bisa meminta kita menjalani sejumlah tes, lalu baru merekomendasikan terapi yang tepat untuk kita. Saat menyelesaikan masalah, psikolog akan membantu kita memaksimalkan potensi diri untuk mendapatkan jalan keluarnya. Lalu, apa saja tanda bahwa kita harus pergi ke psikolog? Yuk, simak paparan berikut ini! <h2>7 Tanda Anda Harus ke Psikolog </h2>Banyak orang yang sering mengabaikan kondisi mental dan jiwanya, berharap semua akan selesai sendiri. Tidak sedikit juga yang justru sering salah mendiagnosis diri sendiri. Karenanya, kita perlu lebih smart dan terlebih dulu cermati tanda-tanda dalam diri kita. Lalu, carilah pertolongan psikolog bilang mengalami kondisi ini: <h3>1. Stres Berkepanjangan </h3>Stres sebenarnya kondisi normal yang dialami semua orang dan merupakan reaksi alami tubuh saat ada ancaman atau tekanan. Namun, bila Anda sampai terus-menerus stres dalam jangka waktu lama, ini bisa karena Anda <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/4-dampak-stres-buat-kesehatan-tidak-selamanya-buruk-1649767761089" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">tidak dapat mengelola stres</a> dengan baik. Menurut studi di Annual Review of Clinical Psychology, paparan stres tinggi bisa memicu <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/depresi-1656385494520" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">depresi </a>atau <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/gangguan-cemas-menyeluruh-1660016388288" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">gangguan kecemasan</a>. Nah, untuk mengetahui dengan jelas kondisi stres Anda, sebaiknya minta bantuan pada psikolog. <h3>2. Tubuh Terus Terasa Lelah </h3>Tidak hanya jiwa yang tertekan, saat ada gangguan psikologis, fisik kita pun jadi lemah. Sebab, stres bisa bikin sistem imun menurun. Banyak penelitian membuktikan, gangguan psikologis bisa bikin kita mudah sakit. Selain itu, depresi juga sering dihubungkan dengan perubahan pada daya imunitas di dalam sel, yang kemudian bisa berdampak pada respons imun yang berkurang. <h3>3. Rutinitas Sehari-hari Terganggu </h3>Ketika kita tidak bisa menjalani rutinitas harian dengan lancar, bisa jadi itu adalah tanda kita perlu pergi ke psikolog. Sebab, ketika itu bisa dibilang hidup kita sudah disabotase gangguan kesehatan mental, sehingga cara berpikir, perasaan, dan perilaku kita pun berubah. Bila menjalani rutinitas sehari-hari saja sudah terganggu, apalagi untuk hal-hal yang butuh perhatian khusus, seperti misalnya bekerja. <h3>4. Selalu Sedih </h3>Rasa sedih sebenarnya sangat normal ketika kita sedang berduka kehilangan seseorang atau sesuatu. Namun, jika sedihnya berkepanjangan, ini bisa jadi pertanda ada yang tidak beres. Anda bisa saja sedang depresi, sebab, rasa sedih terus-menerus adalah salah satu gejala depresi yang paling terlihat. Gejala lainnya adalah perasaan hampa serta hilang minat untuk melakukan apa pun. Dalam banyak kasus, orang yang depresi juga bisa merasa rendah diri dan hilang harapan. Namun, sebaiknya semua gejala ini disampaikan pada profesional dan tidak disimpulkan sendiri, ya! <h3>5. Mengucilkan Diri </h3>Menurut sejumlah studi, orang dengan depresi cenderung mengisolasi diri dari kehidupan sosial. Tidak jarang, kondisi terisolasi ini juga meningkatkan keinginan untuk bunuh diri. Tapi, sekali lagi tidak semua orang yang tidak suka bersosialisasi lantas punya gangguan kejiwaan. Selain karena kepribadian yang introvert, mereka juga bisa saja punya sifat pemalu, rendah diri, sedang ada masalah keluarga, merasa ditolak dari lingkungan, dan lain-lain. <h3>6. Cemas Berlebihan </h3>Cemas saat ada anggota keluarga yang sakit? Itu wajar. Tapi, kalau Anda selalu khawatir berlebihan akan hal-hal yang tidak masuk akal, ini bisa jadi pertanda bahwa Anda mengalami gangguan kecemasan. Biasanya, gejala gangguan kecemasan juga diikuti oleh rasa gugup dan tegang sepanjang waktu. Untuk mengkonfirmasikan apa yang sebenarnya Anda alami, psikolog dapat meminta Anda melakukan sejumlah tes. Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/4-jenis-gangguan-kecemasan-sering-dialami-anak-anak-juga-1668593791302" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">4 Jenis Gangguan Kecemasan Sering Dialami. Anak-anak Juga!</a> <h3>7. Menyakiti Diri Sendiri </h3>Banyak orang depresi tidak tahu bahwa menyadari kondisi dirinya, sampai akhirnya keluarganya menemukannya sedang berusaha menyakiti diri sendiri. Karena itu, ketika mulai ada pikiran untuk menyakiti diri sendiri, segera cari pertolongan profesional. Sebab, munculnya pikiran seperti menandakan Anda mengalami gangguan dalam mengelola emosi, mengatasi masalah, atau masalah lainnya. Pemicu keinginan menyakiti diri sendiri tidak hanya akibat gangguan psikologis. Namun, bisa juga dipicu dari adanya orang di sekitar yang pernah melakukan hal serupa, trauma, maupun sedang di bawah pengaruh alkohol dan obat-obatan terlarang. Dengan bantuan profesional, Anda akan bisa belajar untuk mengatasi pikiran-pikiran buruk itu dan mengalihkannya ke hal-hal yang lebih positif. Itulah sejumlah tanda jika Anda harus pergi ke psikolog. Sobat Altea yang merasa kondisi psikologisnya sedang kurang seimbang dan butuh saran, jangan takut bercerita dengan ahlinya di AlteaCare, ya! Anda bisa lakukan konseling dan bila diperlukan, bisa menjalani sesi Emotional Healing bersama ahli yang kompeten. Yuk, gunakan aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> untuk dapatkan layanan Emotional Healing dengan psikolog serta dokter spesialis andalan! Sumber: <ul><li>US Bureau of Labor Statistics. Diakses pada Februari 2023. What Psychologists Do </li><li>Schneiderman, N., Ironson, G., &amp; Siegel, S. D. (2005). Stress and health: psychological, behavioral, and biological determinants. Annu. Rev. Clin. Psychol., 1, 607-628. </li><li>Aarons, G. A., Monn, A. R., Leslie, L. K., Garland, A. F., Lugo, L., Hough, R. L., &amp; Brown, S. A. (2008). Association between mental and physical health problems in high-risk adolescents: A longitudinal study. Journal of Adolescent Health, 43(3), 260-267. </li><li>Centers for Disease Control and Prevention. Diakses pada Februari 2023. About Mental Health </li><li>Mayo Clinic. Diakses pada Februari 2023. Persistent depressive disorder </li><li>Teo, A. R., Nelson, S., Strange, W., Kubo, H., Katsuki, R., Kurahara, K., ... &amp; Kato, T. A. (2020). Social withdrawal in major depressive disorder: a case-control study of hikikomori in japan. Journal of Affective Disorders, 274, 1142-1146. </li><li>Very Well Mind. Diakses akses pada Februari 2023. What Causes Social Withdrawal? </li><li>Help Guide. Diakses pada Februari 2023. How to Stop Worrying </li><li>Mayo Clinic Diakses pada Februari 2023. Self-injury/cutting </li></ul>

7 Tanda Anda Harus Pergi ke Psikolog. Jangan Tunda Lagi!

Ombrophobia adalah jenis fobia yang sangat takut pada hujan - AlteaCare | Foto: creativeart/Freepik

Sobat Altea pernah dilanda rasa sangat takut sewaktu hujan datang? Mungkin ini karena Anda pernah punya pengalaman buruk terkait hujan. Bila kadar takutnya berlebihan, menurut para ahli bisa jadi Anda mengalami ombrophobia atau fobia hujan.Namanya saja <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/gangguan-ansietas-fobik-1660883320684" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">fobia</a>, pastinya ini berhubungan dengan rasa takut dan cemas yang berlebihan terhadap sesuatu. Itu sebabnya, dalam dunia psikologi, fobia digolongkan sebagai salah satu gangguan kecemasan.Nah, begitu juga bila seseorang mengalami fobia hujan. Rasa takut akibat hujan ini bukan karena teringat kenangan buruk atau patah hati, ya! Namun, lebih mirip seperti perasaan yang muncul saat kita dihadapkan pada sesuatu yang bisa mengancam nyawa.Biar tidak bingung, kita simak penjelasan seputar fobia hujan atau ombrophobia berikut ini, yuk!<h2>Apa Itu Ombrophobia atau Fobia Hujan?</h2>Ombrophobia adalah ketakutan berlebihan terhadap hujan, baik itu hujan deras atau hanya gerimis. Saat hujan, pengidap fobia ini akan mengkhawatirkan kandungan asam dari air hujan, bakteri, banjir, longsor, hingga bahaya lainnya yang belum tentu terjadi.Lalu, apa bedanya orang yang fobia hujan dengan yang sekadar gelisah saja?Kita bisa lihat dampaknya dalam kehidupan sehari-hari, Sobat Altea. Kalau ada orang mengaku selalu khawatir saat hujan tapi aktivitas sehari-harinya tetap berjalan lancar, kemungkinan dia tidak mengalami fobia.Sebaliknya, jika rasa cemas akan hujan sampai bikin Anda panik dan rutinitas harian pun jadi kacau, sebaiknya diskusikan dengan ahli untuk memastikan kemungkinan fobia hujan.Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/mengenal-tokophobia-rasa-takut-hamil-yang-berlebihan-1667196697292" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Mengenal Tokophobia, Rasa Takut Hamil yang Berlebihan</a><h2>Gejala Fobia Hujan</h2>Kita bisa membedakan orang yang fobia atau sekadar gelisah saja, dengan mengamati perilakunya saat hujan datang.Umumnya, orang yang ombrophobia akan mengalami perubahan emosi mendadak, yang lalu berdampak pada perilakunya.Berikut ini beberapa perilaku khas orang yang ombrophobia saat hujan datang:<ul><li>merasa gelisah sehingga tidak bisa tidur semalaman saat cuaca di luar mendung</li><li>bila hujan di siang hari, selalu cemas dan menunggu cuaca berubah</li><li>saat terdengar guntur, akan mengalami sesak napas, gelisah, dan takut terhanyut air banjir</li><li>saat mulai hujan akan membangunkan semua orang di rumah karena ketakutan</li><li>mengunci diri di kamar hingga hujan berhenti</li></ul>Sementara itu, beberapa gejala kecemasan atau panik yang mungkin dialami pengidap fobia hujan saat sedang memikirkan atau berhadapan dengan hujan adalah:<ul><li>pusing</li><li>mulut kering</li><li>merasa sangat ketakutan</li><li>mual, muntah, diare</li><li>berkeringat banyak</li><li>napas dan jantung berdetak cepat</li><li>gemetaran</li><li>sesak napas</li><li>dorongan ingin bersembunyi</li></ul><h2>Penyebab Ombrophobia</h2>Meski sudah ada banyak penelitian tentang ombrophobia, para peneliti masih belum dapat memastikan secara pasti apa penyebab fobia yang satu ini.Namun, ada beberapa hal yang diduga dapat meningkatkan risiko seseorang mengalami fobia hujan. Salah satunya adalah faktor keturunan.Jika salah satu anggota keluarga memiliki riwayat gangguan kecemasan atau fobia, maka kita juga berisiko mengalami ombrophobia. Selain itu, risiko fobia ini juga bisa meningkat bila kita pernah mengalami peristiwa traumatik yang berhubungan dengan hujan. Beberapa contohnya adalah sebagai berikut:<ul><li>kehilangan anggota keluarga saat hujan besar dan banjir</li><li>kehilangan harta benda karena hujan</li><li>pernah mengalami terhanyut atau terseret di tengah arus banjir</li><li>pernah mengalami kecelakaan ketika sedang hujan</li><li>pernah jadi korban longsor atau menyaksikan rumah sendiri hancur akibat longsor</li></ul><h2>Cara Mengatasi Fobia Hujan</h2>Ada beberapa metode yang bisa dicoba untuk mengatasi gejala fobia. Yang perlu diperhatikan, terapi untuk fobia bersifat jangka panjang dan perlu diikuti dengan penuh komitmen hingga akhirnya kita benar-benar pulih.Berikut ini adalah beberapa cara yang biasa direkomendasikan untuk mengatasi ombrophobia.<h3>1. Terapi Perilaku Kognitif</h3>Cognitive behavioral therapy (CBT) atau terapi perilaku kognitif telah lama digunakan untuk mengatasi gangguan kecemasan, termasuk untuk ombrophobia.Tujuan dari CBT adalah mengubah cara berpikir dan perilaku kita. Dalam salah satu tahapannya, kita akan dihadapkan pada sumber ketakutan, yaitu hujan. Diharapkan dengan begitu otak akan belajar untuk menerima bahwa hujan bukanlah hal yang buruk dan mengancam jiwa.<h3>2. Hipnoterapi</h3>Alternatif lain selain CBT adalah hipnoterapi, yang cara kerjanya mengarahkan pikiran kita untuk berfokus pada sugesti yang diberikan oleh terapis. Melalui sugesti yang diberikan, terapis meyakinkan kita untuk tidak lagi takut terhadap hujan.Baca Juga:<a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/7-cara-efektif-mengatasi-fobia-gelap-harus-beradaptasi-1674725438691" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);"> 7 Cara Efektif Mengatasi Fobia Gelap. Harus Beradaptasi!</a><h3>3. Antidepresan</h3>Sobat Altea yang mengidap fobia hujan dan berkonsultasi ke psikiater mungkin akan mendapat resep obat untuk mengatasi kecemasan. Biasanya, obat yang diresepkan termasuk golongan antidepresan.Selain untuk meredakan gejala depresi, obat jenis antidepresan juga bisa digunakan untuk menghilangkan rasa takut yang berlebihan.Itulah penjelasan lengkap mengenai ombrophobia.Sobat Altea yang merasa kondisi psikologisnya sedang kurang seimbang akibat mengalami fobia hujan, jangan takut bercerita dengan ahlinya di AlteaCare, ya! Anda bisa lakukan konseling dan bila diperlukan, bisa menjalani sesi Emotional Healing bersama ahli yang kompeten.Yuk, gunakan aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> untuk dapatkan layanan Emotional Healing dengan psikolog serta dokter spesialis andalan! Sumber:<ul><li>Cleveland Clinic. Diakses pada Desember 2022. Ombrophobia (Fear of Rain)</li><li>Sinha, N., Kumar, R., &amp; Singh, K. K. (2017). Rain rain go away: A case report of lady with ombrophobia. Journal of Indira Gandhi Institute Of Medical Sciences, 3(1), 48.</li><li>Psych Times. Diakses pada Desember 2022. Ombrophobia (Fear of Rain)</li><li>Kaczkurkin, A. N., &amp; Foa, E. B. (2022). Cognitive-behavioral therapy for anxiety disorders: an update on the empirical evidence. Dialogues in clinical neuroscience.</li></ul>

Mengenal Ombrophobia, Jenis Fobia yang Takut pada Hujan

Menjadi relawan sosial memungkinkan kita memberi manfaat buat sekitar - AlteaCare | Foto: partystock/Freepik

Pepatah berkata, hidup yang baik bisa berdampak baik juga buat orang di sekitar. Nah, salah satu cara agar usaha, tenaga, dan pikiran kita memberi manfaat untuk orang banyak adalah dengan menjadi relawan sosial.Sederhananya, relawan sosial atau volunteer adalah orang yang melakukan sesuatu untuk orang lain atau organisasi dengan tujuan kemanusiaan, dan tanpa paksaan maupun bayaran.Memang, menjadi relawan sosial bukan tugas mudah. Apalagi ketika tugasnya adalah membantu orang-orang yang mengalami musibah bencana alam. Harus siaga 24 jam.Walaupun tidak dibayar dengan uang, penelitian menunjukkan bahwa menghabiskan waktu setidaknya 2-3 jam dalam seminggu dengan ikut kegiatan sosial bisa membantu mengasah diri kita.Lantas, manfaat seperti apa yang bisa didapat?Simak selengkapnya di sini!<h2>Ini Dia Manfaat Menjadi Relawan Sosial</h2>Bisa bertemu dengan teman yang punya passion yang sama pasti bikin kita happy sebagai relawan. Nah, selain itu masih ada juga beberapa manfaat lain berikut:<h3>1. Terhubung dengan Orang Lain</h3>Saat jadi bagian dari relawan sosial, Anda akan bekerja bersama banyak teman yang dengan visi dan misi sosial yang sama. Karenanya, Anda bisa dengan mudah dapat teman baru, bahkan nantinya bisa jadi sahabat. Teman Anda jadi lebih banyak, koneksi pun makin luas. Banyak pakar sepakat akan pentingnya koneksi dengan orang lain, sebab kebersamaan yang terbentuk bisa membantu mengatasi rasa kesepian.Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/manfaat-circle-pertemanan-buat-kesehatan-bisa-jadi-obat-1666939827292" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Manfaat Circle Pertemanan Buat Kesehatan. Bisa Jadi "Obat"!</a><h3>2. Mental Lebih Sehat</h3>Menjadi relawan sosial biasanya membuat kita lebih sehat secara mental. Kok bisa? Hasil dari beberapa penelitian menunjukkan, ketika kita memiliki hubungan yang baik dengan orang lain, hati kita pun tetap gembira.Bonusnya, tingkat stres bisa menurun, bahkan gejala depresi pun bisa dicegah.<h3>3. Makin Percaya Diri</h3>Sobat Altea mau jadi lebih percaya diri? Manfaat ini bisa didapat dengan menjadi relawan sosial.Sebab, saat menjadi volunteer kita akan tergabung dalam satu organisasi. Di dalamnya terdapat tujuan yang disepakati bersama serta pembagian tugas yang terstruktur.Ketika seseorang mendapatkan amanah untuk mengemban suatu tugas, di situlah rasa kepercayaan dirinya bisa tumbuh. <h3>4. Mengasah Talenta</h3>Jangan kira kalau kegiatan sukarela hanya menghabiskan waktu dan kumpul-kumpul saja. Ini juga jadi salah satu sarana untuk mengasah skill maupun bakat kita. Tidak heran bila para mahasiswa disarankan buat menjadi relawan, sebab pada usia tersebut mereka butuh banyak ruang untuk mengeksplorasi dan mengekspresikan dirinya. Apalagi, kegiatan volunteer pastinya butuh komunikasi dan kerja tim. Pada akhirnya, ini bisa jadi modal untuk meniti karier.<h3>5. Menemukan Passion</h3>Yang namanya passion tidak serta merta muncul begitu saja. Tapi, perlu adanya proses pencarian yang panjang.Ikut kegiatan volunteer bisa membantu mempercepat proses pencarian passion kita. Sebab, dengan ikut berkegiatan, kita bisa terjun langsung ke lapangan dan langsung merasakan, apakah apa yang dilakukan sesuai dengan kata hati atau tidak.<h3>6. Menjaga Kesehatan Fisik</h3>Tidak hanya sehat secara mental, bergabung dan berkegiatan bersama orang lain bisa buat fisik lebih sehat.Ini dibuktikan oleh penelitian dari Social Science &amp; Medicine, yang menyebutkan adanya hubungan antara kesehatan fisik dengan mengikuti kegiatan volunteer atau relawan sosial. Salah satunya adalah turunnya risiko mengalami serangan jantung dan stroke.Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Umum/artikel/kenali-penanganan-dan-faktor-risiko-stroke-dari-ahlinya-1667968790368" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Kenali Penanganan dan Faktor Risiko Stroke dari Ahlinya!</a><h3>7. Berdampak pada Sekitar</h3>Tujuan program dari sukarelawan menciptakan dampak bagi sesama.Misalnya, bila volunteer yang diikuti adalah lingkungan, kegiatan yang dilaksanakan adalah tanaman pohon dan mengelola limbah. Dengan ikut program ini kita pun berkontrubusi dalam merawat alam.Itulah beberapa manfaat dari menjadi relawan sosial atau volunteer.Tentunya, sebelum bergabung, kita harus tahu terlebih dahulu terkait bidang yang kita sukai, supaya kegiatan yang lakukan sepenuh hati. Buat Sobat Altea yang butuh saran dan rekomendasi dari ahli, jangan ragu untuk video call dengan psikolog AlteaCare, ya!Yuk, gunakan <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan buat janji dengan psikolog andalan! Sumber:<ul><li>Help Guide. Diakses pada Oktober 2022. Volunteering and its Surprising Benefits</li><li>Kim, E.. S., &amp; Konrath, S., H. (2016). Volunteering is prospectively associated with health care use among older adults. Social Science &amp; Medicine, Volume 149, Pages 122-129</li><li>Western Connecticut State University. Diakses pada Oktober 2022. Community Engagement</li></ul>

7 Manfaat Menjadi Relawan Sosial atau Volunteer

Fobia sosial bisa diatasi dengan bantuan psikolog - AlteaCare | Foto: Freepik

Orang yang memiliki gejala fobia sosial sulit beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya. Cara mengatasi fobia sosial yang paling efektif perlu dimulai dari diri sendiri. Fobia sosial adalah gejala gangguan kecemasan yang terjadi ketika seseorang berhadapan dengan situasi sosial. Ketika mengalami fobia sosial, kita akan merasakan beberapa hal berikut: <ul><li>takut saat bertemu dengan orang asing yang baru </li><li>lebih suka berbicara di telepon daripada ketemu langsung </li><li>khawatir melakukan hal memalukan di depan orang lain </li><li>menghindari aktivitas sosial </li><li>takut diperhatikan dan dihakimi orang lain </li><li>takut dikritik </li><li>menghindari kontak mata langsung dan punya self-esteem yang rendah </li><li>sering berkeringat berlebihan, gemetaran, atau jantung deg-degan saat di tengah banyak orang </li></ul>Gejala ini sangat umum dialami kebanyakan remaja. Pada sebagian orang, gejalanya akan berkurang seiring pertambahan usia. Namun, ada juga yang sulit menghilangkan rasa takutnya saat berhadapan dengan orang. Lalu, bagaimana cara mengatasi fobia sosial? Yuk, simak tips berikut ini! <h2>7 Cara Mengatasi Fobia Sosial </h2>Sobat Altea yang sering merasa takut berlebihan saat mau bertemu dengan orang lain, coba lakukan tips berikut ini: <h3>1. Berolahraga atau Aktivitas Fisik </h3>Jika Anda sering takut berlebihan saat berada di situasi sosial tertentu, cobalah sesekali berolahraga, entah itu joging, jalan sehat, bersepeda, dan lain-lain. Penelitian yang dipublikasikan di Frontiers in Human Neuroscience membuktikan, semakin tinggi intensitas olahraga, semakin rendah tingkat fobia sosialnya. Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/10-pertanyaan-tentang-psikologi-yang-banyak-diajukan-orang-1673422089441" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">10 Pertanyaan tentang Psikologi yang Banyak Diajukan Orang</a> <h3>2. Lawan Pikiran Negatif </h3>Orang dengan fobia sosial sering kali keliru dalam menilai ekspresi wajah. Hasilnya, Anda bisa berasumsi bahwa orang lain memikirkan sesuatu tentang diri Anda. Nah, untuk melawan pikiran seperti ini, Anda bisa menuliskan pikiran-pikiran negatif itu di kertas ataupun jurnal. Setelahnya, tuliskan juga pikiran positif yang bisa jadi lawan dari pikiran negatif tersebut. Contoh: <ul><li>Pikiran Negatif: "Semua orang melihat aku karena mereka tidak suka aku” </li><li>Pikiran Positif: "Orang di kafe tadi melihat aku karena aku sedang lewat. Kalau aku berjalan seperti biasa mereka tidak akan perhatikan aku.” </li></ul><h3>3. Latihan dan Praktik </h3>Meski fobia sosial bikin tidak nyaman saat di tengah banyak orang, sebaiknya kita belajar untuk menghadapinya. Untuk itu, kita bisa melatihnya dengan datang ke pusat keramaian sambil ditemani terapis, psikolog, atau orang yang kita percaya. Lakukan secara bertahap tersebut, hingga akhirnya kita bisa meredakan rasa khawatir berlebihan yang sering dialami. <h3>4. Latihan Pernapasan dan Meditasi </h3>Bermeditasi atau latihan pernapasan bisa membantu pikiran untuk fokus pada hal-hal positif. Berdasarkan penelitian, kedua metode ini bisa jadi solusi untuk mengatasi kecemasan sosial. Latihan ini dapat bikin kita lebih tenang dan emosi pun terkendali. Hasilnya, kita pun bisa mengendalikan pikiran dan mencegah luapan emosi berlebihan saat berada di tengah banyak orang. <h3>5. Buat Rencana </h3>Supaya tidak kaget ketika menghadapi situasi sosial tertentu, persiapkan dengan matang. Misalnya, Anda bisa tulis apa yang akan dilakukan saat diundang ke acara tertentu. Mulai dari jam berapa Anda akan datang, berapa lama Anda akan di sana, pakaian yang akan dikenakan, hingga apa yang akan dikatakan saat bertemu orang. Anda bisa lakukan semacam simulasi di rumah sebelumnya. Jangan lupa juga lakukan latihan pernapasan untuk menenangkan diri sebelum berangkat. <h3>6. Lakukan Secara Bertahap </h3>Mungkin Anda ingin segera mengatasi fobia sosial secepat mungkin. Namun, jangan terburu-buru dengan masuk ke sebuah acara besar yang diikuti banyak orang, ya! Anda sebaiknya lakukanlah secara bertahap, dimulai dari hal paling kecil. Beberapa aktivitas simpel yang bisa Anda coba lakukan: <ul><li>makan bersama teman atau saudara di restoran </li><li>berbelanja ke pasar sendirian dan ngobrol dengan pedagang sambil memilih barang atau menawar </li><li>berbasa-basi saat bertemu rekan kantor dari divisi lain atau petugas di bank </li></ul>Ketika sudah nyaman dengan aktivitas kecil tersebut, Anda bisa memperluas skalanya. Mungkin selanjutnya Anda bisa nongkrong bersama teman di tempat yang sedang hits, datang ke konser, dan lain-lain. Tidak perlu buru-buru, nikmati setiap proses, ya! Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/kenali-duck-syndrome-terlihat-kalem-walau-sedang-tertekan-1669370802119" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Kenali Duck Syndrome, Terlihat Kalem Walau Sedang Tertekan</a> <h3>7. Alihkan Fokus </h3>Pikiran negatif bisa sangat mengganggu, sehingga, ada baiknya Anda mengalihkan perhatian sejenak. Misalnya, ketika sedang berjalan di taman, Anda melihat banyak orang yang seolah-olah menatap Anda. Daripada berpikir mereka memperhatikan Anda, coba dengarkan secara saksama, apa yang mereka bicarakan. Hal ini efektif untuk memastikan apakah pikiran negatif kita itu benar atau tidak. Itulah sejumlah cara mengatasi fobia sosial yang bisa Anda coba. Sobat Altea yang mengalami fobia sosial atau sering merasa tidak nyaman, mudah cemas, serta senewen saat berada di dalam situasi sosial tertentu, segera bicarakan dengan ahlinya, ya! Anda bisa coba video call dengan psikolog di AlteaCare dari rumah, agar pada tahap awal bisa curhat dengan lebih nyaman. Yuk, gunakan <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan segera buat janji dengan psikolog andalan! Sumber: <ul><li>National Health Service UK. Diakses pada November 2022. Social anxiety (social phobia) </li><li>Zika, M. A., &amp; Becker, L. (2021). Physical activity as a treatment for social anxiety in clinical and non-clinical populations: a systematic review and three meta-analyses for different study designs. Frontiers in Human Neuroscience, 15, 653108. </li><li>Web MD. Diakses pada November 2022. 7 Tips for Living With Social Anxiety </li><li>Hofmann, S. G. (2000). Treatment of social phobia: Potential mediators and moderators. Clinical Psychology: Science and Practice, 7(1), 3. </li><li>Cho, H., Ryu, S., Noh, J., &amp; Lee, J. (2016). The effectiveness of daily mindful breathing practices on test anxiety of students. PloS one, 11(10), e0164822. </li></ul>

7 Cara Mengatasi Fobia Sosial. Ampuh Melawan Pikiran Negatif!

Berbagai jenis halusinasi yang dapat dialami melibatkan indra-indra kita - AlteaCare | Foto: Envato

Saat melihat makhluk halus, tidak perlu berspekulasi bahwa Anda memiliki indera keenam. Bisa jadi itu semua hanya halusinasi. Selain jenis halusinasi seperti ini, masih banyak juga yang lainnya, lo! Sobat Altea sering nonton influencer atau content creator yang menceritakan pengalaman melihat makhluk halus? Atau, mungkin ada beberapa teman Anda yang juga pernah cerita pengalaman serupa? Bagi yang mengalami, penglihatan itu rasanya begitu nyata. Tapi, terkadang bisa jadi pengalaman itu dipengaruhi oleh halusinasi. Halusinasi adalah kondisi ketika apa yang Anda dengar, lihat, cium, cecap, atau rasakan sepertinya nyata, tapi sebenarnya hanya ada dalam pikiran saja. Orang yang mengalami halusinasi bisa menyadari atau tidak menyadari bahwa semua itu tidak nyata. Namun, bila orang tersebut dianggap nyata, bisa jadi ini adalah gejala gangguan psikosis. Halusinasi bisa disebabkan banyak hal, di antaranya adalah: <ul><li>gangguan kejiwaan, seperti skizofrenia atau gangguan bipolar </li><li>pengaruh obat-obatan dan alkohol </li><li>penyakit Alzheimer atau Parkinson </li><li>delirium atau demensia </li><li>daya penglihatan atau pendengaran yang buruk </li><li>pengaruh anestesi saat operasi </li><li>gangguan epilepsi </li><li>demam, khususnya pada anak dan lansia </li><li>gangguan tidur seperti narkolepsi </li><li>kekurangan oksigen </li><li>keracunan gas monoksida </li><li>penyakit berat seperti gagal hati, <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Penyakit%20Dalam/artikel/gagal-ginjal-kronis-1656383694942" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">gagal ginjal</a>, <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Penyakit%20Dalam/artikel/hiv-aids-1654223349092" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">HIV/AIDS</a>, dan kanker otak </li></ul>Nah, dari beragamnya penyebab yang mungkin dialami, jenis halusinasi yang bisa terjadi pun bisa berbeda. Yuk, simak apa saja! <h2>6 Jenis Halusinasi yang Mungkin Dialami </h2>Ada beberapa bentuk halusinasi yang bisa dialami oleh seseorang: <h3>1. Halusinasi Visual </h3>Salah satu jenis halusinasi yang paling banyak dialami adalah halusinasi visual. Ketika mengalaminya, Anda dapat melihat berbagai hal yang tidak bisa dilihat orang lain. Wujud halusinasinya bisa berupa hantu, monster, orang terdekat, atau bahkan orang yang telah meninggal. Selain orang, halusinasinya juga bisa berupa berbagai benda, semisal pohon, botol minum, dan lain-lain. Halusinasi visual bisa terjadi akibat adanya kerusakan struktur otak sehingga memicu gangguan pada anatomi otak dan senyawa kimia di dalamnya. Halusinasi visual adalah hasil dari kesalahan pada sistem tersebut. Untuk mengatasi halusinasi seperti ini, dokter biasanya memberikan obat neuroleptik, yang umumnya diberikan pada penderita psikotik. Perlu diingat, obat ini hanya diberikan oleh dokter, ya. Sebab, obat ini punya efek samping. Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/tips-pakar-agar-orang-bipolar-bisa-hidup-berkualitas-1662106972872" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Tips Pakar agar Orang Bipolar Bisa Hidup Berkualitas</a> <h3>2. Halusinasi Auditori (Pendengaran) </h3>Banyak orang sering mendengar sesuatu, tapi tidak terlihat wujudnya. Suara tersebut bisa seperti bisikan halus dan bisa suara teriakan atau dentuman yang keras. Inilah yang sering disalahartikan sebagai "bisikan gaib", padahal hanya halusinasi. Gejala seperti ini umum dialami oleh orang dengan gangguan skizofrenia. Mengutip dari the Scientific World Journal, strategi yang sering dilakukan orang untuk mengatasi halusinasi auditori adalah sebagai berikut: <ul><li>mengabaikan suara tersebut </li><li>meminta suara tersebut untuk pergi </li><li>berdebat dengan suara tersebut </li><li>mengalihkan perhatian ke berbagai aktivitas </li><li>mencatat apa yang dikatakan suara itu </li><li>mencoba bersantai </li><li>selektif dalam memilih suara yang didengar </li><li>bercerita kepada orang terdekat </li><li>menerima bahwa adanya suara tersebut </li><li>mengurangi konsumsi daging </li></ul>Strategi ini juga bisa Anda coba. Namun sebaiknya Anda segera buat jadwal untuk terapi psikologi, ya! <h3>3. Halusinasi Taktil (Sentuhan) </h3>Jenis halusinasi yang satu ini membuat kita merasa disentuh orang lain atau sesuatu, padahal sebenarnya tidak ada. Orang yang mengalami halusinasi taktil, biasanya akan berusaha menyingkirkan sentuhan tersebut dengan misalnya mengibas-ngibas tangannya. Gejala ini umum dialami orang yang mengonsumsi obat tertentu serta penderita Alzheimer, demensia, dan Parkinson. <h3>4. Halusinasi Olfaktori (Penciuman) </h3>Orang yang mengalami halusinasi olfaktori biasanya mencium bau yang kurang sedap, seperti bau muntah, pesing, asap, dan lain-lain. Sejumlah peneliti menduga, gejala ini disebabka adanya kesalahan pada saraf dan reseptor penciuman. Kesalahan inilah yang menimbulkan sensasi yang tidak tepat saat mencium sesuatu. Selain itu, peneliti juga mencatat bahwa halusinasi ini memiliki kaitan erat dengan tingkat stres dan kecemasan dalam hidup. <h3>5. Halusinasi Gustatori (Pengecapan) </h3>Jenis halusinasi berikutnya menciptakan kesalahan sensor terhadap rasa. Gangguan ini biasanya disertai dengan gangguan lainnya, semisal efek samping pengobatan skizofrenia, sklerosis, terinfeksi <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Penyakit%20Dalam/artikel/hiv-aids-1654223349092" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">HIV</a>, <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Penyakit%20Dalam/artikel/diabetes-melitus-tipe-2-1663918915636" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">diabetes</a>, Parkinson, anemia, dan <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/depresi-1656385494520" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">depresi</a>. Halusinasi gustatori sangat menyiksa bagi yang mengalaminya. Sebab, seseorang bisa berpikir dirinya mengalami keracunan karena mencecap rasa yang aneh di lidahnya. Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/5-ciri-khas-panic-attack-berbeda-dengan-panik-biasa-1654514145296" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">5 Ciri Khas “Panic Attack”. Berbeda Dengan Panik Biasa!</a> <h3>6. Halusinasi Hipnagogik </h3>Halusinasi hipnagogik adalah halusinasi yang muncul saat tidur. Efeknya, bisa membuat seseorang merasa apa yang dialami saat tidur adalah kenyataan. Gejala halusinasi ini dialami oleh orang yang menderita narkolepsi atau gangguan sistem saraf, yang membuat Anda mengantuk berlebihan pada siang hari. Kondisi ini bisa membingungkan penderitanya. Jadi, bila Anda mengalaminya, segera cari pertolongan, ya! Itulah jenis halusinasi yang harus Anda ketahui. Gejala halusinasi yang sudah mengganggu aktivitas sehari-hari sebaiknya tidak didiamkan saja. Anda bisa berkonsultasi dengan psikiater untuk mengetahui penyebabnya. Lalu, psikiater juga dapat membantu mendampingi Anda dalam mengatasi halusinasi, misalnya lewat psikoterapi. Sebagai langkah awal, Anda bisa lakukan video call dengan psikiater di AlteaCare. Bila dibutuhkan terapi, Anda juga bisa buat janji untuk bertemu langsung melalui aplikasi AlteaCare. Yuk, gunakan <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan segera buat janji dengan psikiater andalan! Sumber: <ul><li>National Health Service UK. Diakses pada September 2022. Hallucinations and hearing voices </li><li>The Stute. Diakses pada September 2022. That feeling when you’re being haunted but it’s actually just carbon monoxide poisoning </li><li>Teeple, R. C., Caplan, J. P., &amp; Stern, T. A. (2009). Visual hallucinations: differential diagnosis and treatment. Primary care companion to the Journal of clinical psychiatry, 11(1), 26. </li><li>Ng, P., Chun, R. W., &amp; Tsun, A. (2012). Recovering from hallucinations: A qualitative study of coping with voices hearing of people with schizophrenia in Hong Kong. The Scientific World Journal, 2012. </li><li>Chaudhury, S. (2010). Hallucinations: Clinical aspects and management. Industrial psychiatry journal, 19(1), 5. </li><li>Wehling, E., Bless, J. J., Hirnstein, M., Kråkvik, B., Vedul-Kjelsås, E., Hugdahl, K., ... &amp; Larøi, F. (2021). Olfactory hallucinations in a population-based sample. Psychiatry Research, 304, 114117. </li><li>Hawkes, C. (2003). Disorders of smell and taste. In Office Practice of Neurology (pp. 102-120). Churchill Livingstone. </li><li>Sleep Foundation. Diakses pada September 2022. Hypnagogic Hallucinations </li></ul>

6 Jenis Halusinasi dan Penyebabnya. Bukan Bisikan Gaib!

Orang yang manipulatif bisa merugikan orang sekitarnya - AlteaCare | Foto: Envato

Bergaul dengan orang yang manipulatif dapat merugikan kita, baik dari sisi materi maupun psikologis. Sobat Altea sudah tahu belum apa artinya manipulatif dan ciri-cirinya? Pada prinsipnya, arti manipulatif adalah sifat memengaruhi mental dan emosi orang lain, supaya bertindak sesuai dengan yang diinginkan pelaku. Pola perilaku semacam ini banyak terjadi dalam hubungan asmara, pertemanan, dan bahkan keluarga. Target pelaku adalah mengambil keuntungan dari sisi kekuasaan, ekonomi, atau sumber daya lain yang dimiliki korban. Nah, supaya bisa menghindari orang yang manipulatif, kita harus kenali karakteristiknya. Dengan begitu, kita tidak akan mudah terbuai oleh perkataan orang tersebut. Sobat Altea yang tidak mau terjebak, yuk kita pelajari tanda dan artinya tindakan manipulatif seseorang berikut ini! <h2>9 Tanda Orang Manipulatif dan Artinya </h2>Inilah beberapa ciri-ciri orang yang suka memanipulasi orang lain dalam hubungan sehari-hari: <h3>1. Memaksakan Kehendak </h3>Tanda pertama orang yang manipulatif adalah memaksakan kehendaknya sendiri pada orang lain. Biasanya, ini bisa dilakukan pada pasangan, tetapi bukan tidak mungkin juga terjadi dalam lingkup pertemanan. Beberapa bentuk manipulasi bisa berupa: <ul><li>memaksa pasangan atau temannya melakukan sesuatu, padahal orang tersebut tidak mau atau tidak setuju </li><li>mengkritik orang tersebut bila tidak mau melakukan hal yang diminta </li><li>berteriak atau marah-marah hingga pasangan atau teman mau melakukannya </li><li>memaksa pasangan atau teman berjanji atau berkomitmen melakukan hal yang diminta </li><li>memberikan batas waktu untuk melakukan hal yang diminta </li></ul>Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/7-tanda-toxic-relationship-dan-cara-mengatasinya-1655898312455" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">7 Tanda Toxic Relationship dan Cara Mengatasinya</a> <h3>2. Sengaja Bad Mood </h3>Normalnya, mood orang memang bisa naik-turun. Namun, seorang yang manipulatif dengan sengaja memperlihatkan suasana hati yang buruk supaya pasangan menyerah dan menurut. Strategi ini biasanya dilakukan oleh perempuan, meski laki-laki juga bisa demikian. Contoh dari tindakan ini adalah merajuk, cemberut, dan merengek sampai keinginannya dipenuhi. <h3>3. Memberi Janji Manis </h3>Taktik manipulasi lainnya yang sering dilakukan adalah memberikan janji-janji manis. Misalnya, pasangan meminta Anda ikut ke acara kantornya di luar kota, padahal Anda sebenarnya tidak setuju karena sedang deadline pekerjaan. Ia lalu berjanji, lain kali kalau ada acara di kantor Anda, dia akan ikut. Intinya, pasangan atau teman yang manipulatif berjanji akan memberi pengorbanan sepadan bila Anda mau melakukan hal yang ia minta. Namun, biasanya itu cuma janji palsu saja. <h3>4. Memutarbalikkan Fakta </h3>Orang yang manipulatif sering berusaha meyakinkan lawan bicaranya bahwa apa yang ia katakan adalah fakta. Ini bisa terjadi saat ia membicarakan dirinya sendiri. Atau, saat terjadi masalah. Pasangan yang manipulatif akan memutarbalikkan kenyataan dan berbalik menyalahkan Anda, padahal sebetulnya, semua yang terjadi akibat kesalahannya sendiri. Tujuannya melakukan ini agar bisa menguasai Anda dan membuat Anda percaya dia lebih pintar. <h3>5. Gaslighting </h3>Gaslighting adalah tindakan yang dilakukan seseorang dengan tujuan membuat Anda bingung dan mempertanyakan kebenaran diri sendiri. Seolah-olah apa yang Anda ingat dan ketahui itu tidak benar atau malah halusinasi. Umumnya, perilaku gaslighting terjadi dalam hubungan cinta yang sudah toxic. Pelakunya juga sering menyalahkan Anda atas kesalahan yang dilakukan dirinya sendiri. Contoh gaslighting: <ul><li>"Aku merespon cowok itu karena kamu enggak memberi yang aku minta" </li><li>"Aku selingkuh karena perilaku kamu kaya gitu. Kalau aku begini, introspeksi, lah!" </li><li>"Kamu enggak usah sok dramatis, deh!" </li><li>"Enggak usah lebay, deh! Biasa saja!" </li><li>"Kamu saja yang salah ingat!" </li></ul>Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/mau-keluar-dari-toxic-relationship-ini-tips-dari-ahli-1660642315175" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Mau Keluar dari Toxic Relationship? Ini Tips dari Ahli!</a> <h3>6. Pura-pura Merendahkan Diri </h3>Orang yang manipulatif juga kerap merendahkan diri sendiri agar Anda bersimpati dan melakukan hal yang dia minta. Tidak hanya itu, dia juga bisa menciptakan situasi untuk memancing Anda agar merendahkannya. Ini biasanya terjadi di lingkup pertemanan dan dalam hubungan asmara. Contoh sikap pura-pura rendah diri: <ul><li>berkata, "Iya, sih, aku begini karena aku bukan apa-apa," </li><li>berusaha terlihat sakit dan lemas </li><li>menangis dan mengatakan situasinya sedang buruk </li></ul><h3>7. Berlaku Kasar </h3>Sebagian orang bahkan tidak segan berlaku kasar demi memenuhi keinginannya. Ini biasanya terjadi dalam relasi antara orangtua dengan anak atau antar-kekasih. Contoh perlakuan kasar untuk memanipulasi orang lain: <ul><li>memukul agar Anda melakukan hal yang dimintanya </li><li>mengancam akan meninggalkan Anda jika tidak melakukan hal yang diminta </li><li>mengancam akan memukul jika Anda tidak melakukan hal yang diminta </li><li>berbohong agar Anda melakukan sesuatu untuknya </li><li>melempar barang, memukul tembok, atau tindakan serupa agar Anda segera melakukan hal yang diminta </li><li>mengancam tidak akan memberikan uang jika Anda tidak melakukan hal yang diinginkannya </li></ul><h3>8. Silent Treatment </h3>Perilaku manipulasi tidak selalu berupa tindakan aktif, tapi bisa juga dengan mendiamkan Anda. Tujuannya agar Anda merasa tidak dianggap sehingga terpaksa melakukan sesuai keinginannya. Orang yang manipulatif biasanya akan mengabaikan dan tidak menanggapi perkataan Anda hingga keinginannya dipenuhi. Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/7-ciri-toxic-family-dan-cara-menghadapinya-1660640620521" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">7 Ciri Toxic Family dan Cara Menghadapinya</a> <h3>9. Pasif Agresif </h3>Orang yang manipulatif tidak selalu mengungkapkan kemarahan secara langsung. Sifat pasif agresif akan membuat Anda merasa bingung dan bersalah. Kemudian, kondisi Anda ini akan dimanfaatkan untuk mencapai tujuannya. Contohnya: <ul><li>tidak marah tapi mencari kesalahan dari semua yang Anda lakukan atau katakan </li><li>merajuk saat kesal </li><li>mengakhiri argumen secara menggantung, misal "ya sudah, terserah kamu mau apa" </li><li>menghindari topik pembicaraan tertentu </li><li>mengabaikan Anda tapi mengarahkan kemarahan pada orang lain atau benda di sekitarnya </li></ul>Itulah tanda-tanda orang manipulatif yang harus Anda ketahui. Sobat Altea yang saat ini merasa tertekan akibat terjebak dalam hubungan yang toxic, jangan ragu untuk curhat dengan konselor atau psikolog di AlteaCare, ya! Yuk, gunakan <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan segera buat janji dengan ahlinya! Sumber: <ul><li>Web MD. Diakses pada September 2022. Manipulation: Symptoms to Look For </li><li>Buss, D. M. (1992). Manipulation in close relationships: Five personality factors in interactional context. Journal of personality, 60(2), 477-499. </li></ul>

Ini Dia Artinya Manipulatif dan Ciri-Cirinya. Jangan Terpengaruh!

Bahaya narkoba bisa pengaruhi kesehatan jangka panjang - AlteaCare | Foto: Envato

Kalimat "narkoba merusak masa depan" ternyata tidak berlebihan. Sebab, nyatanya bahaya narkoba memang bisa mengancam kesehatan fisik dan mental. Jadi, jelas kalau narkoba adalah musuh bersama yang harus kita perangi. Sobat Altea sering melihat pemberitaan artis yang tersangkut kasus narkoba? Sebagian artis ini berdalih menggunakan narkoba supaya lebih kreatif atau sekadar untuk rekreasi. Narkoba, semisal sabu, terasa nikmat bagi pecandu karena mengandung metamfetamin yang dapat meningkatkan kadar dopamin. Nah, dopamin ini yang menimbulkan efek bahagia, sehingga orang tersebut terpicu untuk merasakan sensasi yang sama lagi. Namun, di balik rasa nikmat tersebut ada banyak bahaya narkoba yang dapat merusak masa depan kita. Apa saja itu? Yuk, simak uraian lengkap berikut ini! <h2>8 Bahaya Narkoba Bagi Tubuh dan Jiwa </h2>Berikut ini adalah beberapa gangguan yang dapat terjadi setelah seseorang mengonsumsi narkoba dalam jangka waktu tertentu: <h3>1. Melemahkan Sistem Imun </h3>Salah satu bahaya narkoba yang harus Anda waspadai adalah gangguan sistem imun. Menurut penelitian, penyalahgunaan narkoba, seperti opium, kokain, dan ganja, dapat pengaruhi sistem imun baik secara langsung maupun tidak langsung. Ketika sistem imun tubuh melemah, tubuh pun jadi lebih mudah terserang berbagai infeksi penyakit. Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Penyakit%20Dalam/artikel/tetap-sehat-meski-hidup-dengan-hiv-aids-ini-tips-dari-dokter-1670996194317" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Tetap Sehat Meski Hidup Dengan HIV/AIDS, Ini Tips dari Dokter</a> <h3>2. Rentan Terkena AIDS </h3>Seiring dengan makin lemahnya sistem kekebalan tubuh, narkoba juga dapat membuat seseorang rentan terkena AIDS. <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Penyakit%20Dalam/artikel/hiv-aids-1654223349092" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AIDS</a> (acquired immunodeficiency syndrome) adalah kondisi yang terjadi akibat human immunodeficiency virus (HIV) menyerang sistem kekebalan tubuh. Pada pecandu narkoba yang sistem imunnya lemah, jelas virus HIV dapat lebih mudah masuk tubuh tanpa perlawanan berarti. Lebih bahayanya lagi, penyakit AIDS ini dapat menular melalui <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kehamilan%20dan%20Kesehatan%20Reproduksi/artikel/8-perilaku-hubungan-seks-berisiko-yang-harus-dihindari-1670398931972" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">hubungan seksual</a> dan jarum suntik. Selain itu, ibu yang menderita AIDS juga berisiko menularkan penyakit ini ke anaknya. <h3>3. Gagal Jantung </h3>Penyalahgunaan narkoba juga dapat mengganggu kerja jantung, lo! Menurut penelitian, penyalahgunaan sabu, alkohol, dan opioid dapat meningkatkan risiko gagal jantung. Bahkan, peluang mengalami gagal jantung pada pada pecandu narkoba hampir sama dengan orang yang mengidap penyakit komorbid seperti kelainan irama jantung, penyakit jantung iskemik, dan penyakit ginjal kronis. <h3>4. Gangguan Liver </h3>Narkotika seperti ganja, sabu, dan kokain, dapat menjadi racun bagi liver. Ini sangat berbahaya, sebab fungsi utama liver adalah sebagai penawar racun di tubuh manusia. Nah, ketiga jenis narkotika ini bisa mengganggu fungsi hati, sehingga tidak dapat bekerja dengan baik. Tanpa adanya liver sebagai penawar racun di tubuh, kita jadi lebih rentan terhadap berbagai infeksi. <h3>5. Gangguan pada Otak </h3>Narkoba juga dapat menimbulkan bahaya pada otak, karena racun di dalamnya bisa menyerang sel-sel dalam otak. Dalam situasi tertentu, setelah mengonsumsi narkotika terlarang, otak bisa mengalami hipoksia (kekurangan asupan oksigen) dan overdosis. Lebih parahnya lagi, penyalahgunaan narkoba juga bisa membuat otak mengalami dampak lebih serius, seperti cedera traumatis, stroke, penyusutan, dan lain-lain. <h3>6. Gangguan Sistem Pencernaan </h3>Narkoba sintetis seperti ekstasi dapat berbahaya untuk saluran pencernaan, karena dapat memicu komplikasi pembuluh darah pada lambung. Yang lebih mengerikan, terkadang gangguan pencernaan akibat penyalahgunaan narkoba sulit terdeteksi. Soalnya, gejalanya bisa mirip dengan yang terjadi bila kita terkena gangguan lain, semisal anemia, kolesistitis, porfiria akut, dan nefrolitiasis. <h3>7. Gangguan Kognitif </h3>Tidak perlu sampai kena stroke, konsumsi narkoba juga bisa berpengaruh pada kemampuan berpikir atau fungsi kognitif. Akibatnya, sehari-hari kita akan alami kesulitan saat harus belajar, mengingat, berkonsentrasi, dan memahami sesuatu. Bahkan, kita juga sulit mengendalikan dorongan atau impuls dari dalam diri. Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Umum/artikel/8-kebiasaan-penyebab-otak-jadi-lemot-jadi-susah-fokus-1672231204827" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">8 Kebiasaan Penyebab Otak Jadi Lemot. Jadi Susah Fokus!</a> <h3>8. Depresi </h3>Tidak hanya fisik, penyalahgunaan narkoba juga dapat menyerang mental seseorang. Menurut studi, banyak orang dengan gangguan kesehatan mental yang sekaligus kecanduan narkoba. National Institute of Health Sciences mencatat, sekitar sepertiga orang dengan <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/depresi-1656385494520" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">depresi</a> juga punya masalah dengan alkohol dan obat-obatan terlarang. Narkoba memang bukan penyebab gangguan kejiwaan satu-satunya. Tapi, reaksi otak setelah terpapar narkoba dapat berdampak buruk terhadap pola pikir dan mood. Zat dalam narkoba dapat memicu atau meningkatkan intensitas rasa sepi, sedih, dan putus asa. Emosi seperti ini banyak ditemukan pada pengidap depresi. Itulah sejumlah bahaya narkoba yang harus diwaspadai. Sobat Altea yang saat ini mengalami gangguan kesehatan baik fisik maupun kejiwaan, jangan ragu untuk lakukan video call dengan dokter dan psikolog di AlteaCare, ya! Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan segera buat janji dengan ahli andalan! Sumber: <ul><li>Hedges, D. M., Obray, J. D., Yorgason, J. T., Jang, E. Y., Weerasekara, V. K., Uys, J. D., ... &amp; Steffensen, S. C. (2018). Methamphetamine induces dopamine release in the nucleus accumbens through a sigma receptor-mediated pathway. Neuropsychopharmacology, 43(6), 1405-1414. </li><li>Friedman, H., Newton, C., &amp; Klein, T. W. (2003). Microbial infections, immunomodulation, and drugs of abuse. Clinical microbiology reviews, 16(2), 209-219. </li><li>Nishimura, M., Bhatia, H., Ma, J., Dickson, S. D., Alshawabkeh, L., Adler, E., ... &amp; Thomas, I. C. (2020). The impact of substance abuse on heart failure hospitalizations. The American journal of medicine, 133(2), 207-213. </li><li>Pateria, P., De Boer, B., &amp; MacQuillan, G. (2013). Liver abnormalities in drug and substance abusers. Best practice &amp; research Clinical gastroenterology, 27(4), 577-596. </li><li>American Addiction Centers. Diakses September 2022. Brain Damage From Drugs &amp; Alcohol (Are Effects Reversible?) </li><li>Dimitrijević, I., Kalezić, N., Ristić, J., Bojović, O., &amp; Dimitrijević, N. (2008). Digestive system damage caused by substance abuse. Acta chirurgica Iugoslavica, 55(3), 133-138. </li><li>Vahabzadeh, M., &amp; Mégarbane, B. (2020). Abdominal pain related to adulterated opium: An emerging issue in drug addicts. World journal of psychiatry, 10(5), 95. </li><li>Gould, T. J. (2010). Addiction and cognition. Addiction science &amp; clinical practice, 5(2), 4. </li><li>Quello, S. B., Brady, K. T., &amp; Sonne, S. C. (2005). Mood disorders and substance use disorder: a complex comorbidity. Science &amp; practice perspectives, 3(1), 13. </li><li>Addiction Center. Diakses pada Februari 2023. Depression </li></ul>

8 Bahaya Narkoba untuk Kesehatan Fisik dan Mental. Bisa AIDS!

Ternyata ada banyak manfaat ciuman untuk kesehatan kita - AlteaCare | Foto: Envato

Ada banyak cara untuk menunjukkan rasa kasih sayang. Salah satunya adalah dengan ciuman.Ternyata, terlepas dari aspek romantismenya, ada banyak manfaat ciuman untuk kesehatan kita, lo! Lebih dari sekadar aktivitas seksual, ciuman sebenarnya juga menyatakan adanya keterikatan antara pasangan. Studi menunjukkan, wanita cenderung lebih menghargai ciuman daripada laki-laki. Jadi, para pria yang berniat mau memperbaiki hubungannya dengan pasangan disarankan untuk lebih sering berinisiatif mencium pasangannya duluan. Yang menarik, ciuman itu tidak hanya bikin kita tambah sayang dengan pasangan. Tapi, ada juga sejumlah manfaat ciuman yang berkaitan dengan kesehatan fisik maupun mental. Yuk, simak selengkapnya di sini! <h2>Manfaat Ciuman untuk Fisik dan Mental Kita </h2>Berikut beberapa alasan kenapa Anda perlu sering mencium pasangan: <h3>1. Membakar Kalori </h3>Ternyata manfaat ciuman sama seperti berolahraga ringan. Sebab, ciuman bisa bikin jantung berdebar lebih cepat dan tubuh melepaskan hormon. Sebagai efek lanjutannya, tubuh akan membakar kalori. Menurut studi dari the American Journal of Medicine, memberi ciuman-ciuman kecil ke pasangan selama satu menit sudah bisa membuat setidaknya dua otot bekerja dan 2-3 kalori terbakar. Sementara itu, berciuman dengan penuh gairah bisa melibatkan 23-34 otot di wajah kita dan membakar 5-26 kalori setiap menitnya. Tentu saja, jumlah kalori yang terbakar saat ciuman ini hanya sekadar ilustrasi. Masih ada faktor lain yang menentukan, seperti usia, durasi ciuman, dan intensitasnya. Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Umum/artikel/8-aktivitas-beres-beres-rumah-yang-bisa-membakar-kalori-1652178545099" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">8 Aktivitas Beres-Beres Rumah Yang Bisa Membakar Kalori</a> <h3>2. Memperbaiki Suasana Hati </h3>Sobat Altea pasti sering lihat di film, bagaimana pasangan sering berciuman untuk melepaskan stres. Setelahnya, mereka tampak lebih mesra dan bahagia. Kalau dilihat dari sisi ilmiahnya, berciuman memang bisa memberi efek bahagia bagi pasangan. Sebab, saat berciuman tubuh melepaskan tiga hormon, yaitu oksitosin, dopamin, dan serotonin. Ketiganya dapat menimbulkan rasa bahagia dan meningkatkan bonding. Selain itu, hormon ini juga akan menurunkan hormon kortisol alias hormon stres. <h3>3. Menurunkan Tekanan Darah </h3>Manfaat ciuman lainnya yang perlu diketahui adalah bikin tensi jadi aman. Soalnya, saat kita berciuman pembuluh darah akan melebar dan aliran darah menjadi lancar. Dengan sendirinya, tekanan darah pun akan turun. Nah, kalau tekanan darah sudah turun, sakit kepala yang mungkin sedang Anda alami saat itu pun bisa ikut reda. Jadi, tidak berlebihan kalau dibilang ciuman itu baik buat jantung. Sebab, kalau aliran darah lancar dan tekanan darah normal, jantung pun jadi lebih sehat. <h3>4. Kulit jadi Glowing </h3>Sobat Altea tahu tidak berciuman bibir juga bisa bermanfaat besar buat kesehatan kulit kita, lo! Mengutip MedicineNet, berciuman bibir bisa melancarkan aliran darah di kulit. Itu sebabnya, tidak hanya bibir yang memerah setelah ciuman, pipi pun bisa merona. Bonusnya lagi, meningkatnya aliran darah ke kulit juga bisa merangsang produksi kolagen dan elastin, sehingga kulit jadi tampak lebih cerah. Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Umum/artikel/ini-alasan-kenapa-kulit-perempuan-jepang-glowing-1655475774418" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Ini Alasan Kenapa Kulit Perempuan Jepang Glowing</a> <h3>5. Mengencangkan Otot Wajah </h3>Saat kita berciuman, sejumlah otot wajah ikut bekerja. Nah, semakin sering otot-otot di wajah ini dilatih (tentu saja dengan sering berciuman!), lama-lama tentu jadi semakin kencang, ya! Lalu, apa efeknya kalau otot wajah kencang? Antara lain adalah wajah yang semakin kencang dan kerut-kerut pun tersamarkan. Itulah beberapa manfaat ciuman untuk kesehatan fisik dan jiwa kita. Sobat Altea yang saat ini sedang mengalami masalah kesehatan fisik dan mental, jangan ragu untuk lakukan video call dengan dokter spesialis maupun psikolog di AlteaCare, ya! Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> sekarang dan buat janji dengan ahli andalan! Sumber: <ul><li>Alpert, J., S. (2013). Philematology: The Science of Kissing. A Message for the Marital Month of June. The American Journal of Medicine, Volume 126, Issue 6, Page 466 </li><li>Healthline. Diakses pada Februari 2023. How Many Calories Does Kissing Burn? </li><li>Psychology Today. Diakses pada Februari 2023. Why, and When, Couples Should Kiss More </li><li>Healthline. Diakses pada Februari 2023. How Many Calories Does Kissing Burn? </li><li>MedicineNet. Diakses pada Februari 2023. Why Is Kissing Important? 16 Health Benefits of Kissing </li><li>Healthline. Diakses pada Februari 2023. 16 Reasons to Smooch: How Kissing Benefits Your Health </li></ul>

5 Manfaat Ciuman untuk Kesehatan Fisik dan Jiwa

Cara mencintai diri sendiri diawali dengan menerima diri apa adanya - AlteaCare | Foto: Envato

Sobat Altea mungkin sering dengar istilah self love. Yang dimaksud dengan cinta pada diri sendiri tidak sama dengan sifat egois atau mengutamakan diri sendiri, ya. Kalau tahu cara mencintai diri sendiri dengan benar, kita pun jadi bisa lebih mencintai orang lain dengan lebih baik. Selama ini, mungkin kita lebih banyak berorientasi pada pencapaian atau apa yang kita didapatkan sebagai penanda kesuksesan. Faktor-faktor eksternal itu jadi patokan kita untuk merasa lebih bahagia. Nah, saat rencana-rencana kita untuk mencapai sukses atau prestasi itu tidak berjalan sesuai harapan, kita pun merasa tidak berdaya. Tidak jarang kita marah pada diri sendiri. Padahal, kalau kita mau meraih hal-hal terbaik di luar sana, sebenarnya yang dibutuhkan terlebih dulu adalah kondisi fisik dan emosional yang sehat dan terkendali. Kalau urusan fisik, kita pasti sudah tahu caranya. Lalu, bagaimana dengan kondisi emosional? Sobat Altea percaya tidak, sukses itu diawali dengan menerima dan mencintai diri sendiri? Sebab, saat mencintai diri sendiri, kita akan punya rasa percaya diri yang lebih tinggi, bebas dari rasa insecure, dan hati juga lebih bahagia.Selain itu, kita juga menerima diri sepenuhnya, memperlakukan diri sendiri dengan baik dan menghargai diri sendiri, serta mengupayakan yang terbaik untuk pertumbuhan serta kesejahteraan diri sendiri.Lalu, bagaimana mempraktikkan self love alias cara mencintai diri sendiri? Yuk, simak lebih lanjut! <h2>7 Cara Mudah Mencintai Diri Sendiri </h2>Berikut ini adalah beberapa cara yang bisa kita lakukan untuk mulai belajar tentang self love supaya bisa hidup lebih bahagia: <h3>1. Tidak Perlu Membandingkan Diri </h3>Suka lagu “Ojo Dibandingke”? Nah, kita belajar dari lagu ini. Meminjam lirik lagu, salah satu cara untuk mencintai diri sendiri adalah dengan “jangan dibanding-bandingkan dan jangan disaing-saingkan”. Self love dimulai dengan menerima diri sendiri, termasuk kekurangan yang dimiliki. Kita perlu percaya bahwa kita adalah pribadi yang unik. Jadi, tidak perlu membandingkan diri dengan orang lain. Ilmuwan Albert Einstein pernah bilang, sia-sia saja kalau kita menilai bagaimana cara seekor ikan memanjat pohon. Jadi, fokuslah pada apa yang kita miliki dan asah terus kemampuan. Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/kenali-5-fase-quarter-life-crisis-dan-cara-menghadapinya-1660889238387" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Kenali 5 Fase Quarter Life Crisis dan Cara Menghadapinya</a> <h3>2. Tetapkan Batasan </h3>Sering terjebak dalam pertemanan yang menguras emosi? Sebaiknya kita mulai perbaiki diri dengan memilih teman yang tepat. Tetapkan batasan dalam pertemanan. Dekatkan diri dengan teman yang membuat diri kita jauh lebih baik. Sebaliknya, eliminasi teman yang membawa pengaruh buruk. Cara ini juga bisa menjauhkan kita dari pertemanan yang toxic, yang tidak ada manfaatnya selain hanya membawa kita ke jurang kesengsaraan. <h3>3. Sempatkan Buat Jalan-jalan </h3>Traveling sering jadi sarana buat healing. Tapi, terkadang saat kita mau pergi sendirian ada saja yang bilang itu tindakan egois. Itu tidak benar, Sobat Altea! Justru, menyempatkan diri untuk pergi ke suatu tempat dan menyendiri bisa jadi salah satu cara mencintai diri sendiri. Sebagai bentuk self love, cari tempat favorit yang benar-benar bikin kita nyaman, sehingga bisa jadi diri sendiri serta lebih memahami diri sendiri. <h3>4. Beri Afirmasi Positif pada Diri Sendiri </h3>Sering mencela diri sendiri dengan kata-kata negatif, seperti “payah”, “bodoh”, atau “tidak berguna”? Stop mulai hari ini. Afirmasi yang negatif seperti ini tidak akan memberi manfaat positif bagi jiwa kita. Justru, akan lebih baik kalau kita selalu menciptakan dialog yang positif dengan diri sendiri dalam setiap kesempatan. Misalnya, saat alami kegagalan, Anda bisa bilang pada diri sendiri, “Hari ini saya gagal, tapi di lain kesempatan saya pasti bisa berhasil!” Kata-kata yang positif, bahkan ketika hanya diucapkan pada diri sendiri, bisa membuat kita lebih semangat serta lebih dapat menerima diri sendiri. <h3>5. Bersikap Realistis </h3>Yang dimaksud dengan self love bukan menganggap kita adalah terbaik di antara semua orang di sekitar kita. Namun, mencintai diri sendiri berarti mampu melihat diri sendiri secara objektif sebagaimana manusia biasa. Artinya, kita tidak mungkin selalu bahagia, sehat, dan sempurna. Kita juga bisa mengalami rasa sedih atau melakukan kesalahan. <h3>6. Selalu Bersyukur </h3>Kita mungkin sering menulis pesan Whatsapp ke orang tersayang, untuk menyampaikan rasa cinta dan bersyukur karena memilikinya dalam hidup ini. Nah, seberapa sering Anda juga menulis untuk diri sendiri untuk tujuan yang sama? Mensyukuri apa yang kita dapatkan setiap hari itu ternyata penting, lo. Ini juga menjadi salah satu bentuk self love, karena dengan menerima apa yang terjadi pada hari ini, kita juga menerima diri apa adanya. Ada banyak cara untuk menyatakan syukur, bisa dengan buat posting yang positif di media sosial agar sekaligus bisa menginspirasi orang lain. Atau, bisa juga dengan membuat jurnal yang isinya adalah ungkapan rasa syukur Anda Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/7-cara-bersyukur-setiap-hari-harus-sepenuh-hati-1666248472776" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">7 Cara Bersyukur Setiap Hari. Harus Sepenuh Hati!</a> <h3>7. Beri Apresiasi Buat Diri Sendiri </h3>Kita sangat mudah memberi apresiasi kepada orang lain, tapi kerap lupa mengapresiasi diri sendiri. Jadi, jangan pelit-pelit memuji diri sendiri, bahkan untuk hal-hal yang mungkin bagi kita receh. Misalnya, saat kita berhasil makan lebih sehat hari itu. Atau, saat bisa berkendara dari rumah sampai kantor tanpa menggerutu soal pengguna jalan lain.Ingat, mencintai diri sendiri bukan berarti kita harus mengubah segala yang ada dalam hidup ini. Kita hanya perlu memperlakukan diri kita hari ini dengan cara yang lebih baik dibandingkan hari yang telah lalu.Itulah beberapa cara mencintai diri sendiri atau self love. Sobat Altea yang merasa saat ini sedang dalam kondisi sulit untuk mencintai diri sendiri dan butuh teman buat bercerita, coba sempatkan diri untuk video call dengan Psikolog di AlteaCare. Psikolog bisa membantu kita menemukan apa yang sebenarnya terjadi dalam diri kita. Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan buat janji dengan psikolog andalan! Sumber: <ul><li>Psychology Today. Diakses pada September 2022. 10 Steps to Self-Love </li><li>Psychology Today. Diakses pada Januari 2023. How to Love Yourself More </li><li>Psychology Today. Diakses pada Februari 2023. Using Writing to Cultivate Self-Love </li><li>Healthline. Diakses pada Januari 2023. 13 Steps to Achieving Total Self-Love </li><li>Psych Central. Diakses pada Januari 2023. 33 Ways to Love Yourself More </li><li>Life Hack. Diakses pada Januari 2023. 34 Ways to Practice Self-Love and Be Good to Yourself </li></ul>

Self Love Itu Penting, Inilah Cara Agar Bisa Mencintai Diri Sendiri

Secara ilmiah, jatuh cinta bisa berkaitan dengan reaksi dalam tubuh kita - AlteaCare | Foto: Envato

Jatuh cinta, berjuta rasanya. Selain seputar perasaan, apakah ada penjelasan tentang jatuh cinta secara ilmiah? Menurut mitos dari China kuno, kita bisa jatuh cinta dengan seseorang karena dijodohkan oleh Dewa Yue Lao atau Dewa Jodoh. Tidak hanya menjodohkan orang, dia juga bertugas mengatur perjalanan cinta manusia dari awal hingga akhir. Sementara itu, mitos dari Romawi kuno mempercayai bahwa cinta dirancang oleh dewa bernama Cupid. Tidak seperti dewa lain yang tampak gagah perkasa, Cupid digambarkan sebagai sosok anak kecil dengan busur dan panah. Ilustrasi itu konon dipilih karena sifat bayi yang murni seperti adanya cinta. Lalu, bagaimana bila dilihat secara ilmiah? Ternyata, proses yang terjadi saat kita mencintai seseorang sungguh berbeda! Yuk, simak selengkapnya penjelasan mengenai jatuh cinta secara ilmiah berikut ini! <h2>Penjelasan Tentang Jatuh Cinta Secara Ilmiah </h2>Sobat Altea yang sedang jatuh cinta, jangan buru-buru bilang semua ini takdir, ya! Sebab, sebenarnya jatuh cinta bisa jadi hanyalah reaksi yang terjadi di dalam tubuh Anda saja. Apa maksudnya? Baca paparan di bawah sampai habis, ya! <h3>1. Pengaruh Hormon </h3>Semua hal yang kita rasakan tidak lepas dari pengaruh hormon, termasuk jatuh cinta. Saat ada rasa tertarik pada seseorang, di situlah hormon pemicu rasa bahagia bekerja, seperti dopamin, norepinefrin, dan serotonin.Ketiga hormon ini juga bisa membuat kita jadi merasa pusing, lebih energik, dan sangat bahagia. Akibatnya, nafsu makan bisa berkurang, bahkan kita bisa mengalami <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/insomnia-1656931224873" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">insomnia</a>.Selain itu, jatuh cinta juga memicu bekerjanya hormon noradrenalin. Hormon ini bikin badan berkeringat dan jantung berdebar ketika berhadapan dengan orang yang kita sukai. Lalu, hormon fenetilamin juga keluar dan membuat kita merasa dicintai. Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/depresi-karena-patah-hati-begini-cara-mengatasinya-1657710446743" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Depresi Karena Patah Hati? Begini Cara Mengatasinya</a> <h3>2. Reaksi Otak </h3>Jatuh cinta tidak hanya membuat bahagia, tetapi juga mengubah reaksi di seluruh tubuh kita. Salah satunya adalah otak. Studi menyebutkan, jatuh cinta dapat mengaktifkan bagian tertentu di otak yang berkaitan dengan kenikmatan. Saat bertemu orang yang dicintai, intensitas aliran darah meningkat pada area ini. Lalu, studi lainnya menyebut, jatuh cinta akan mengaktifkan bagian ventral pallidum. Bagian ini sangat penting dalam memproses dan mengeksekusi motivasi yang dimiliki, termasuk cinta. Tidak hanya itu. Anda, ketika ditanya mengenai kriteria pasangan ideal, pasti jawabannya berbeda dengan orang lain, 'kan? Nah, kalau yang ini dikendalikan oleh bagian otak yang bernama arginin vasopresin. <h3>3. Kesesuaian Kepribadian </h3>Selain reaksi tubuh, faktor kecocokan jiwa dan kepribadian berpengaruh saat jatuh cinta. Menurut penelitian, orang cenderung jatuh cinta pada orang yang dianggap punya kepribadian yang sesuai dengan preferensinya. Misalnya, kita mendambakan karakter pasangan yang kuat, selera humor yang sama, dan cara bicara yang pintar. Nah, ketika menemukan seseorang dengan kepribadian seperti itu, kita akan otomatis langsung jatuh cinta. <h3>4. Kesiapan Diri </h3>Kesiapan di sini maksudnya mencakup mental dan secara fisik, ya, Sobat Altea! Ukuran kesiapan dapat dilihat dari perubahan sikap. Contoh, ketika seseorang mulai memperhatikan penampilan untuk memikat lawan jenis atau aktif bertemu dengan lawan jenis. Ini bisa masuk dalam indikator kesiapan. Lalu, indikator lainnya adalah saat seseorang merasa sudah pulih dari rasa galau setelah putus cinta. Nah, ini berarti ia sudah siap jatuh cinta lagi dan menjalin hubungan. Faktor usia juga bisa menandakan kesiapan diri. Orang yang sudah berusia dewasa umumnya lebih siap untuk jatuh cinta dan berhubungan. <h2>Tahap Jatuh Cinta </h2>Menurut mitos, orang akan jatuh cinta saat terkena panah asmara dari Cupid. Nah, di dunia nyata cinta memang ada, tetapi caranya hadir dalam kehidupan kita tidak sesederhana itu. Menurut sejumlah pakar, ada sejumlah tahap yang dilalui seseorang ketika jatuh cinta. <h3>1. Hasrat </h3>Munculnya hasrat adalah hal pertama yang dialami saat seseorang sedang jatuh cinta. Hasrat di sini bisa meliputi dorongan untuk bertemu, berdekatan, dan melakukan aktivitas bersama seseorang yang disukai. Hasrat juga berhubungan erat dengan hormon. Pada pria, hormon testosteron, sementara pada wanita hormon estrogen. <h3>2. Euforia </h3>Pada tahap selanjutnya, kita akan diliputi euforia atau suasana emosi meledak-ledak seperti saat kita mengonsumsi alkohol. Saat merasa euforia, kadar dopamin, adrenalin, dan norepinefrin ikut meningkat. Inilah yang membuat orang bilang kalau cinta itu bagaikan candu. Sebab, rasa bahagia yang kita rasakan saat berada bersama orang yang disukai berbeda dengan saat melakukan aktivitas lain. Fun fact: meluapnya adrenalin saat jatuh cinta bisa meningkatkan detak jantung, bikin telapak tangan berkeringat, dan pipi merona kemerahan ketika bertemu gebetan. Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/mau-keluar-dari-toxic-relationship-ini-tips-dari-ahli-1660642315175" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Mau Keluar dari Toxic Relationship? Ini Tips dari Ahli!</a> <h3>3. Merasa Terikat </h3>Setelah semakin dekat dengan orang yang dicintai, kita akan merasa terikat. Pada saat itulah, tubuh mengeluarkan hormon oksitosin. Efeknya, kita jadi ingin selalu dekat si Dia, berpegangan tangan, berpelukan, dan lain-lain. Itulah penjelasan tentang jatuh cinta secara ilmiah. Sobat Altea yang sedang galau karena cinta dan butuh teman cerita yang bisa dipercaya, jangan ragu untuk video call dengan psikolog di AlteaCare, ya! Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan segera buat janji dengan ahlinya! Sumber: <ul><li>Seshadri, K. G. (2016). The neuroendocrinology of love. Indian journal of endocrinology and metabolism, 20(4), 558. </li><li>Mount Elizabeth Health Plus. Diakses pada November 2022. The Science Behind Why We Fall in Love </li><li>Life Enthusiast. Diakses pada November 2022. The Science of PEA (phenylethylamine) </li><li>Science Daily. Diakses pada November 2022. What falling in love does to your heart and brain </li><li>Psychology Today. Diakses pada November 2022. How We Fall in Love </li></ul>

Penjelasan Jatuh Cinta Secara Ilmiah. Bukan Cuma Soal Hati!

Ternyata ada juga manfaat cinta untuk kesehatan - AlteaCare | Foto: Envato

Kalau orang bilang cinta adalah anugerah terindah, ternyata ada benar juganya. Selain membuat bahagia, ada banyak juga manfaat jatuh cinta untuk kesehatan! Saat kita dengar lagu, nonton film, bahkan nongkrong bersama teman, obrolan soal percintaan hampir tidak pernah terlewatkan. Ini wajar, sebab kita punya kebutuhan untuk punya pasangan yang mendampingi hingga tua nanti. Secara ilmiah, ketika jatuh cinta, otak kita dipenuhi oleh amfetamin, senyawa kimia yang dapat mendorong kadar dopamin. Itulah sebabnya, kita akan merasa bersemangat dan antusias ketika jatuh cinta. Tidak heran karenanya, kalau banyak orang akhirnya jadi bucin alias budak cinta saat jatuh cinta, karena ada dorongan yang membuatnya bersemangat. Selain itu, Sobat Altea tahu tidak: jatuh cinta juga bisa bikin tubuh kita semakin sehat, lo! Yuk, simak penjelasan mengenai manfaat jatuh cinta untuk kesehatan berikut ini! <h2>7 Manfaat Jatuh Cinta untuk Kesehatan </h2>Berikut ini adalah sejumlah manfaat sehat yang bisa kita dapatkan saat sedang jatuh cinta: <h3>1. Jauh dari Potensi Depresi </h3>Orang yang jatuh cinta biasanya tidak rentan alami <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/depresi-1656385494520" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">depresi</a>. Soalnya, ketika menghabiskan waktu bersama orang yang dicintai, tubuh kita akan mengeluarkan hormon dopamin. Hormon dopamin adalah salah satu hormon yang dapat menimbulkan rasa bahagia. Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/7-tanda-toxic-relationship-dan-cara-mengatasinya-1655898312455" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">7 Tanda Toxic Relationship dan Cara Mengatasinya</a> 2. Tekanan Darah Terkontrol Pernah deg-degan saat menunggu kedatangan pacar? Ini karena tubuh kita mengeluarkan hormon yang namanya norepinefrin. Hormon ini bertugas menyempitkan pembuluh darah dan mengatur tekanan darah ketika sedang stres. Hasilnya, tensi tidak gampang melonjak. Selain itu, hormon norepinefrin juga berguna meningkatkan kewaspadaan dan fokus kita. <h3>3. Merasa Aman </h3>Rasa aman sangat penting agar kesehatan mental kita terus terjaga. Namun, perasaan aman saat jatuh cinta baru dirasakan saat hubungan kita dengan orang yang dicintai sudah disertai komitmen. Menurut penelitian, saat jatuh cinta darah mengalir ke area di otak yang berkaitan dengan kenikmatan, sehingga kita pun merasa seperti kewalahan. Namun, saat kita sudah punya ikatan, tubuh lama-lama sudah bisa menoleransi stimulan ini. Selain itu, hormon endorfin dan oksitosin membanjiri tubuh. Hasilnya, kita akan merasa aman tenteram. Perasaan seperti ini bisa membantu menjaga agar hubungan dengan pasangan jadi awet. <h3>4. Meredakan Cemas </h3>Secara biologis, rasa cemas dapat dipicu oleh perubahan pada hipotalamus-pituitari-adrenal aksis. Nah, kabar baiknya, jatuh cinta dapat menjadi obat untuk gejala ini. Soalnya menurut penelitian, interaksi sosial, termasuk hubungan cinta, dapat memicu kelenjar endokrin, sehingga bisa menurunkan aktivitas hipotalamus, hormon pituitari, dan kelenjar adrenal. Makanya, orang yang punya relasi yang sehat umumnya tidak mudah mengalami cemas yang berlebihan. <h3>5. Mempercepat Pemulihan Trauma </h3>Saat merasa terikat dan dicintai oleh orang lain, segala luka batin bisa terobati, termasuk trauma. Sebab, orang yang kita cintai pasti memberi dukungan penuh, baik moral dan material. Bahkan, menurut penelitian, tingginya dukungan sosial terbukti bisa mencegah gejala <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/gangguan-stres-pasca-trauma-1659441823433" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">gangguan stres pasca trauma</a> (post traumatic stress disorder/PTSD) pada veteran perang Vietnam. Sementara, hasil sebaliknya terjadi pada veteran yang tidak banyak mendapat dukungan sosial. <h3>6. Luka Fisik Lebih Cepat Sembuh </h3>Sobat Altea termasuk yang heran, apa hubungannya cinta dengan luka fisik?&nbsp; Nah, menurut salah satu studi, ada kaitan antara jatuh cinta dengan proses penyembuhan luka fisik, lo!Ketika jatuh cinta dan menjalin asmara, tubuh kita akan mengeluarkan hormon oksitosin. Nah, hormon ini ternyata juga berguna untuk mempercepat proses penyembuhan luka. Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/mau-keluar-dari-toxic-relationship-ini-tips-dari-ahli-1660642315175" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Mau Keluar dari Toxic Relationship? Ini Tips dari Ahli!</a> <h3>7. Umur Lebih Panjang </h3>Ungkapan "cinta membuat hidup lebih hidup" ternyata bukan isapan jempol belaka. Melansir Harvard Health Publishing, penelitian membuktikan bahwa orang yang punya relasi sehat dengan orang yang dicintai bisa berusia lebih panjang. Ini tidak lepas dari adanya rasa bahagia dan dukungan moral dari orang yang dicintai. Sentuhan cinta tersebut ternyata membuat kita terhindar dari berbagai masalah kesehatan. Itulah sejumlah manfaat jatuh cinta untuk kesehatan. Sobat Altea yang saat ini sedang galau karena terjebak dalam hubungan yang toxic, jangan disimpan sendiri. Cerita saja lewat video call dengan psikolog di AlteaCare, privasi dan rahasia terjamin! Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan segera buat janji dengan ahlinya! Sumber: <ul><li>Young-Bruehl, E. (2003). Where do we fall when we fall in love?. Journal for the Psychoanalysis of Culture and Society, 8(2), 279-288. </li><li>Harvard University. Diakses pada Oktober 2022. Love, Actually: The science behind lust, attraction, and companionship </li><li>Cleveland Clinic. Diakses pada Oktober 2022. Norepinephrine (Noradrenaline) </li><li>Science Daily. Diakses pada Oktober 2022. What falling in love does to your heart and brain </li><li>Faravelli, C., Sauro, C. L., Godini, L., Lelli, L., Benni, L., Pietrini, F., ... &amp; Ricca, V. (2012). Childhood stressful events, HPA axis and anxiety disorders. World journal of psychiatry, 2(1), 13. </li><li>Carter, C. S. (1998). Neuroendocrine perspectives on social attachment and love. Psychoneuroendocrinology, 23(8), 779-818. </li><li>Ozbay, F., Johnson, D. C., Dimoulas, E., Morgan Iii, C. A., Charney, D., &amp; Southwick, S. (2007). Social support and resilience to stress: from neurobiology to clinical practice. Psychiatry (Edgmont), 4(5), 35. </li><li>Gouin, J. P., &amp; Kiecolt-Glaser, J. K. (2011). The impact of psychological stress on wound healing: methods and mechanisms. Immunology and Allergy Clinics, 31(1), 81-93. </li><li>Harvard Health Publishing. Diakses pada Oktober 2022. Strengthen relationships for longer, healthier life </li></ul>

7 Manfaat Jatuh Cinta untuk Kesehatan. Bisa Panjang Umur!

Sebelum ke psikolog Anda perlu persiapan agar tidak buang-buang waktu - AlteaCare | Foto: Envato

Saat kondisi psikologis sedang galau, sebaiknya Anda langsung pergi temui psikolog. Nah, agar waktu tidak terbuang sia-sia, ada beberapa hal yang perlu Anda perhatikan sebelum pergi ke psikolog. Banyak orang ragu untuk pergi ke psikolog karena stigma negatif yang beredar di masyarakat. Mereka merasa malu jika mengalami gangguan mental tertentu. Ada pula orang yang ragu ke psikolog karena menganggap gangguannya tidak bisa diatasi. Padahal, satu hal yang harus Anda ingat, pergi ke psikolog tidak sama seperti makan cabai, yang sekali makan langsung terasa. Tujuan konsultasi ke psikolog atau mengikuti psikoterapi adalah mengurangi gejala gangguan kesehatan mental secara bertahap. Jadi, Anda harus tetap sabar mengikuti proses terapinya. Selain itu, Anda juga harus mempersiapkan diri karena durasi satu kali sesi berkonsultasi sangat terbatas. Nah, kali ini AlteaCare akan membantu Anda menyiapkan beberapa hal sebelum pergi ke psikolog. Apa saja itu? Yuk, simak selengkapnya berikut ini! <h2>Kenapa Perlu Pergi ke Psikolog? </h2>Jika merasa ada yang salah dengan diri Anda, segeralah ke psikolog. Kenapa? Pada prinsipnya, ilmu psikologi dapat menjelaskan alasan di balik perilaku seseorang. Nah, psikolog akan membantu menjelaskan ada apa di balik perubahan perilaku yang Anda alami atau rasakan. Berbekal ilmu yang dimiliki, psikolog akan membantu Anda untuk lebih mampu mengambil keputusan, mengelola stres, dan mengelola perilaku lainnya. Jika gejala gangguan sudah berkurang, Anda dapat lebih percaya diri dalam menjalani hidup, menjalin hubungan asmara, dan lain-lain. Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/6-alasan-anda-butuh-pelukan-setiap-hari-1648608385519" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">6 Alasan Anda Butuh Pelukan Setiap Hari</a> <h2>Bagaimana Cara untuk Tahu Kalau Kita Butuh Psikolog? </h2>Memang, banyak masalah yang sebenarnya bisa selesai tanpa psikolog. Semisal, stres karena diganggu anak saat bekerja, kalah main gim, tim sepakbola kesayangan kalah, dan lain-lain. Namun, ada pula masalah yang sebaiknya kita bawa ke psikolog agar bisa diketahui sampai ke akar-akarnya. Berikut ini beberapa sinyal kalau Anda perlu bantuan psikolog: <ul><li>waktu Anda tersita hanya untuk memikirkan sebuah masalah, setidaknya satu jam setiap hari </li><li>masalah yang dialami bikin Anda malu atau menghindari orang lain </li><li>kualitas hidup Anda terasa menurun, misalnya jadi kurang tidur, makan tidak teratur, dan lain-lain </li><li>masalah tersebut berdampak pada aktivitas di kantor, sekolah, maupun relasi pribadi dengan orang lain </li><li>masalah itu membuat hidup Anda berubah atau Anda jadi punya kebiasaan baru untuk menghadapi masalah tersebut </li><li>merasa kewalahan menghadapi masalah tersebut </li><li>selalu kelelahan dan tidak punya energi </li><li>mudah marah, jengkel, bahkan sampai meledak </li><li>takut, cemas, atau panik berlebihan ketika berada dalam situasi atau tempat tertentu </li><li>merasa tidak memiliki harapan </li><li>bersikap apatis dan tidak tertarik untuk bersosialisasi lagi </li></ul><h2>Persiapan Sebelum ke Psikolog </h2>Setelah mengetahui bahwa Anda perlu ke psikolog, saatnya mempersiapkan diri. Berikut adalah beberapa hal yang harus Anda persiapkan sebelum pergi ke psikolog agar tidak buang-buang waktu. <h3>1. Siapkan Daftar Topik yang Akan Dibahas </h3>Setiap harinya, psikolog bisa melayani beberapa klien. Makanya, kita tidak punya waktu seharian untuk menceritakan semua hal tentang kita dari A sampai Z. Untuk hemat waktu dan dialog pun lebih terfokus, buatlah catatan berisi topik yang akan dibahas. Beberapa poin ini harus dimasukkan ke dalam catatan Anda: <ul><li>tantangan yang sedang dialami </li><li>perubahan dalam diri, secara kejiwaan dan gaya hidup </li><li>hal-hal yang sudah Anda coba agar merasa baik </li><li>komplain dari teman atau keluarga tentang perubahan sikap </li><li>kondisi keluarga </li><li>berapa lama Anda mengalami semua ini </li></ul><h3>2. Beritahukan Rencana Konseling pada Seseorang </h3>Sebelum pergi ke psikolog, bicaralah pada orang yang Anda percayai, entah itu sahabat atau kerabat. Kalau bisa, berceritalah pada orang yang juga pernah menjalani sesi konseling dengan psikolog. Ia mungkin bisa beri masukan, apa saja yang harus Anda lakukan dan ceritakan selama konseling. Berdialog dengan orang yang pernah menjalani konseling mungkin juga dapat memunculkan ide baru seputar hal yang ingin Anda capai saat ke psikolog. <h3>3. Bersikap Jujur dan Terbuka </h3>Kejujuran adalah kunci sukses dari sesi konseling yang Anda jalani. Beri tahulah psikolog semua hal yang Anda alami. Ingat, psikolog hadir bukan untuk menghakimi Anda benar atau salah, melainkan untuk membuat Anda merasa lebih baik dan membantu memperbaiki hidup. Jangan malu juga untuk menangis saat konsultasi, sebab ini sangat normal terjadi. Tangisan adalah salah satu bentuk ekspresi dari apa yang kita rasakan. <h3>4. Jangan Takut Kalau Tiba-tiba “Blank” </h3>Mungkin Anda sudah siap apa saja yang mau dibicarakan. Tapi, saat konseling dimulai, bisa saja Anda hanya ingat satu-dua hal. Atau, sama sekali lupa mau bilang apa. Tenang saja, Sobat Altea. Pergi ke psikolog bukan seperti ikut tes CPNS, kok! Kalau sampai Anda terdiam, psikolog akan lebih banyak bertanya atau memancing. Jadi, Anda hanya perlu jujur dalam menjawab pertanyaannya. Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/apa-itu-healing-sebenarnya-ini-penjelasan-caranya-1661250408465" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Apa Itu Healing Sebenarnya? Ini Penjelasan &amp; Caranya!</a> <h3>5. Hati-hati dengan Ekspektasi </h3>Saat pertama kali jalani konseling, hindari punya ekspektasi terlalu tinggi. Sesi pertama biasanya dimanfaatkan psikolog untuk memahami Anda. Ia akan bertanya kabar Anda, keluarga, pasangan, atau kesibukan sehari-hari. Jadi, besar kemungkinan Anda belum dapat apa-apa usai konseling. Namun, jangan menyerah. Datanglah kembali untuk sesi berikutnya dan beri kesempatan pada psikolog untuk lebih mengenal dan menggali masalah yang Anda alami. Seiring perjalanan waktu, psikolog akan mendampingi Anda keluar dari keterpurukan. Itulah hal yang harus Anda siapkan sebelum konsultasi ke psikolog. Sobat Altea yang sedang galau dan butuh konseling dengan psikolog, jangan ragu untuk video call dengan Psikolog yang sudah bergabung di AlteaCare, ya! Anda juga bisa manfaatkan fitur chat dengan Konselor Psikologis secara teratur kalau butuh teman curhat yang lebih suportif dan bisa dipercaya. Fitur ini bisa didapatkan secara berlangganan melalui AlteaCare Premium. Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan segera buat janji dengan psikolog andalan! Sumber: <ul><li>Cuijpers, P. (2019). Targets and outcomes of psychotherapies for mental disorders: an overview. World Psychiatry, 18(3), 276-285. </li><li>University of The District of Columbia. Diakses pada September 2022. The Importance of Psychology in Today’s World </li><li>Good Therapy. Diakses pada September 2022. Why Should I Go to Therapy? 8 Signs It’s Time to See a Therapist </li><li>Choosing Therapy. Diakses pada September 2022. How to Prepare for Your First Therapy Session </li><li>Psychology Today. Diakses pada September 2022. How to Prepare for Your First Therapy Session </li></ul>

5 Persiapan Penting Sebelum ke Psikolog Supaya Lebih Efektif

Borderline personality disorder adalah gangguan yang berkaitan dengan peristiwa traumatis di masa lalu - AlteaCare | Foto: Envato

<h2>Definisi Borderline Personality Disorder </h2>Borderline personality disorder atau gangguan kepribadian ambang adalah gangguan kepribadian yang ditandai dengan ketidakstabilan suasana hati, hubungan dengan orang lain, dan citra diri. Gangguan ini termasuk gangguan yang berat sehingga dapat menghambat seseorang dalam menjalankan fungsinya baik di lingkungan sosial maupun pekerjaan.<h2>Penyebab Borderline Personality Disorder </h2>Gangguan kepribadian ambang sering dikaitkan dengan peristiwa traumatis di masa kecil. Beberapa peristiwa traumatis tersebut antara lain: <ul><li>mengalami pelecehan seksual atau fisik </li><li>dibesarkan dengan orang tua dengan masalah perilaku atau gangguan mental (seperti skizofrenia, <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/gangguan-bipolar-1655444499510" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">gangguan bipolar</a>) </li><li>berpisah dengan orang yang dicintai </li><li>peristiwa duka di masa kecil </li><li>tinggal dalam keluarga yang sering berkonflik atau banyak masalah </li><li>riwayat pelecehan fisik dan seksual saat remaja </li><li>pernah ditelantarkan </li><li>berpisah dengan orangtua </li><li>salah satu orangtua meninggal dunia </li></ul>Rasa trauma yang dialami melalui peristiwa ini dapat membuat seseorang mengalami <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/gangguan-stres-pasca-trauma-1659441823433" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">gangguan stres pasca trauma</a> di masa anak-anak.<h2>Faktor Risiko Borderline Personality Disorder </h2>Hingga kini, para peneliti belum mengetahui dengan jelas apa yang menyebabkan gangguan kepribadian ambang. Namun, penelitian menunjukkan bahwa faktor genetik, lingkungan, dan sosial dapat meningkatkan risiko berkembangnya gangguan ini. Faktor-faktor ini dapat meliputi: <h3>1. Riwayat Keluarga </h3>Orang yang memiliki anggota keluarga dekat (seperti orangtua atau saudara kandung) dengan gangguan kepribadian ambang erisiko lebih tinggi untuk mengalami gangguan serupa. <h3>2. Struktur dan Fungsi Otak </h3>Penelitian menunjukkan, orang dengan gangguan kepribadian ambang mungkin mengalami perubahan struktural dan fungsional di otak, terutama di area yang mengontrol impuls dan regulasi emosi. Namun, penelitian tidak menemukan dengan jelas apakah perubahan ini merupakan faktor risiko gangguan borderline personality disorder (BPD). Atau, sebaliknya, apakah ada kemungkinan justru BPD-lah yang menjadi penyebab perubahan struktur dan fungsi otak. <h3>3. Faktor Lingkungan, Budaya, dan Sosial </h3>Banyak orang dengan gangguan kepribadian ambang melaporkan mengalami peristiwa kehidupan yang traumatis, seperti pelecehan, pengabaian, atau kesulitan selama masa kanak-kanak. Sementara itu, sebagian orang lainnya mungkin pernah memiliki relasi yang tidak stabil dengan orang lain dalam hidupnya. Meskipun faktor-faktor ini dapat meningkatkan risiko, bukan berarti seseorang pasti mengalami BPD bila memiliki salah satu faktor ini. Di sisi lain, orang yang tidak punya faktor risiko di atas juga bisa saja mengalami BPD.<h2>Gejala Borderline Personality Disorder </h2>Beberapa ciri khas orang yang mengalami borderline personality disorder antara lain adalah: <ul><li>sangat berusaha keras supaya tidak diabaikan, ditinggalkan, atau ditelantarkan </li><li>tidak bisa menjalin hubungan yang stabil dengan orang lain </li><li>perasaan dan emosinya tidak stabil </li><li>berperilaku impulsif dan sering kali berbahaya, seperti menghabiskan banyak uang, melakukan seks yang tidak aman, penyalahgunaan zat terlarang, mengemudi dengan ceroboh, dan makan tidak terkendali </li><li>berusaha melukai diri sendiri secara berulang, bahkan mencoba bunuh diri </li><li>suasana hatinya mudah berubah-ubah </li><li>selalu diliputi perasaan hampa yang kronis </li><li>menyimpan rasa marah yang intens dan tidak terkendali </li><li>saat sedang stres, cenderung punya pikiran paranoid dan gejala disosiatif</li></ul><h2>Diagnosis Borderline Personality Disorder </h2>Borderline personality disorder (BPD) dapat didiagnosis oleh psikiater, psikolog, atau pekerja sosial klinis yang berpengalaman. Diagnosis dapat ditegakkan setelah melakukan wawancara secara menyeluruh dan mendiskusikan gejala yang dialami oleh orang yang diperiksa. Pemeriksaan medis yang cermat dan menyeluruh dilakukan untuk membantu menyingkirkan kemungkinan adanya penyebab gejala lainnya. Selain membahas gejala yang dialami, diagnosis juga didukung oleh informasi seputar riwayat medis keluarga, termasuk riwayat penyakit mental. Gangguan BPD biasanya didiagnosis pada masa akhir remaja atau dewasa awal. Namun, tidak tertutup kemungkinan orang berusia di bawah 18 tahun didiagnosis BPD, apabila gejala yang diperlihatkan signifikan dan bertahan setidaknya selama satu tahun. Gangguan kepribadian ambang sering terjadi bersamaan dengan gangguan kesehatan mental lainnya, seperti <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/gangguan-stres-pasca-trauma-1659441823433" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">gangguan stres pasca-trauma </a>(PTSD). Gangguan yang terjadi bersamaan ini dapat mempersulit diagnosis dan pengobatan BPD, terutama jika gejala kedua gangguan ini saling tumpang tindih. Misalnya, orang dengan BPD lebih mungkin mengalami gejala <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/depresi-1656385494520" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">depresi</a> berat, PTSD, <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/gangguan-bipolar-1655444499510" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">gangguan bipolar</a>, <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/gangguan-cemas-menyeluruh-1660016388288" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">gangguan kecemasan</a>, penyalahgunaan zat terlarang, atau gangguan makan.<h2>Pengobatan Borderline Personality Disorder </h2>Borderline personality disorder dapat ditangani melalui serangkaian perawatan yang terdiri atas psikoterapi dikombinasikan dengan bantuan obat-obatan. <h3>1. Metode Psikoterapi </h3>Beberapa metode psikoterapi untuk gangguan kepribadian ambang antara lain seperti terapi perilaku kognitif, interpersonal, atau psikodinamik. Sementara itu, terapi lain yang juga sering diberikan adalah: <h4>a. DBT (Dialectical Behavior Therapy) </h4>Terapi ini dikembangkan khusus untuk individu dengan gangguan kepribadian ambang. DBT menggunakan konsep mindfulness atau kesadaran akan situasi dan keadaan emosi seseorang pada saat ini. DBT juga mengajarkan keterampilan untuk membantu orang mengendalikan emosi yang intens, mengurangi perilaku yang merusak diri sendiri, dan memperbaiki hubungan. <h4>b. MBT (Mentalization-Based Therapy) </h4>MBT adalah jenis psikoterapi jangka panjang yang membantu seseorang untuk bisa memahami pemikiran, kepercayaan, harapan, dan perasaan yang ada dalam dirinya. Setelah itu, juga untuk menghubungkannya dengan tindakan dan perilakunya setiap hari. Dalam kondisi normal, hal ini mudah dilakukan orang. Namun, dalam situasi tertentu, sebagian orang bisa mengalami kesulitan untuk menyelaraskan antara pikiran dan perilakunya. <h4>c. TFP (Transference-Focused Psychotherapy) </h4>Terapi ini juga dikembangkan untuk membantu seseorang dengan borderline personality disorder agar bisa melihat dirinya sendiri dan berperilaku lebih positif dan konstruktif. Dalam terapi ini, seseorang akan belajar mengidentifikasikan emosi, harapan, serta perilakunya secara verbal. Dari situ, ia akan dapat mengenali mana yang positif dan mana yang destruktif.. <h4>d. GPM (General Psychiatric Management) </h4>Terapi GPM juga sering diberikan untuk perawatan bagi orang dengan gangguan kepribadian ambang. Terapis akan berfokus pada perilaku hipersensitif yang dialami orang dengan BPD, terutama yang berkaitan dengan situasi yang dialaminya dalam hubungan dengan orang lain. Selain itu, terapis akan membantu menghubungkan emosi dan perilaku dari orang yang mengalami BPD, dengan penyebab stres dalam hubungan mereka. Terapi juga akan mengajarkan cara untuk memahami gejala dan perilaku yang sering dialami, serta cara mengatasinya. <h3>2. Pemberian Obat </h3>Obat-obatan biasanya tidak digunakan sebagai cara utama untuk mengatasi gangguan kepribadian ambang. Peran obat-obatan hanyalah sebagai pelengkap tambahan dalam proses perawatan. Namun, dalam beberapa kasus, psikiater dapat merekomendasikan obat untuk mengobati gejala tertentu. Begitu juga apabila orang tersebut mengalami gangguan mental lainnya pada saat bersamaan seperti mood swing atau depresi. Perawatan dengan obat-obatan perlu dikoordinasikan dengan lebih dari satu tenaga medis profesional. <h2>Pencegahan Borderline Personality Disorder </h2>Hingga kini, belum ditemukan cara yang pasti untuk mencegah borderline personality disorder. Sebab, penyebabnya pun belum jelas. Selain itu, BPD kerap berakar dari faktor-faktor yang tidak dapat kita kontrol, seperti faktor genetik ataupun trauma yang dialami pada masa lalu. <h2>Kapan Harus ke Dokter? </h2>Apabila Sobat Altea mengalami gejala dan tanda gangguan kepribadian ambang di atas, jangan ragu untuk mencari bantuan profesional. Begitu juga bila ada anggota keluarga atau orang terdekat yang mengalami beberapa karakteristik yang mengarah pada borderline personality disorder. Anda bisa lakukan video call dengan Psikiater maupun Psikolog di aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a>. Konsultasi bisa dilakukan dari rumah agar Anda lebih nyaman dalam berbicara dan mendiskusikan kondisi yang dialami dengan ahlinya. Referensi: <ul><li>Davison, G. C., Neale, J. M., &amp; Kring, A. M. (2014). Abnormal psychology (p. 710). New York: John Wiley. </li><li>American Psychological Association. Diakses pada Desember 2022. Borderline Personality Disorder </li><li>National Institute of Mental Health. Diakses Desember 2022. Borderline Personality Disorder Perrotta, G. (2020). Borderline Personality Disorder: definition, differential diagnosis, clinical contexts and therapeutic approaches. Ann Psychiatry Treatm, 4(1), 043-056. </li><li>Mental Illness Research, Education and Clinical Center. Diakses Desember 2022. Borderline Personality Disorder </li><li>Leichsenring, F., Leibing, E., Kruse, J., New, A. S., &amp; Leweke, F. (2013). Borderline personality disorder. Focus, 11(2), 249-260. </li><li>The Tavistock and Portman NHS Foundation Trust. Diakses pada Januari 2023. Mentalization-based therapy (MBT) </li><li>Good Therapy. Diakses pada Januari 2023.Transference-Focused Therapy (TFP) </li></ul>

Borderline Personality Disorder (BPD)

Ciri-ciri psikopat sering kali menipu banyak orang - AlteaCare | Foto: Envato

Karena banyak nonton film, kita mungkin pikir psikopat adalah orang yang suka menyakiti orang lain tanpa belas kasihan. Namun, apakah ciri-ciri psikopat yang sebenarnya sama seperti di film?Sobat Altea, apa yang pertama kali terbayang saat dengar kata "psikopat"? Mungkin yang terbayang di kepala adalah orang yang sering tertawa sendiri. Atau, suka memanipulasi orang lain, tidak punya empati, dan mudah menyakiti orang lain? Ya, mungkin kira-kira seperti di film&nbsp;Joker atau tokoh Dara di film Rumah Dara. Yang Anda bayangkan ini bisa jadi ada benarnya. Tapi, sebenarnya lebih banyak salahnya, lo! Sebaiknya, untuk memahami seperti apa psikopat itu, jangan ikut referensi dari film, ya! <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/psikopat-1662470143757" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Psikopat</a> adalah gangguan yang ditandai hilangnya emosi dan empati, yang diiringi meningkatnya perilaku impulsif dan antisosial. Penyebab dari gangguan ini pun sebenarnya belum terlalu jelas. Namun, para pakar meyakini bahwa gangguan psikopat bisa dipicu dari masa kecil yang perih, semisal dianiaya, ditolak lingkungannya, kurang kasih sayang orang tua, dan lain-lain. Lalu, seperti apa ya, ciri-ciri psikopat di dunia nyata? Yuk, simak jawabannya di sini! <h2>7 Ciri-Ciri Psikopat yang Harus Diwaspadai </h2>Berikut ini adalah beberapa karakteristik seorang psikopat yang sering ditampilkan dalam kesehariannya dan kerap menipu orang-orang di sekitarnya: <h3>1. Punya Pesona yang Besar </h3>Jika berpikir bahwa seorang psikopat selalu menunjukkan ekspresi wajah seram dengan tawa bengis seperti di film, Anda salah besar. Sebaliknya, psikopat selalu berusaha memberi kesan yang baik di mata orang lain. Bahkan mereka akan berusaha membuat orang lain tertarik kepadanya. Mereka tampil sebagai orang yang penuh wibawa, punya karisma, maupun pandai melucu. Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/tips-pakar-agar-orang-bipolar-bisa-hidup-berkualitas-1662106972872" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Tips Pakar Agar Orang Bipolar Bisa Hidup Berkualitas</a><h3>2. Manipulatif </h3>Di balik pesonanya yang bagaikan magnet bagi orang sekitarnya, seorang psikopat punya sifat manipulatif. Mereka akan melakukan apa pun agar orang lain melakukan hal yang dia inginkan. Orang psikopat tidak segan-segan berbohong, memutar fakta, atau membuat framing yang salah tentang orang lain. Bahkan, mereka bisa pura-pura sedih untuk memanipulasi seseorang masuk ke dalam "perangkapnya". Dampak dari strategi manipulasinya ini sangat luas. Bahkan, bisa berpengaruh pada kehidupan pribadi, pekerjaan, dan hubungan percintaan orang lain. <h3>3. Tidak Punya Empati </h3>Ciri-ciri lain dari psikopat yang mudah terlihat adalah hilangnya rasa empati, bersalah, dan penyesalan. Jadi, ketika Anda terjatuh atau mengalami masalah, orang psikopat cenderung diam saja atau tidak memahami bahwa Anda sedang kesakitan. Ini dikarenakan struktur sel saraf dalam otaknya mengalami gangguan, terutama pada area amigdala. Menurut berbagai studi, amigdala adala area yang berkaitan dengan empati dan rasa takut. Ketika amigdala mengalami gangguan, seseorang tidak mampu mengenali rasa takut yang dialami diri sendiri dan orang lain. <h3>4. Antisosial </h3>Struktur otak yang tidak normal pada orang psikopat membuatnya tidak bisa bersosialisasi dengan baik dan menyesuaikan diri dengan aturan yang berlaku di masyarakat. Tidak heran bila banyak orang psikopat yang terlibat dalam tindak kriminal. Terlepas dari pesona dan citra positif yang berusaha ditampilkan, seorang psikopat tidak ragu menyakiti orang lain. Sebab, ia tidak punya kemampuan berempati dan bertoleransi dengan lingkungan sosialnya. <h3>5. Tidak Bertanggung Jawab </h3>Seorang psikopat juga seringkali adalah pribadi yang impulsif dan tidak bertanggung jawab dalam mengambil keputusan.Mereka cenderung bereaksi sesuai emosi dan berpikir soal risiko ataupun konsekuensi dari pilihan yang diambil. Orang psikopat hanya ingin segera dapat efek berupa kepuasan secara langsung saat melakukan sesuatu.Tidak jarang mereka melimpahkan bebannya, semisal utang atau janji yang dibuat, pada orang lain. Hasilnya, orang lain pun dapat dirugikan dengan tindakannya ini. Namun, sang Psikopat tidak merasa bersalah sedikit pun saat orang lain harus menanggung hasil perbuatannya. Mereka malah berpikir masalah terjadi akibat kesalahan orang lain dan menganggap dirinya juga korban. <h3>6. Tidak Bisa Mengendalikan Diri </h3>Selain tidak bisa bersosialisasi dengan baik, orang dengan gangguan psikopat sering tidak dapat mengendalikan diri. Mereka sering menjadi sering mengabaikan peraturan dan norma di suatu tempat. Bahkan, perilaku semaunya ini juga berpengaruh pada kehidupan seksualnya. Mereka tidak akan segan berhubungan seks yang tidak aman dengan orang asing, atau melakukan hubungan seks yang berbahaya. Bagi mereka, seks bukanlah bentuk cinta, melainkan media untuk memenuhi hasrat saja. Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kehamilan%20dan%20Kesehatan%20Reproduksi/artikel/8-perilaku-hubungan-seks-berisiko-yang-harus-dihindari-1670398931972" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">8 Perilaku Hubungan Seks Berisiko yang Harus Dihindari!</a> <h3>7. Pandai Berstrategi </h3>Seorang psikopat seringkali punya tingkat kecerdasan yang tinggi. Ironisnya, kepintaran ini tidak disertai dengan empati. Dalam bertindak, mereka selalu memikirkan strategi yang visioner. Namun, visinya tersebut digunakan untuk kepentingannya sendiri. Sehari-hari, mereka bisa saja tampak beradaptasi dengan lingkungan sekitar. Namun, suatu ketika mereka bisa mengkhianati orang lain tanpa ragu, karena tidak merasa ada ikatan dalam hubungan sosial yang telah dijalin. Itulah ciri-ciri psikopat di dunia nyata yang harus Anda waspadai. Sobat Altea yang saat ini sedang mengalami atau memiliki anggota keluarga dengan gangguan kesehatan mental tertentu, jangan ragu untuk dapatkan pertolongan ahli. Segera buat janji untuk video call dengan Psikolog maupun Psikiater yang telah tergabung dalam AlteaCare, ya! Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan segera buat janji dengan psikolog andalan! Sumber: <ul><li>Very Well Mind. Diakses pada September 2022. What Is a Psychopath? </li><li>Anderson, N. E., &amp; Kiehl, K. A. (2014). Psychopathy: Developmental perspectives and their implications for treatment. Restorative neurology and neuroscience, 32(1), 103-117. </li><li>Marsh, A. A. (2013). What can we learn about emotion by studying psychopathy?. Frontiers in human neuroscience, 7, 181. </li><li>Yao, X., Zhang, F., Yang, T., Lin, T., Xiang, L., Xu, F., &amp; He, G. (2019). Psychopathy and decision-making: Antisocial factor associated with risky decision-making in offenders. Frontiers in Psychology, 10, 166. </li><li>Gervais, M. M., Kline, M., Ludmer, M., George, R., &amp; Manson, J. H. (2013). The strategy of psychopathy: primary psychopathic traits predict defection on low-value relationships. Proceedings of the Royal Society B: Biological Sciences, 280(1757), 20122773. </li></ul>

7 Ciri-Ciri Psikopat yang Harus Diwaspadai. Beda dari Film!

Fobia gelap bisa membuat seseorang mengalami rasa takut yang berlebihan - AlteaCare | Foto: Envato

Ternyata, banyak juga, lo, orang yang punya rasa takut tidak masuk akal terhadap kegelapan. Bahkan, sampai ke tahap fobia. Untuk bisa fobia gelap, kita harus melalui proses yang panjang.Rasa takut berlebihan terhadap gelap biasanya disebut dengan istilah niktofobia. Niktofobia berbeda dengan ketakutan biasa akan gelap. Sebab, orang dengan niktofobia mengalami gejala ketakutan secara berlebihan, bahkan sampai tidak masuk akal. Beberapa di antaranya adalah sebagai berikut: <ul><li>tidak berani keluar di malam hari </li><li>ketika berada dalam ruangan gelap, jantungnya deg-degan, badannya terasa tidak enak, berkeringat, gemetar </li><li>tidak bisa tidur bila lampu kamar mati </li><li>berusaha lari saat berada di ruangan gelap </li><li>marah ketika ada yang meminta untuk masuk ke ruangan yang gelap </li></ul>Lalu, bagaimana cara mengatasi fobia gelap atau niktofobia ini? Yuk, simak tipsnya di bawah ini! <h2>7 Cara Mengatasi Fobia Gelap yang Efektif </h2>Berapa jenis terapi ini bisa dilakukan untuk membantu mengatasi fobia terhadap kegelapan: <h3>1. Terapi dengan Teknologi Virtual Reality </h3>Dengan majunya teknologi, gawai virtual reality (VR) juga bisa digunakan sebagai alat terapi. Jadi, Anda bisa melatih kemampuan menghadapi fobia gelap tanpa didampingi terapis. Alat VR akan menampilkan simulasi ruangan gelap. Tayangan tersebut dapat merangsang kita untuk terbiasa berada di ruangan gelap. Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/5-cara-mengatasi-fobia-ketinggian-paling-efektif-1673531045711" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">5 Cara Mengatasi Fobia Ketinggian Paling Efektif</a> <h3>2. Hipnoterapi </h3>Hipnoterapi juga sangat efektif untuk membantu orang dengan fobia gelap. Biasanya metode ini diaplikasikan pada orang yang mengalami fobia akibat adanya trauma berat. MIsalnya, pernah disekap di ruang gelap, mengalami kekerasan di ruang gelap, dan lain-lain. Lamanya terapi pun tidak bisa hanya satu atau dua kali datang. Menurut penelitian dari American Journal of Clinical Hypnosis, perlu waktu lebih dari empat tahun terapi untuk bisa menyembuhkan ketakutan tersebut. <h3>3. Mengubah Pola Pikir </h3>Bila fobia yang dialami tidak terlalu parah, Anda bisa melatih diri sendiri dengan mencoba perlahan-lahan mengubah pola pikir. Ketika berjalan di tengah kegelapan, cobalah katakan hal berikut untuk memberi sugesti pada diri sendiri: "Ini memang gelap, tetapi aman, kok!" Ulangi terus kata-kata tersebut untuk membuat hati lebih tenang dan mengurangi kecemasan. <h3>4. Pikirkan Hal Menyenangkan </h3>Saat berjalan di tempat yang gelap, lalu rasa panik dan takut mulai melanda, cobalah memikirkan hal menyenangkan. Misalnya, membayangkan momen kencan dengan pacar, keseruan makan-makan bersama teman, kegembiraan waktu beli mobil baru, dan lain-lain. Ini bisa membantu Anda mengalihkan pikiran negatif saat berada di tempat yang gelap. <h3>5. Terapi Perilaku Kognitif </h3>Terapi perilaku kognitif atau cognitive behavioral therapy (CBT) banyak digunakan terapis profesional untuk menangani orang dengan masalah fobia gelap. Tujuan terapi ini adalah mengubah perspektif pengidap niktofobia tentang kegelapan. Caranya, mereka diminta untuk menghadapi penyebab rasa takutnya, yaitu kegelapan, sedikit demi sedikit. Diharapkan, bila sudah sering terpapar situasi gelap, orang akan semakin terbiasa dan persepsinya terhadap kegelapan dapat berubah. <h3>6. Teknik Pernapasan Mendalam </h3>Mengatur napas di saat rasa takut datang adalah cara yang sangat efektif buat mereka yang punya fobia gelap. Jadi, saat detak jantung Anda mulai berpacu sewaktu di ruangan gelap, coba ambil napas dalam-dalam dan embuskan perlahan. Lakukan terus sambil berusaha tenangkan pikiran Anda. Cara ini dapat membantu mengendalikan stres akibat fobia. Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/mengenal-tokophobia-rasa-takut-hamil-yang-berlebihan-1667196697292" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Mengenal Tokophobia, Rasa Takut Hamil yang Berlebihan</a> <h3>7. Berolahraga </h3>Seperti jenis fobia lainnya, fobia gelap adalah salah satu jenis <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/gangguan-ansietas-fobik-1660883320684" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">gangguan kecemasan</a>. Menurut penelitian, salah satu cara untuk mengatasi kecemasan tersebut adalah dengan berolahraga secara rutin. Berbagai data sejumlah studi menyebutkan, olahraga dapat memperbaiki sistem sel saraf manusia, sehingga gejala kecemasan dapat berkurang. Itulah sejumlah cara mengatasi fobia gelap yang bisa Anda coba. Sobat Altea yang punya gangguan kecemasan maupun fobia yang berlebihan sehingga mengganggu aktivitas sehari-hari, jangan ragu untuk minta bantuan ke ahlinya, ya! Anda bisa lakukan video call dengan psikolog atau psikiater yang tergabung di AlteaCare. Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan segera buat janji dengan ahli andalan! Sumber: <ul><li>Very Well Mind. Diakses pada September 2022. Symptoms and Treatment of Nyctophobia (Fear of the Dark) </li><li>Barceló, M. S., Sáez, B., &amp; Mir, J. M. G. (2020). Feasibility of a virtual reality program to treat children with fear of darkness with nonexpert therapists. Revista de Psicología Clínica con Ninos y Adolescentes, 7(2), 16-21. </li><li>Williams, J. A. (1985). Indirect hypnotic therapy of nyctophobia: A case report. American Journal of Clinical Hypnosis, 28(1), 10-15. </li><li>Medical News Today. Diakses pada September 2022. What to know about nyctophobia </li><li>Paulus, E., Yusuf, F. P., Suryani, M., &amp; Suryana, I. (2019, June). Development and Evaluation on Night Forest Virtual Reality as Innovative Nyctophobia Treatment. In Journal of Physics: Conference Series (Vol. 1235, No. 1, p. 012003). IOP Publishing. </li><li>Healthline. Diakses pada September 2022. What Is Nyctophobia and How Is It Treated? </li><li>Cleveland Clinic. Diakses pada September 2022. Nyctophobia (Fear of the Dark) </li><li>Anderson, E., &amp; Shivakumar, G. (2013). Effects of exercise and physical activity on anxiety. Frontiers in psychiatry, 4, 27. </li></ul>

7 Cara Efektif Mengatasi Fobia Gelap. Harus Beradaptasi!

Mencari bantuan profesional bisa jadi cara mengatasi depresi - AlteaCare | Foto: Envato

Stres adalah hal yang normal dialami semua orang. Namun, jika tidak tertangani dengan baik, stres bisa berubah menjadi depresi. Sepanjang hidup, kita akan mengalami berbagai hal yang tentu saja tidak semuanya indah. Banyak hari-hari buruk yang harus kita lewati.Entah itu putus dari kekasih, dimarahi bos, mengalami kecelakaan, sakit, dan lain-lain. Semua pengalaman tersebut dapat membuat kita stres.Menurut Psikolog dari Catatan Psikologi, Baiq Sopia Iswari Azizah, M.Psi, rasa tertekan akibat hal-hal tidak menyenangkan tersebut dalam dunia psikologi disebut sebagai distress atau stres negatif. Jika stres negatif ini tidak tertangani, dapat berdampak pada kesehatan fisik."Misalnya, ketika ujian atau interview kerja, pasti rasanya deg-degan, ada yang sakit perut, demam, dan lain-lain. Akhirnya aktivitas yang harusnya terlewati bisa terganggu karena ada reaksi fisik berlebihan," ujarnya dalam live streaming AlteaTalk di Instagram AlteaCare (@alteacare.id), Sabtu, 13 Januari 2023.Lalu, ketika stres sudah mengganggu rutinitas sehari-hari dan menyebabkan <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/depresi-1656385494520" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">depresi</a>, apa yang bisa kita lakukan?Yuk, ikuti cara mengatasi depresi paling ampuh berikut ini!<h2>9 Cara Mengatasi Depresi yang Tepat</h2>Sebelum membahas lebih lanjut, Sobat Altea harus ingat, bahwa depresi adalah salah satu jenis gangguan kesehatan mental yang diagnosisnya hanya bisa dilakukan oleh psikiater atau psikolog profesional.Jadi, jangan sampai sembarangan mendiagnosis diri sendiri, ya! Jika sudah merasakan ada yang salah dengan diri Anda, segeralah pergi mencari bantuan psikolog atau psikiater.Setelah sesi konsultasi dan mendapat diagnosis, Anda bisa mempercepat pemulihan diri dengan melakukan beberapa hal berikut.<h3>1. Menulis Jurnal</h3>Menulis jurnal kurang lebih mirip seperti saat kita dulu menulis diari. Lalu, apa saja yang bisa kita tuliskan di jurnal?Jawaban singkatnya, banyak! Jika bingung, beberapa hal berikut ini bisa Anda tuliskan di jurnal:<ul><li>kegiatan sehari-hari, dari pagi hingga malam</li><li>
kondisi emosi selama seharian (misal: "Pukul 12.00 siang tadi saya marah sekali. Emosi saya baru bisa turun sekitar jam 4 sore, waktu saya dengar lagu favorit")</li><li>
hal-hal menyenangkan yang bisa disyukuri</li><li>
kegagalan atau kekecewaan hari ini</li><li>
pencapaian hari ini</li></ul>Menurut Baiq, cara ini sangat efektif untuk mengendalikan emosi. Namun, kita perlu melakukannya secara konsisten.Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/7-cara-bersyukur-setiap-hari-harus-sepenuh-hati-1666248472776" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">7 Cara Bersyukur Setiap Hari. Harus Sepenuh Hati!</a> 
<h3>2. Buat Daftar Rencana Kegiatan</h3>Selain menulis jurnal, Anda juga dapat membuat rencana kegiatan atau to-do-list. Setelah membuat rencana kegiatan, Anda harus mengikutinya dengan baik.Contoh:Rencana Kegiatan, Rabu, 18 Januari 2023 
06.00 - Bangun pagi 
07.00 - Berangkat kerja 
08.00-16.00 - Bekerja di kantor 
16.00 - Berangkat ke stadion olahraga 
17.00-18.00 - Joging 
18.00 - Pulang 
19.00-21.00 - Kursus digital marketing 
21.00-23.00 - Bermain gim lalu tidurMembuat daftar rencana kegiatan atau to-do-list sangat efektif untuk mengurangi gejala depresi karena membuat kita disiplin.&nbsp;"Bila rutin dilakukan,&nbsp;sangat bisa mengurangi stres karena berkaitan dengan pengaturan&nbsp;waktu," kata Baiq.<h3>3. Memahami Cara Menghadapi Stres</h3>Depresi sangat berkaitan erat dengan stres. Soalnya, salah satu penyebab depresi adalah stres yang tidak dikelola dengan baik.Makanya, kita harus tahu cara menghadapi stres atau stress coping mechanism. Metodenya bisa macam-macam, karena setiap orang punya caranya tersendiri untuk menghadapi stres. Ada yang menuangkannya dalam bentuk tulisan, main gim, berolahraga, dan lain-lain.Ketika kita sudah menemukan cara menghadapi stres yang tepat dan sesuai dengan diri kita, gejala depresi pun bisa berkurang seiring waktu.Sebaliknya, jika kita menghadapi stres dengan sekadar mengikuti cara orang lain, ada kemungkinan bahwa cara tersebut tidak tepat. Akhirnya, tingkat stres kita malah makin tinggi.<h3>4. Mencintai Diri Sendiri</h3>Dengan memperbanyak cinta untuk diri sendiri, kita akan lebih bisa menghargai hidup kita sendiri dan bahagia. Bagaimana cara mencintai diri sendiri?Untuk hal ini, cara setiap orang juga bisa berbeda-beda.Anda bisa memulainya dari tidak membandingkan diri dengan orang lain, menjauhi orang yang "toxic", memberi hadiah kepada diri sendiri, tidak mempedulikan omongan orang lain, dan lain-lain.<h3>5. Cari Teman Curhat</h3>Baiq mengatakan, salah satu hal penting yang dapat kita lakukan saat tertekan adalah bercerita kepada orang lain. Pilihlah orang yang bisa Anda percaya.Lalu, bagaimana kalau orang yang menjadi tempat kita berbagi malah memberikan respon yang tidak sesuai ekspektasi kita?Menurut Baiq, sebaiknya kita belajar untuk tidak menaruh ekspektasi tinggi terhadap respon orang lain."Kenapa responnya tidak sesuai ekspektasi? Karena mereka juga bingung bagaimana cara menghadapinya. Makanya mereka memberikan solusi meski kurang tepat," ujarnya.<h3>6. Berfokus pada Saat Ini</h3>Salah satu sumber tekanan berasal dari hal-hal yang terjadi di masa lalu dan kecemasan akan masa mendatang. "Fokus saja dengan saat ini. Saat ini apa yang harus dilakukan? Apa tujuan melakukan hal tersebut saat ini? Itu yang harus dipikirkan," kata Baiq.<h3>7. Mencoba Hal-Hal Baru</h3>Untuk mengurangi tekanan di dalam kepala, ada baiknya Anda mencoba hal-hal baru. Rutinitas baru ini cukup efektif untuk mengurangi stres.Contoh hal-hal baru yang bisa Anda lakukan di antaranya adalah:<ul><li>mencoba hobi baru (memancing, menulis, membaca, masak, dan lain-lain),</li><li>
pergi ke festival yang belum pernah dikunjungi,</li><li>
liburan ke destinasi wisata yang belum pernah dikunjungi,</li><li>
mencoba kuliner baru, dan lain-lain.</li></ul>Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/6-ide-maksimalkan-weekend-efeknya-terasa-sampai-senin-1650625332848" target="_blank">6 Ide Maksimalkan Weekend. Efeknya Terasa Sampai Senin!</a> 
<h3>8. Bertemu dengan Orang Baru</h3>"Bertemu dengan orang yang punya perspektif berbeda itu membantu kita menghadapi isu kesehatan mental," ujar Baiq.Ada banyak cara yang bisa dilakukan untuk bertemu dengan orang baru, misalnya bergabung ke komunitas yang sesuai hobi kita, berkenalan dengan seseorang di aplikasi kencan, mengikuti kursus, dan lain-lain.Dari aktivitas tersebut, bisa saja kita bertemu teman yang memahami kondisi kita dan memberikan sudut pandang baru yang mengubah hidup.Itulah sejumlah cara mengatasi depresi yang bisa Anda coba.Jika Anda merasa tidak baik-baik saja, video call psikolog dari Catatan Psikologi lewat AlteaCare saja!Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan segera buat janji dengan dokter andalan!

8 Cara Mengatasi Depresi yang Tepat. Jangan Diagnosis Sendiri!

Stres berkepanjangan bisa berpengaruh buruk bagi kesehatan kita - AlteaCare | Foto: Envato

Bila dalam kadar sewajarnya, sebenarnya stres itu bisa bermanfaat positif bagi kesehatan kita. Namun, lain ceritanya bila hidup kita tak lepas dari tekanan bertubi-tubi. Stres berkepanjangan yang tidak terkenali pada akhirnya bisa bikin kita ambruk, lo!Melansir dari Medline Plus, stres adalah luapan perasaan yang berasal dari tekanan emosional maupun fisik. Stres bisa berasal dari kejadian atau pikiran tertentu, yang membuat kita jadi merasa frustrasi, marah, atau senewen. 
Stres sebenarnya merupakan respons tubuh terhadap tantangan atau tuntutan dari luar diri kita. Dalam jangka pendek, stres bisa bikin kita lebih fokus dan berenergi. Sebaliknya stres jangka panjang bisa mengubah struktur sel saraf di otak, bahkan sampai merusak banyak organ atau sel lain dalam tubuh.Lalu, apa saja dampak stres berkepanjangan bagi tubuh? Simak selengkapnya di sini!<h2>Dampak Stres Berkepanjangan pada Kesehatan</h2>Saat gejala stres melanda, sempatkan untuk istirahat. Sebab, tidak dikontrol dengan baik, kita bisa mengalami beberapa masalah berikut:<h3>1. Rambut Rontok</h3>Sebagian orang bisa mengalami stres berkepanjangan sampai rambutnya banyak yang rontok. Penelitian dari Harvard University menyebutkan, fenomena kebotakan dini dan rambut rontok memang berhubungan erat dengan stres kronis. 
Kabar baiknya, sebagian besar masalah rambut rontok akibat stres bersifat sementara. Jadi, bila kita sudah mengatasi hal yang jadi pemicunya, masalah ini bisa ditanggulangi.Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Umum/artikel/8-penyebab-rambut-rontok-yang-wajib-anda-waspadai-1654696252690" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">8 Penyebab Rambut Rontok yang Wajib Anda Waspadai</a> 
<h3>2. Gampang Sakit</h3>Hormon stres bisa pengaruhi sel-sel imun di dalam tubuh kita. Padahal, sel-sel ini berfungsi melindungi tubuh dalam melawan paparan infeksi dan menyembuhkan luka.Saat kita mengalami stres akut, sistem imun kita langsung siaga untuk melawan. Namun, bila stres yang kita alami sifatnya kronis, imun kita akan dilemahkan. Akibatnya, imun tidak dapat efektif melawan saat ada kejadian yang memicu stres atau infeksi patogen yang baru.Ketika sistem kekebalan tubuh atau sel imun jadi melemah, tubuh akan jauh lebih mudah sakit. <h3>3. Sulit Tidur</h3>Studi yang dimuat di Journal of Sleep Resource menyebutkan, stres berkepanjangan juga dapat mengganggu irama sirkadian. Nah, irama sirkadian ini adalah semacam jam biologis tubuh yang mengatur kapan kita terjaga dan kapan kita tidur. Pikiran yang runyam akibat pekerjaan yang belum selesai atau masalah dengan orang sekitar bisa membuat kita jadi sulit untuk tidur atau insomnia. Sementara kita tahu, berkurangnya kualitas tidur juga berdampak pada fungsi tubuh secara keseluruhan. <h3>4. Otot Jadi Tegang</h3>Pinggang pegal-pegal, leher kaku, dan sering kesemutan di tangan dan kaki sering terjadi pada mereka yang bekerja keras bagai kuda.&nbsp;Semakin lama paparan stres, semakin lama juga durasi otot tegang yang bisa yang dialami.Melansir dari American Psychological Association, stres memang bisa memicu masalah pada sistem muskuloskeletal, sehingga membuat jaringan otot di seluruh tubuh jadi tegang.<h3>5. Gangguan Reproduksi</h3>Paparan stres yang kronis ternyata juga bisa pengaruhi kualitas keintiman dengan pasangan. Mengutip Healthline, pria yang sering stres lebih berisiko mengalami disfungsi ereksi. Ini karena stres maupun rasa cemas berlebihan bisa mengganggu pengiriman sinyal dari otak ke penis, yang bertujuan untuk melancarkan aliran darah. Sebaliknya, orang yang sudah lama mengalami disfungsi ereksi pun lama-kelamaan bisa didera rasa stres dan cemas. Jadi, dua kondisi ini bisa berputar terus dalam satu siklus.<h3>6. Masalah Kulit</h3>Tidak sedikit dari kita yang bila sudah stres lantas kulit pun jadi jerawatan. Mengutip dari Harvard Medical School, stres dapat merusak lapisan epidermis atau bagian luar kulit. Akibatnya, fungsinya sebagai pelindung dari masuknya bakteri jadi menurun.Selain jerawat di wajah, masalah kulit lain yang dapat muncul akibat stres berkepanjangan antara lain adalah eksim dan psoriasis.<h3>7. Lebih Rentan Penyakit Kardiovaskular</h3>Stres terus-menerus bisa berpengaruh pada kreativitas dan produktivitas. Bagi sebagian orang, tempat kerja adalah sumber stres utama. Menurut American Heart Association, stres kronis bisa membuat kita lebih rentan mengalami <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Penyakit%20Dalam/artikel/hipertensi-1642995633383" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">hipertensi</a>, dan dengan sendirinya risiko mengalami serangan jantung dan stroke pun ikut meningkat. Para ahli menyebutkan, risiko meningkatnya penyakit kardiovaskular ini juga bisa dipengaruhi oleh kebiasaan lain, seperti merokok, makan berlebihan, dan jarang bergerak. Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Penyakit%20Dalam/artikel/profesi-ini-ternyata-berbahaya-buat-jantung-anda-termasuk-1646361116585" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Profesi Ini Ternyata Berbahaya Buat Jantung. Anda Termasuk?</a> 
<h3>8. Gangguan Pencernaan 
</h3>Saat stres, otak akan mengaktifkan sistem saraf otonom, yang kemudian mengirimkan sinyal ke sistem pencernaan. Para peneliti percaya, koneksi antara otak dan pencernaan ini sangat erat, sehingga saat kita stres maupun gugup, kinerja usus pun bisa ikut terganggu. Akibatnya, kita dapat mengalami sakit perut, sembelit, diare, dan tukak lambung.Sebaliknya, menurut peneliti bakteri di dalam usus kita bisa pengaruhi mood. Karena itu, ketidakseimbangan bakteri di dalam usus bisa berdampak pada kondisi psikologis kita.Itulah beberapa dampak stres berkepanjangan terhadap kesehatan kita.Sobat Altea yang sering terpapar stres, sebaiknya ketahui cara mengendalikannya dengan tepat. Anda bisa lakukan video call dengan Psikolog di AlteaCare untuk dapatkan saran dan rekomendasi sesuai kondisi. Anda juga bisa manfaatkan fitur chat dengan Konselor Psikologis di aplikasi, untuk curhat seputar masalah yang dialami. Yuk, unduh <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan buat janji dengan Psikolog dan Konselor andalan! Sumber:<ul><li>National Institutes of Health. Diakses pada Januari 2023. How stress causes hair loss</li><li>
WebMD. Diakses pada Januari 2023. 3 Ways to Reverse Hair Loss From Stress</li><li>
UC San Diego Health. Diakses pada Januari 2023. Moments of Acute Stress Can Cause Molecular Alterations in Immune Response</li><li>
Kalmbach, D., A., Anderson, J., R., &amp; Drake, C., L. (2020). The impact of stress on sleep: Pathogenic sleep reactivity as a vulnerability to insomnia and circadian disorders. Journal Sleep Resource, 27(6): e12710.</li><li>
American Psychological Association. Diakses pada Januari 2023. Stress effects on the body</li><li>
Healthline. Diakses pada Januari 2023. Can Stress and Anxiety Cause Erectile Dysfunction?</li><li>
Harvard Medical School. Diakses pada Januari 2023. Stress may be getting to your skin, but it’s not a one-way street</li><li>
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Diakses pada Januari 2023. Dampak Stres tidak hanya mengganggu kejiwaan namun juga berdampak pada kesehatan fisik.</li><li>
American Heart Association. Diakses pada Januari 2023. Chronic stress can cause heart trouble</li></ul>

Hati-hati, Stres Berkepanjangan Bisa Timbulkan Dampak Berikut!

Orang yang alami Dunning Kruger effect terlihat meyakinkan tapi sebenarnya tidak tahu banyak - AlteaCare | Foto: Envato

Sobat Altea mungkin punya teman yang rajin komentari segala isu yang lagi hangat di luaran. Mulai dari kasus kriminal, politik, pandemi, sampai harga sembako yang naik. Seolah dia yang paling paham, deh. Nah, para ahli psikologi menyebut perilaku ini sebagai Dunning Kruger effect. Di satu sisi, orang seperti ini terlihat kritis dan pintar. Namun, sebenarnya dia cuma tahu sedikit saja. Apa yang diutarakan hanya berdasarkan pendapat pribadi tanpa ada dasarnya. Perilaku seperti ini dalam pergaulan mungkin tidak mengganggu. Tapi, masalah bisa terjadi semisal orang tersebut punya posisi penting di perusahaan. Atau, termasuk orang yang punya follower banyak di media sosial. Sebab, opininya bisa menyesatkan orang lain.Apa sebenarnya yang dimaksud dengan Dunning Kruger effect dan seperti apa dampaknya pada orang sekitarnyaYuk, simak penjelasan lengkapnya berikut!<h2>Apa itu Dunning Kruger Effect?</h2>Dunning Kruger effect adalah suatu fenomena yang diamati oleh dua orang psikolog asal Amerika Serikat pada 1999, yaitu David Dunning dan Justin Kruger. Secara sederhana, fenomena mengungkap adanya bias pemahaman dalam diri seseorang, sehingga menganggap dirinya lebih hebat dibandingkan orang lain. Penilaian superior ini bisa berhubungan dengan pengetahuan atau keterampilan tertentu. Orang yang mengalami efek Dunning Kruger mungkin dalam kehidupan sehari-hari sering kita sebut sok tahu, ya. Masalahnya, rasa sok tahu ini bukan karena mereka tahu. Tapi, lebih didasari oleh ilusi bahwa mereka tahu segalanya.Padahal, apa yang sering mereka bicarakan bisa jadi hanya berdasarkan pemahaman pada permukaannya saja. Bukan karena sudah mendalami topik tersebut. Para ahli menyebut, orang yang sebenarnya punya pengetahuan terbatas tapi berpikir tahu segalanya bisa saja sampai pada kesimpulan yang keliru. Selain itu, ada kemungkinan mereka jatuh dalam kesalahan tanpa menyadarinya.<h2>Dampak Dunning Kruger Effect</h2>Yang perlu dikhawatirkan dari Dunning Kruger effect adalah ketika orang merasa tahu segalanya, mungkin ia cenderung tidak mau mendengarkan orang lain. Nah, ini bisa berdampak besar baik pada diri sendiri maupun orang di sekitarnya, lo! Berikut ini adalah beberapa contoh masalah yang bisa dialami:<h3>1. Jadi Tidak Percaya Dokter</h3>Contoh dampak Dunning Kruger effect yang pertama adalah soal kesehatan. Ketika seseorang merasa sudah paham soal kesehatan, ia bisa jadi tidak percaya pada dokter. Ia selalu mengandalkan informasi kesehatan dengan cara googling di internet, tanpa memastikan apakah sumbernya sudah valid. Selain itu, orang seperti ini juga bisa gampang percaya berita hoaks seputar kesehatan, lalu menyebarkannya pada orang lain.Sebuah survei yang dilakukan di Amerika Serikat, misalnya, memperlihatkan bahwa sepertiga responden percaya bahwa vaksin MMR adalah penyebab autisme. Padahal, WHO sudah menegaskan bahwa vaksin MMR tidak berhubungan dengan gangguan autisme.Contoh lainnya bisa kita lihat di masa pandemi, yaitu banyaknya orang yang tidak mau divaksin COVID-19 dengan anggapan bisa terpapar virus Corona.Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/COVID-19/artikel/6-mitos-yang-bikin-orang-takut-vaksin-covid-19-1644208674425" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">6 Mitos Yang Bikin Orang Takut Vaksin COVID-19</a> 
<h3>2. Mengganggu Kinerja di Kantor</h3>Teori seputar efek Dunning Kruger ini juga bisa berlaku di kantor, lo!Melansir Healthline, orang yang mengalami fenomena ini bisa saja tampak begitu meyakinkan saat proses rekrutmen, namun begitu bekerja ternyata hasilnya tidak seperti yang diharapkan.Selain itu, merasa dirinya selalu benar bisa membuat orang tersebut sulit menerima feedback dari rekan kerja atau atasan. Ini tentu akan berdampak pada kinerja pribadi maupun tim. Yang lebih mengkhawatirkan adalah kemungkinan karyawan seperti ini menyebarkan informasi yang tidak tepat seputar perusahaan ke pihak luar.<h3>3. Meningkatnya Risiko Saat Berkendara</h3>Contoh lain terkait fenomena Dunning Kruger effect adalah perilaku berkendara yang berisiko.Mengutip Healthline, seseorang yang terjebak Dunning Kruger effect, merasa dirinya sebagai pengemudi yang ahli. Ia pun menganggap cara berkendaranya sudah bak ahli. Ketika menerobos lampu merah, misalnya, mereka berpikir kalau ini sah-sah saja dan tidak membahayakan orang lain. Padahal, ini bisa meningkatkan risiko kecelakaan pada dirinya dan pengemudi lainnya. <h3>4. Rentan Terlibat Investasi Bodong</h3>Dengan makin maraknya dunia keuangan dan investasi, bertambah banyak juga peluang meraih cuan dan keuntungan.&nbsp;Namun, sebenarnya kita perlu wawasan mendalam untuk benar-benar paham soal bitcoin, kripto, hingga saham dan trading. Kondisi seperti ini bisa menjebak orang yang mengalami efek Dunning Kruger. Mereka berpikir sudah paham investasi yang ditawarkan dan mengajak teman-temannya untuk ikut. Padahal, ternyata mereka sebenarnya hanya paham permukaannya saja dan cuma berorientasi pada profit.Ujung-ujungnya mereka malah jadi korban investasi bodong.Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/kenali-duck-syndrome-terlihat-kalem-walau-sedang-tertekan-1669370802119" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Kenali Duck Syndrome, Terlihat Kalem Walau Sedang Tertekan</a> 
<h2>Cara Mengatasi Dunning Kruger Effect</h2>Banyak orang yang terjebak dalam efek Dunning Kruger ini tidak sadar. Jika ada orang terdekat kita yang mengalami hal ini, berikut adalah beberapa hal yang bisa kita lakukan:<ul><li>Berikan feedback. Jangan lelah berikan masukan atau saran, meski orang yang alami Dunning Kruger effect adalah orang yang sibuk dengan pemahamannya sendiri. </li><li>Pendekatan yang tepat. Cari waktu dan dekati dengan hati-hati supaya pikiran orang tersebut dapat terbuka.</li><li>
Ajak belajar. Sering kali, penyebab orang merasa dirinya paling benar adalah kurang wawasan. Daripada menceramahi mereka, lebih baik ajak untuk belajar sama-sama.</li><li>
Dorong untuk lebih kritis. Kita bisa perlihatkan berbagai pilihan maupun informasi lain yang ada di luar supaya ia bisa sadar kondisi yang sebenarnya.</li></ul>Itulah penjelasan lengkap seputar Dunning Kruger effect, serta dampak dan bagaimana cara menghadapinya.Sobat Altea yang butuh dukungan dari profesional untuk mengembangkan potensi diri maupun mengatasi masalah psikologis, jangan ragu untuk video call dengan psikolog di AlteaCare, ya!Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan buat janji dengan psikolog andalan! Sumber:<ul><li>Dunning, D., Health, C., Suls, J., M. (2004). Flawed Self-Assessment: Implications for Health, Education, and the Workplace. Sage Journals, Volume: 5 issue: 3, page(s): 69-106</li><li>
Gignac, G., E. (2022). The association between objective and subjective financial literacy: Failure to observe the Dunning-Kruger effect. Personality and Individual Differences, Volume 184, 111224</li><li>
Healthline. Diakses pada Agustus 2022. The Dunning-Kruger Effect Explained</li><li>
Motta, M., Callaghan, T., &amp; Sylvester, S. (2018). Knowing less but presuming more: Dunning-Kruger effects and the endorsement of anti-vaccine policy attitudes. Social Science &amp; Medicine, Volume 211, Pages 274-281.</li><li>
Psychology Today. Diakses pada Agustus 2022. Dunning-Kruger Effect</li></ul>

Kenali Dunning Kruger Effect, Saat Orang Merasa Paling Benar

Beberapa terapi bisa jadi cara untuk mengatasi fobia ketinggian - AlteaCare | Foto: Envato

Pesta di rooftop lantai 20, tinggal di apartemen lantai 15, atau berdiri di tepi tebing saat berwisata alam? Buat sebagian orang mungkin ini seru, tapi buat pengidap akrofobia ini adalah hal menakutkan. Lalu, adakah sebenarnya cara untuk mengatasi fobia ketinggian?Akrofobia atau fobia ketinggian adalah rasa takut berlebihan yang dimiliki seseorang saat berada di tempat yang tinggi. Menurut Cleveland Clinic, akrofobia termasuk salah satu tipe <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/gangguan-ansietas-fobik-1660883320684" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">gangguan ansietas atau kecemasan fobik</a>.Maka dari itu, jangan harap pengidap akrofobia mau kalau ditantang untuk bungee jumping, naik wahana bianglala, atau menyeberangi jembatan yang berada di tebing tinggi. Sebab, ini bisa bikin mereka panik dan ketakutan.Memang, banyak dari kita pasti merasa tegang saat berada di tempat yang sangat tinggi. Namun, orang dengan akrofobia mengekspresikan rasa takutnya secara berlebihan, bahkan tidak masuk akal. Mulai dari gemetaran, deg-degan, pusing, mual, hingga sesak napas.Buat Sobat Altea yang punya fobia ini, jangan khawatir, ya! Altea mau berbagi info mengenai cara mengatasi fobia ketinggian. Yuk, simak tips berikut!<h2>5 Cara Mengatasi Fobia Ketinggian</h2>Beberapa cara ini bisa membantu Anda untuk tetap tenang terkendali saat berada di tempat yang tinggi:<h3>1. Hadapi Rasa Takut Itu</h3>Ketika rasa takut muncul, Anda tidak punya pilihan selain menghadapinya. Rasanya memang tidak nyaman, karena jantung bisa berdetak lebih kencang, darah mengalir lebih cepat, dan irama napas jadi tidak teratur.Namun, satu hal yang harus Anda ingat: ketakutan ini tidak berlangsung selamanya dan akan segera berlalu.Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/5-ciri-khas-panic-attack-berbeda-dengan-panik-biasa-1654514145296" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">5 Ciri Khas “Panic Attack”. Berbeda Dengan Panik Biasa!</a> 
<h3>2. Terapi Virtual</h3>Salah satu jenis terapi yang bisa Anda gunakan adalah virtual reality (VR), baik dengan alat VR, smartphone, maupun teknologi Kinect.Terapi ini berupa simulasi yang membuat kita seolah-olah berada di tempat yang tinggi. Lalu, kita akan berlatih menghadapi ketakutan di lingkungan yang aman. Melakukan terapi ini dapat lambat-laun mengurangi level fobia kita.Menurut penelitian yang dipublikasikan di jurnal Procedia Computer Science, terapi ini cukup ampuh untuk mengurangi ketakutan pada pengidap akrofobia.<h3>3. Terapi Eksposur</h3>Salah satu terapi yang bisa dicoba untuk mengatasi fobia ketinggian adalah terapi eksposur atau paparan.Terapi ini bekerja dengan cara merangsang ketakutan Anda secara bertahap. Tahapannya bisa dimulai dengan yang sederhana, semisal melihat foto yang menggambarkan ketinggian, membayangkan berada di ketinggian, dan lain-lain.Setelah fase ini terlewati, Anda bisa mencoba berdiri di dekat ketinggian, semisal di tepi eskalator mal atau sisi jendela gedung yang tinggi. Sedikit demi sedikit, level stimulasi untuk ketinggian akan ditingkatkan, hingga akhirnya Anda terbiasa. Menurut sejumlah penelitian, terapi eksposur terbukti ampuh untuk mengatasi kecemasan dan rasa takut, termasuk fobia ketinggian.&nbsp;Namun, bila Anda merasa belum siap untuk lakukan terapi eksposur, coba jajaki terapi kognitif perilaku (cognitive behavioral therapy). 
<h3>4. Hindari Kebiasaan yang Bikin Anda "Merasa Aman"</h3>Ketika berada di ketinggian, kita akan refleks bergerak untuk mencari pengaman. Misalnya, dengan memejamkan mata ketika naik bianglala atau berjongkok saat menyeberangi jembatan yang tinggi.Tindakan ini memang bisa bikin kita merasa aman. Tapi, di saat yang sama, kita bisa gagal menghadapi rasa takut. 
Kita jadi tidak bisa beradaptasi dengan sensasi saat berada di tempat tinggi dan akhirnya tidak akan pernah berani menghadapi ketinggian.Nah, untuk itu sebaiknya Anda hindari kebiasaan ini dan beranikan diri menerima sensasi pada indra-indra saat berada di ketinggian.Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/9-cara-mengatasi-ocd-agar-tidak-sering-kambuh-1654182928720" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">9 Cara Mengatasi OCD Agar Tidak Sering Kambuh</a> 
<h3>5. Obat</h3>Sebenarnya, tidak ada obat yang secara spesifik bisa mengatasi fobia ketinggian.Namun, dokter dapat meresepkan beberapa obat untuk pengidap akrofobia agar bisa mengurangi rasa cemas dan takut. Berikut adalah obat yang biasa digunakan untuk meredakan kecemasan pada orang dengan fobia:<ul><li>Beta blockers: untuk mengatasi gejala gangguan kecemasan, semisal detak jantung yang terlalu cepat</li><li>
Benzodiazepine: obat untuk membantu Anda tetap tenang dan mengurangi kecemasan</li></ul>Itulah sejumlah cara mengatasi fobia ketinggian yang bisa Anda coba.Sobat Altea yang mengalami fobia yang membuat Anda sulit untuk menjalani aktivitas sehari-hari, jangan ragu untuk video call dengan psikolog atau psikiater di AlteaCare, ya!Anda juga bisa manfaatkan fitur chat dengan konselor psikologis pada aplikasi.Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan segera buat janji dengan psikolog dan konselor andalan! Sumber:<ul><li>Cleveland Clinic. Diakses pada Agustus 2022. Acrophobia (Fear of Heights)</li><li>
Psyche. Diakses pada Agustus 2022. How to overcome a fear of heights</li><li>
Suyanto, E. M., Angkasa, D., Turaga, H., &amp; Sutoyo, R. (2017). Overcome acrophobia with the help of virtual reality and kinect technology. Procedia computer science, 116, 476-483.</li><li>
Craske, M. G., Treanor, M., Conway, C. C., Zbozinek, T., &amp; Vervliet, B. (2014). Maximizing exposure therapy: an inhibitory learning approach. Behaviour research and therapy, 58, 10–23.</li></ul>

5 Cara Mengatasi Fobia Ketinggian Paling Efektif

Pertanyaan tentang psikologi sering dimiliki oleh awam - AlteaCare | Foto: Envato

Ilmu psikologi adalah salah satu ilmu yang diminati banyak orang untuk dipelajari. Tidak heran jika banyak orang selalu mencari jawaban dari pertanyaaan tentang psikologi melalui berbagai sumber.Psikologi adalah sebuah cabang ilmu yang membahas mengenai pikiran dan perilaku. Secara umum, hal-hal yang dipelajari dalam ilmu psikologi adalah kejiwaan, fungsi otak, dan perilaku.Orang belajar psikologi tidak lantas jadi psikolog ya, Sobat Altea! Banyak juga lulusan ilmu psikologi yang bekerja di industri dan menangani divisi HR atau manajemen sumber daya manusia.Buat Anda yang penasaran soal seluk-beluk dunia psikologi, kali Altea akan bantu menjawab sejumlah pertanyaan Anda tentang dunia Psikologi.<h2>10 Pertanyaan tentang Psikologi yang Paling Umum</h2>Berikut adalah sejumlah daftar pertanyaan yang sering ditanyakan orang tentang dunia psikologi dan jawabannya.<h3>1. Apa Itu Psikologi Humanistik?</h3>Psikologi humanistik adalah salah satu cabang ilmu psikologi yang memelajari berbagai aspek dalam individu, termasuk kehendak bebas, kepercayaan diri, dan aktualisasi diri.Tujuan cabang ilmu psikologi ini adalah membantu orang menemukan dan memaksimalkan potensinya. Konsultasi dengan psikolog diharapkan bisa membantu orang jadi pribadi yang lebih baik karena menemukan dirinya yang "utuh".Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Penyakit%20Dalam/artikel/6-pertanyaan-seputar-diabetes-gestasional-yang-dialami-bumil-1636516417518" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">6 Pertanyaan Seputar Diabetes Gestasional yang Dialami Bumil</a> 
<h3>2. Apa Saja Jenis Gangguan Kecemasan?</h3>Secara umum, gangguan kecemasan atau anxiety disorder adalah gangguan psikologi yang membuat seseorang cemas atau gelisah berlebihan terhadap hal-hal tertentu.Gangguan ini juga terdiri dari beragam jenis. Berikut adalah beberapa jenis di antaranya:<ul><li><a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/gangguan-cemas-menyeluruh-1660016388288" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">gangguan kecemasan menyeluruh</a></li><li><a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/gangguan-obsesif-kompulsif-1650450713266" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">gangguan obsesif kompulsif </a>atau obsessive compulsive disorder (OCD)</li><li><a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/gangguan-panik-1660016983059" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">gangguan panik</a></li><li><a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/gangguan-stres-pasca-trauma-1659441823433" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">gangguan stres pasca trauma</a> atau post-traumatic stress disorder (PTSD)</li><li><a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/gangguan-ansietas-fobik-1660883320684" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">fobia sosial</a></li></ul>



<h3>3. Apa yang Dimaksud dengan Kecerdasan Emosional?</h3>Kecerdasan emosional adalah kemampuan seseorang memahami dan mengelola emosinya. Jenis kecerdasan ini sangat penting untuk meredakan stres, berkomunikasi secara efektif, berempati terhadap orang lain, dan menyelesaikan konflik.Dengan kecerdasan emosi yang baik, kita bisa menciptakan hubungan sosial yang baik dan berprestasi secara optimal.<h3>4. Apa Itu Psikoanalisis?</h3>Psikoanalisis adalah cabang ilmu psikologi yang berkaitan dengan analisis kondisi mental yang kompleks melalui pengamatan, eksperimen, dan penggunaan data statistik.Tujuan terapi psikoanalisis adalah menemukan akar permasalahan yang dialami seseorang. Dalam setiap terapi, psikolog akan berusaha melakukan hal ini:<ul><li>menilai fungsi kognitif dan emosional Anda</li><li>
menjadwalkan sesi konsultasi rutin</li><li>
berfokus pada keterbatasan seseorang</li><li>
menelisik relasi pada saat ini dan di masa lalu</li><li>
menganalisis gejala emosional dan fisik</li></ul><h3>5. Apa yang Dibutuhkan untuk Jadi Psikolog yang Baik?</h3>Selain lulus pendidikan profesi psikologi, Anda perlu penuhi sejumlah kompetensi untuk bisa jadi psikolog.Kompetensi atau kemampuan tersebut antara lain berkaitan dengan:<ul><li>menilai hubungan antarmanusia</li><li>
menilai dan mengevaluasi kondisi pasien</li><li>
melakukan intervensi atau memberikan rekomendasi kepada pasien</li><li>
kemampuan akademis untuk meneliti</li><li>
mematuhi kode etik profesi</li><li>
mengawasi dan mengedukasi pasien</li></ul><h3>6. Apa Itu Multiple Intelligence?</h3>Secara umum, seseorang bisa memiliki delapan jenis kecerdasan, yaitu kecerdasan visual, linguistik, interpersonal, intrapersonal, logika matematika, musik, kinestetik, dan naturalistik.Biasanya, kita memiliki setidaknya satu jenis kecerdasan yang menonjol.Nah, orang disebut memiliki multiple intelligence atau kecerdasan ganda jika ia punya menonjol dalam dua atau lebih dari delapan jenis kecerdasan yang ada.<h3>7. Apa Manfaat Terapi Psikologi?</h3>Secara umum, terapi psikologi atau psikoterapi&nbsp;dapat membantu orang yang alami gangguan kesehatan mental.Namun, yang lain pun bisa dapatkan keuntungan dari sesi psikoterapi, seperti:<ul><li>mengenali emosi diri sendiri</li><li>
memahami perspektif baru dalam mengenali masalah yang terjadi</li><li>
mengidentifikasi dan mengeliminasi perilaku buruk kita</li><li>
mengubah cara berpikir</li></ul><h3>8. Apa Itu Terapi Perilaku Kognitif?</h3>Terapi perilaku kognitif atau cognitive behavioral therapy (CBT) adalah terapi untuk mengubah perilaku seseorang. Terapi ini lumrah diberikan pada orang dengan skizofrenia, depresi, distimia, gangguan bipolar, gangguan kecemasan, insomnia, gangguan pola makan, perilaku kriminal, dan lain-lain.Dalam terapi ini, terapis akan membantu Anda mengubah cara berpikir dan berperilaku. Caranya bisa lewat edukasi, paparan terhadap hal-hal yang memicu kecemasan, mendorong Anda melakukan kegiatan positif, dan lain-lain.<h3>9. Apa yang Dimaksud Mindfulness dan Apa Manfaatnya?</h3>Mindfulness adalah teknik olah pikiran agar lebih tenang. Tujuan dari terapi ini adalah memusatkan pikiran pada momen yang sedang terjadi, bukan pada masa depan atau masa lalu.Biasanya, meditasi adalah cara paling sering digunakan untuk mencapai mindfulness. Saat meditasi, kita akan belajar mengenali perubahan pikiran, emosi, dan tubuh, serta lebih peka akan sekitar kita.Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/4-dampak-stres-buat-kesehatan-tidak-selamanya-buruk-1649767761089" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">4 Dampak Stres Buat Kesehatan. Tidak Selamanya Buruk</a> 
<h3>10. Bagaimana Cara Tahu Gangguan Psikologis yang Dialami?</h3>Gangguan psikologis harus diidentifikasi secara hati-hati oleh psikolog atau psikiater profesional. Para ahli ini yang akan mengamati gejala yang kita amati berdasarkan teori yang dipelajari. Sebab, setiap orang bisa punya gejala berbeda walau gangguan yang dialami mungkin sama.Jadi, jangan diagnosis sendiri, ya!Itulah sejumlah jawaban dari pertanyaan tentang psikologi yang banyak dipertanyakan orang.Sobat Altea yang merasa kondisi psikologisnya sedang tidak baik, jangan ragu untuk segera video call psikolog di AlteaCare, ya!Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan segera buat janji dengan psikolog andalan! Sumber:<ul><li>Psychology OSU. Diakses pada Desember 2022. What is Psychology?</li><li>
Very Well Mind. Diakses pada Desember 2022. What Is Humanistic Psychology?</li><li>
US Department of Health &amp; Human Services. Diakses pada Desember 2022. What are the five major types of anxiety disorders?</li><li>
Help Guide. Diakses pada Desember 2022. Improving Emotional Intelligence (EQ)</li><li>
Chiesa, M. (2010). Research and psychoanalysis: Still time to bridge the great divide?. Psychoanalytic Psychology, 27(2), 99.</li><li>
Web MD. Diakses pada Desember 2022. What Is Psychoanalysis?</li><li>
University Of Saskatchewan. Diakses pada Desember 2022. Core Competencies of a Clinical Psychologist</li><li>
Very Well Mind. Diakses pada Desember 2022. Gardner's Theory of Multiple Intelligences</li><li>
Family Psychiatry &amp; Therapy. Diakses pada Desember 2022. The Top 5 Benefits of Psychology</li><li>
Hofmann, S. G., Asnaani, A., Vonk, I. J., Sawyer, A. T., &amp; Fang, A. (2012). The efficacy of cognitive behavioral therapy: A review of meta-analyses. Cognitive therapy and research, 36(5), 427-440.</li><li>
Johns Hopkins Medicine. Diakses pada Desember 2022. Cognitive Behavioral Therapy (CBT)</li><li>
University of California. Diakses pada Desember 2022. What Is Mindfulness?</li><li>
OSC Rice University. Diakses pada Desember 2022. Diagnosing and Classifying Psychological Disorders</li></ul>

10 Pertanyaan tentang Psikologi yang Banyak Diajukan Orang

Alasan resolusi gagal bisa berasal dari diri kita sendiri - AlteaCare | Foto: Envato

Di akhir tahun, banyak orang mengeluhkan banyaknya resolusi yang gagal dijalani pada tahun tersebut. Kira-kira apa ya, alasan di balik kita selalu gagal mewujudkan resolusi?Sepertinya sudah menjadi rutinitas tahunan bagi banyak orang untuk membuat resolusi di akhir tahun, atau paling tidak di pekan pertama awal tahun. Biasanya, resolusi berisi target atau pencapaian yang harus didapat pada tahun yang baru.Isi dari resolusi juga beragam, mulai dari pekerjaan, barang yang ingin dibeli, destinasi wisata yang ingin dituju, dan lain-lain. Ada yang punya resolusi mau dapat promosi di kantor atau pekerjaan yang baru. Ada juga yang mau membeli rumah, mobil, liburan ke Maladewa, menikah, menurunkan berat badan, dan lain-lain.Sayangnya, banyak dari kita sering kali gagal merealisasikan impian-impian tersebut. Setiap tahun pun, kita akan selalu diliputi pertanyaan, "kok, aku gagal melulu, ya?".Dari sudut pandang psikologi, ada jawaban untuk pertanyaan ini. Ingin tahu apa penyebab resolusi tahun baru selalu gagal dari sudut pandang ilmiah? Baca artikel ini sampai habis, ya!<h2>5 Penyebab Resolusi Tahun Baru Gagal</h2>Di awal tahun, kita selalu optimis untuk menyelesaikan semua resolusi. Namun, optimisme saja tampaknya tidak cukup untuk merealisasikan resolusi tersebut, sehingga akhirnya sebagian besar dari resolusi kita jadi gagal.Berikut adalah penjelasan kenapa resolusi kita selalu gagal.<h3>1. Menggunakan Pendekatan "Menghindari"</h3>Salah satu faktor gagalnya resolusi adalah karena tujuan kita "menghindari" sesuatu. Misalnya, ketika ingin menurunkan berat badan, resolusi yang kita buat adalah menghindari makan malam, tidak makan gorengan, menghindari kue-kue manis, dan lain-lain.Padahal, akan lebih baik jika kita melakukan aksi nyata, semisal memasak makanan rendah kalori, berolahraga tiga kali seminggu, pergi ke gym, dan lain-lain.Hal ini pun dibuktikan melalui sebuah penelitian yang dimuat PLoS ONE. Dalam penelitian tersebut, terbukti bahwa orang yang sukses merealisasikan resolusinya adalah orang yang berorientasi aksi nyata.Sebaliknya, orang yang berorientasi "menghindari kegagalan" justru lebih berisiko menggagalkan resolusinya sendiri.Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/kenali-duck-syndrome-terlihat-kalem-walau-sedang-tertekan-1669370802119" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Kenali Duck Syndrome, Terlihat Kalem Walau Sedang Tertekan</a> 
<h3>2. Tidak Berusaha Mengubah Perilaku</h3>Sebenarnya poin ini masih berhubungan dengan poin sebelumnya, yaitu gagalnya realisasi resolusi akibat memiliki pola pikir "menghindar".Ketika hanya berusaha menghindar tanpa mengubah perilaku, kita pun hampir pasti menemui kegagalan menyelesaikan resolusi yang telah dibuat.Misalnya, kita punya resolusi mau buka usaha. Tetapi kita tidak mengubah perilaku menjadi seperti seorang pengusaha. Kita tidak aktif mencari suplier, survei harga, menabung modal, mencari lokasi bisnis, dan lain-lain.Menurut studi yang dimuat Journal of Psychiatric and Mental Health Nursing, perubahan perilaku adalah kunci penting untuk mencapai tujuan kita.<h3>3. Terlalu Muluk-Muluk</h3>Saat ditanya resolusi, banyak dari kita akan langsung berpikir untuk membuat lompatan besar di tahun yang baru. Bahkan sering kali resolusi tersebut kurang realistis.Kemudian, ketika berusaha mendapatkannya, kita akan merasa terbebani dan membuat diri sendiri tidak nyaman. Sementara sebagai manusia biasa, kita tidak suka berada di situasi yang membuat tidak nyaman.Akhirnya, kita memilih menarik diri dari tujuan tersebut. Padahal, kita bisa saja memperkecil skala resolusi tersebut.Misalnya, daripada beresolusi membuat pesta pernikahan di hotel, lebih baik menggelar pernikahan secara sederhana dengan menyewa vila.Contoh lainnya: pasti banyak dari kita yang ingin naik jabatan di kantor. Nah, jika hal tersebut dirasa sangat sulit, kita mulai dari langkah kecil dulu. Misalnya dengan mempelajari ilmu atau keahlian baru.Dengan adanya skill baru, diharapkan peluang untuk dapat promosi di masa mendatang jadi lebih besar.<h3>4. Tidak Punya Tujuan dan Hanya Ikut-ikutan</h3>Sering kali kita membuat resolusi tanpa tujuan yang jelas.Misalnya, beresolusi melanjutkan kuliah. Kita harus tahu dulu tujuannya, apakah untuk meningkatkan keahlian, mendapat pekerjaan dengan gaji lebih besar, mencari ilmu, atau apa?Apakah jangan-jangan, Anda kuliah lagi dan pilih bidang tertentu karena ikut-ikutan teman saja? Nah, jika kita kuliah tapi sebenarnya tidak suka apa yang dipelajari, bisa jadi nantinya kita malah malas-malasan.Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/jurus-kerja-cerdas-anti-burnout-jangan-takut-ambil-cuti-1655864502074" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Jurus Kerja Cerdas Anti Burnout. Jangan Takut Ambil Cuti!</a> 
<h3>5. Tidak Siap untuk Berubah</h3>Menurut sejumlah peneliti, perubahan terjadi ketika kita melewati lima fase, yaitu,<ul><li>Prekontemplasi: Tahap saat kita berpikir untuk berubah</li><li>
Kontemplasi: Memikirkan perubahan yang dilakukan</li><li>
Persiapan: Mulai merencanakan sesuatu untuk berubah</li><li>
Aksi: Mulai melakukan aksi nyata agar berubah</li><li>Konsisten: Setelah mulai melakukan aksi nyata, kita berusaha konsisten menjadi pribadi yang baru</li></ul>Nah, ketika membuat resolusi, kita mungkin masih berada di tahap prekontemplasi. Jadi, saat itu kita belum siap untuk berubah.Itulah alasan kenapa resolusi tahun baru kita sering gagal.Sobat Altea yang merasa memiliki beban pikiran yang berat dan masalah hidup yang tidak kunjung terselesaikan, jangan ragu untuk video call dengan Psikolog di AlteaCare, ya! Anda juga bisa manfaatkan fitur chat dengan konselor psikologis di aplikasi.Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan segera buat janji dengan Psikolog andalan! Sumber:<ul><li>Oscarsson, M., Carlbring, P., Andersson, G., &amp; Rozental, A. (2020). A large-scale experiment on New Year’s resolutions: Approach-oriented goals are more successful than avoidance-oriented goals. PLoS One, 15(12), e0234097.</li><li>
Live Science. Diakses pada Januari 2023. Do New Year's resolutions really work?</li><li>
Very Well Mind. Diakses pada Januari 2023. The Psychology Behind Why New Year’s Resolutions Fail</li><li>
Nahrain Raihan dan Mark Cogburn. (2022). Stages of Change Theory. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing</li></ul>

5 Alasan Ilmiah Resolusi Tahun Baru Sering Gagal

Situasi ekonomi yang sulit belakangan ini memaksa sejumlah perusahaan melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap karyawannya. Dampak PHK ini ternyata sangat dirasakan dalam berbagai aspek hidup seseorang.Banyak orang yang terkena PHK berbagi pengalaman di media sosial. Menurut berita, badai PHK tidak hanya dialami oleh segelintir orang, namun mencapai ribuan orang dari berbagai sektor industri.Dampak yang terjadi akibat PHK ini tidak hanya berpengaruh pada aspek ekonomi, namun juga kondisi kesehatan mental orang yang mengalami pemecatan. Sebenarnya, tak hanya orang yang dipecat, bahkan karyawan yang masih bertahan di perusahaan pun dapat merasakan beban mental yang berat.Apa saja dampak PHK bagi karyawan, khususnya bagi kesehatan mentalnya? Yuk, simak selengkapnya berikut!<h2>Dampak PHK Terhadap Kondisi Mental Karyawan</h2>Peristiwa pemecatan dalam perusahaan dapat membuat kondisi mental kita terguncang. Bagaimana tidak, pekerjaan yang kita cintai dan lakukan setiap hari mendadak harus dihentikan.Belum lagi, jika kita adalah tulang punggung keluarga atau termasuk dalam sandwich generation.Berikut ini adalah beberapa dampak pemecatan yang bisa dirasakan baik orang yang terkena PHK maupun yang masih bekerja di perusahaan.<h3>1. Dampak Bagi yang Terkena PHK</h3>Kenyataan PHK yang pahit pastinya membuat marah, sedih, dan kecewa. Tak hanya itu, fakta bahwa tidak ada pemasukan dalam beberapa waktu ke depan sementara pengeluaran terus berjalan bisa jadi beban pikiran.Studi yang dimuat di Frontiers Psychology menunjukkan, dampak PHK bisa meningkatkan kadar stres dan cemas. Bahkan, bisa memicu terjadinya <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/depresi-1656385494520" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">depresi</a>.Selain itu, kondisi lain yang mungkin dialami adalah kurang tidur, krisis identitas, bahkan kepercayaan diri yang turun.Sebaliknya, menurut studi masalah finansial yang dialami juga berkaitan erat dengan gangguan kesehatan mental, seperti depresi, kecemasan, gangguan mood, dan burnout. Bahkan, masalah ini bisa memunculkan keinginan bunuh diri.
Studi lain yang dimuat di BMC Public Health menyebutkan, PHK bisa membuat orang jadi trauma. Pengalaman pahit ini bisa membekas sampai beberapa tahun kemudian. Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/tips-healing-dari-luka-batin-ternyata-tidak-bisa-instan-1646129157420" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Tips Healing Dari Luka Batin. Ternyata Tidak Bisa Instan!</a> 
<h3>2. Dampak Bagi yang Masih Bertahan</h3>Mengutip dari Harvard Business Review, sejumlah riset mendapati bahwa dampak pemecatan juga bisa dirasakan oleh karyawan yang masih ada di perusahaan. Di satu sisi, karyawan ini boleh merasa beruntung. Namun, kondisi ini tidak lantas membuat kinerjanya jadi lebih baik.Sejumlah peneliti menyoroti beberapa aspek yang terpengaruh oleh dampak pemecatan:<ul><li>Kreativitas. Penelitian menyebutkan penyusutan jumlah karyawan bisa menyurutkan kreativitas karyawan yang masih bertahan.</li><li>
Suasana kerja. Ambiens kantor yang tidak kondusif bisa membuat karyawan selalu diliputi emosi negatif. </li><li>
Motivasi kerja. PHK bisa meningkatkan level stres, risiko mengalami burnout, serta perasaan insecure. Pada akhirnya, ini dapat berpengaruh pada moral, tingkat kepuasan kerja, dan kepercayaan.</li></ul><h2>Cara Menghadapi Dampak PHK</h2>Bila Anda adalah salah satu yang baru mengalami PHK, jangan berkecil hati dan larut dalam rasa sedih. Tetap semangat dan lakukan beberapa hal ini supaya kondisi kesehatan mental tetap terjaga:<h3>1. Validasi Emosi</h3>Meski sulit menerima kenyataan kita jadi salah satu yang terkena dampak PHK, situasi ini harus diterima. Jangan tolak rasa marah, sedih, dan kecewa yang muncul. Yang perlu kita lakukan adalah sadari dan validasi emosi-emosi tersebut. Lalu, cobalah untuk berdamai dengan keadaan. <h3>2. Kembangkan Skill</h3>Pengalaman PHK tidak harus disikapi dengan buruk. Kita bisa mencoba melihat dari sisi lain dan memanfaatkan waktu menganggur untuk mengembangkan kemampuan.Misalnya, kita yang mungkin dulunya seorang programmer bisa memperluas wawasan dan belajar skill baru dengan mencoba belajar data science. Atau, lirik bidang lain yang kita juga sukai.Semakin banyak bidang yang kita kuasai, semakin mudah juga proses pencarian kerja kita selanjutnya.<h3>3. Tetap Aktif</h3>Stres dan sedih setelah di-PHK itu wajar. Tapi, bukan berarti kita lantas mengurung diri di rumah.Memutuskan komunikasi dengan dunia luar bukannya membantu, malah bisa mengganggu kesehatan mental. Maka dari itu, bangun semangat sedikit demi sedikit dan mulailah aktif lagi. Misalnya, kembali rutin bangun pagi dan olahraga. Dengan begitu, beban psikologis kita bisa berkurang.<h3>4. Miliki Support System</h3>Kehadiran seorang teman atau orang lain yang memahami kondisi kita dapat membantu kita mengatasi dampak setelah PHK.Bercerita pada orang lain bisa membuat hati kita jadi sedikit lebih tenang. Selain itu, adanya support system juga bisa membantu kita mendapatkan informasi lowongan kerja.Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/manfaat-circle-pertemanan-buat-kesehatan-bisa-jadi-obat-1666939827292" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Manfaat Circle Pertemanan Buat Kesehatan. Bisa Jadi "Obat"!</a> 
<h3>5. Berpikir Positif</h3>Ada hikmah di balik kesedihan, begitu kata pepatah. Rasanya akan jauh lebih sengsara jika kita terus sedih akibat PHK. Karena itu, ubah perspektif dan lihat segalanya dengan lebih positif.Katakan pada diri sendiri: “selama saya bekerja, saya sudah berikan yang terbaik” atau “karena saya memimpin proyek itu, kemampuan saya jadi meningkat”Itulah beberapa dampak PHK bagi karyawan dan cara mengatasinya.Sobat Altea yang butuh teman bicara karena terdampak badai PHK, jangan ragu untuk video call dengan Psikolog atau Psikiater di AlteaCare. Anda juga bisa manfaatkan fitur chat dengan Konselor Psikologis yang ada di aplikasi.Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan buat janji segera! Sumber:<ul><li>HelpGuide. Diakses pada Desember 2022. Job Loss and Unemployment Stress</li><li>
Lee, W., Lee,. Y., Yoon, J., Lee, H., Kang,&amp; M. (2020). Occupational post-traumatic stress disorder: an updated systematic review. BMC Public Health, 20: 768.</li><li>
McDowell, C., P., Herring, M., P., Lansing, J., Brower, C., S., &amp; Meyer, J., D. (2021). Associations Between Employment Changes and Mental Health: US Data From During the COVID-19 Pandemic. Frontiers in Psychology, 12: 631510.</li><li>
PsychCentral. Diakses pada Desember 2022. Tips to Cope with a Layoff</li><li>
Very Well Mind. Diakses pada Desember 2022. How to Cope If You’ve Lost Your Job Amidst The Coronavirus Pandemic</li><li>
Harvard Business Review. Diakses pada Desember 2022. After Layoffs, Help Survivors Be More Effective</li></ul>

Dampak PHK Bagi Kesehatan Mental dan Cara Menghadapinya

Kebiasaan nonton film porno bisa menyebabkan kecanduan - AlteaCare | Foto: Envato

Canggihnya era digital sekarang ini membuat kita bisa mengakses segalanya di internet, termasuk konten porno. Siapa saja bisa nonton film porno, bahkan anak-anak. Lebih parah lagi, aktivitas ini bisa bikin orang kecanduan, lo!Sama halnya seperti jenis kecanduan yang lain, seperti rokok, judi, belanja, dan lain sebagainya, film porno juga membuat seseorang sulit berhenti dan bagaikan terjebak dalam lingkaran yang tidak berujung.Menurut studi dari Behavioral Science, orang yang kecanduan film porno punya struktur otak seperti orang kecanduan narkoba. Disebutkan, saat menonton kita mendapatkan rasa senang yang mirip dengan saat kita dapat hadiah. Begitu rasa senang mulai pudar, orang akan berusaha mendapatkannya lagi dengan melakukan hal yang memicu munculnya perasaan itu. Dalam hal ini, dengan menonton film porno lagi.Selain itu, sebagian orang juga menjadikan video porno sebagai pelarian. Saat sedang dirundung masalah, hati sedang galau atau gelisah, mereka justru menonton untuk menenangkan diri.&nbsp;Fantasi seksual yang dialami membantu mereka mendapatkan rasa nyaman dan terlepas dari dunia nyata.Semua ini bisa jadi alasan kenapa sulit sekali untuk menghilangkan kecanduan.Dibandingkan dengan kecanduan belanja atau merokok, misalnya, aktivitas nonton film porno online lebih sering dilakukan secara diam-diam. Karena itu, dalam keseharian sulit untuk mendeteksi apakah seseorang kecanduan film porno. 
Namun, secara umum ada beberapa ciri dan perilaku yang diperlihatkan oleh orang yang sudah sering terpapar film porno. Apa saja itu? Yuk, simak ciri-ciri orang kecanduan nonton film porno berikut!Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/kecanduan-belanja-online-ini-tanda-tandanya-1665715954445" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Kecanduan Belanja Online? Ini Tanda-tandanya!</a> 
<h2>Ciri-ciri Orang yang Kecanduan Nonton Film Porno</h2>Berikut ini beberapa perilaku yang diperlihatkan seseorang yang sering nonton film porno online:<h3>1. Frekuensi Hubungan Seks Menurun </h3>Kebiasaan sering nonton film porno bisa berdampak pada hubungan seksual dengan pasangan. Rasa tidak puas terhadap pasangan bisa muncul. Sebab, orang yang sudah kecanduan punya ekspektasi bahwa pasangannya harus seperti yang dia lihat pada film. Padahal, kenyataannya tidak demikian.Selain itu, kecanduan juga bisa sebabkan hilangnya rasa tertarik terhadap pasangan hidup. Sebab, tidak mungkin untuk meminta pasangan melakukan tindakan seksual atau berpakaian secara provokatif seperti di video porno. Akibatnya, kebutuhan akan kepuasan seksual dicari lewat pornografi. <h3>2. Tidak Kenal Situasi </h3>Awalnya mungkin sembunyi-sembunyi. Namun, bila sudah kecanduan, orang bisa dapat dorongan buat nonton tanpa peduli situasi di sekitarnya.Misalnya saja, ia bisa saja nonton sambil makan bersama temannya. Bahkan, pada tahap ekstrem, ia bisa nonton saat berada di tempat umum.Ya, ini bukan hal yang mustahil. Sebagai contoh, seorang pejabat publik di Inggris pernah kedapatan menonton video porno saat berada di gedung parlemen.<h3>3. Mengalami Keluhan Fisik</h3>Terlalu lama nonton film porno, bahkan hingga berjam-jam di depan layar gadget, bisa menimbulkan keluhan mirip dengan orang yang bekerja di depan komputer secara berlebihan. Misalnya, otot-otot terasa tegang dan kaku.Keluhan lain yang sering dilontarkan adalah nyeri pada pergelangan tangan, leher, dan punggung. Atau, bisa juga sakit kepala. Ini semua karena saat menonton orang cenderung terpaku pada posisinya dan melakukan gerakan tubuh secara berulang dalam waktu lama.<h3>4. Mengeluh Soal Uang</h3>Demi memuaskan hasratnya, bisa jadi nonton film porno online yang gratis tidak lagi cukup. Orang tersebut berusaha untuk mencari lebih sesuai ekspektasinya. Tak terhitung uang yang bisa dikeluarkan untuk bisa dapat video konten yang berkualitas tinggi. Ini bisa membuat orang lalu mengeluhkan masalah keuangan, bahkan terjerat utang. Tapi, saat ditanya penyebab problem finansialnya, orang yang kecanduan tidak mau menjawab.<h3>5. Gampang Marah</h3>Secara psikis, orang yang terpapar film porno emosinya tidak stabil. Mereka cenderung temperamental, apalagi saat dia ingin menonton tapi terhalang. Begitu juga saat ada hal-hal yang harus ia lakukan tapi menghambatnya untuk menikmati tontonan video porno. Orang yang kecanduan mudah tersinggung atau marah pada orang terdekatnya, terutama pasangan. Dan, pasangan adalah orang yang paling memerhatikan perubahan besar yang terjadi pada yang kecanduan.<h3>6. Susah Fokus</h3>Akibat terlalu terobsesi dan ingin segera nonton film porno, pikiran orang yang kecanduan bisa terganggu. Orang lain akan melihatnya sering tidak merespons saat diajak ngobrol atau tidak tertarik untuk melakukan sesuatu bersama orang. Ini karena yang ada di pikirannya hanyalah adegan-adegan di film porno.Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/7-cara-mengatasi-kecanduan-judi-terbaik-sudah-terbukti-1668510191705" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">7 Cara Mengatasi Kecanduan Judi Terbaik. Sudah Terbukti!</a> 
<h3>7. Produktivitas Terganggu</h3>Ciri-ciri orang yang kecanduan video porno lainnya adalah produktivitas yang menurun, baik di tempat kerja maupun di rumah. Karena sudah sibuk memikirkan film porno, jadwal meeting, janji ketemu dokter, bermain dengan anak, hingga menemani pasangan belanja pun berantakan. Bahkan, ia sampai tidak punya waktu untuk rileks dan menikmati harinya.Itulah beberapa ciri orang kecanduan nonton film porno.Sobat Altea yang saat ini mengalami kecanduan serupa, sebaiknya segera berdiskusi dengan Psikolog atau Psikiater untuk menjalani terapi. Sebab, bila kecanduan dibiarkan, dampaknya bisa berpengaruh pada kesehatan mental Anda. Anda bisa juga lakukan video call dengan Psikolog dan Psikiater di AlteaCare. Para dokter spesialis AlteaCare akan membantu mendampingi untuk mengatasi kecanduan yang Anda alami.Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan buat janji konseling segera! Sumber:<ul><li>Addiction Center. Diakses pada September 2022. The Top 10 Signs Of Porn Addiction</li><li>
Very Well Mind. Diakses pada September 2022. What Are the Effects of Porn Addiction?</li></ul>

7 Ciri-ciri Orang Kecanduan Nonton Film Porno. Sulit Dideteksi!

Trauma healing pada anak setelah mengalami bencana bisa dilakukan melalui terapi bermain - AlteaCare | Foto: Envato

Tidak hanya merugikan dari segi materi, bencana alam seperti gempa dan longsor juga bisa memberi dampak psikologis, terutama pada anak. Trauma healing pada anak sangat dibutuhkan supaya mereka terbebas dari rasa takut.Jangankan anak-anak, yang sudah dewasa pun bisa alami stres dan trauma berkepanjangan akibat bencana. Berbagai gangguan kejiwaan bisa dialami, termasuk salah satunya adalah <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/gangguan-stres-pasca-trauma-1659441823433" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">gangguan stres pasca trauma</a>.Gangguan ini muncul akibat mengalami peristiwa yang traumatis, seperti gempa bumi atau longsor. Rasa sedih, takut, dan cemas berlebihan bisa membuat orang yang mengalaminya sulit menjalani kehidupan normal. Nah, supaya keceriaan yang sempat terenggut akibat bencana bisa kembali seperti sedia kala, dibutuhkan trauma healing yang tepat.<h2>Apa Itu Trauma Healing pada Anak?</h2>Trauma healing adalah proses pemulihan setelah mengalami kejadian yang menimbulkan trauma. Tujuan trauma healing adalah untuk mengantisipasi gangguan stres pasca trauma pada anak. Proses ini butuh waktu serta dukungan dari banyak pihak, terutama orangtua dan keluarga dekat. Terutama mengingat anak cenderung agak sulit bercerita seputar kecemasannya pada orang dewasa. Melansir dari Centers for Disease Control and Prevention, anak butuh waktu 2-4 minggu untuk berdamai dengan trauma pasca bencana. Dalam kurun waktu ini, dapat muncul beberapa gejala seperti berikut:<ul><li>Usia 1-5 tahun: tidak menurut, takut saat terpisah dengan pengasuh atau orangtua, dan sulit tidur</li><li>
Usia 6-10 tahun: tidak menurut, takut kembali ke sekolah, dan sulit berkonsentrasi saat melakukan tugas</li><li>
Usia 11-18 tahun: menunjukkan perilaku membangkang, antisosial, dan depresi.</li></ul>Agar gejala yang diperlihatkan ini tidak semakin memburuk, baik orangtua maupun pengasuh perlu memahami metode trauma healing yang tepat. Yuk simak selengkapnya berikut ini!Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/apa-itu-healing-sebenarnya-ini-penjelasan-caranya-1661250408465" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Apa Itu Healing Sebenarnya? Ini Penjelasan &amp; Caranya!</a> 
<h2>Metode Trauma Healing yang Cocok untuk Anak</h2>Beberapa hal ini bisa dilakukan untuk memulihkan anak dari trauma setelah mengalami bencana alam:<h3>1. Bangun Rasa Aman</h3>Langkah pertama yang perlu dilakukan saat trauma healing pada anak adalah mengembalikan rasa amannya. Sebab, anak bisa jadi selalu ketakutan dan cemas bencana akan datang lagi.Tips: rasa aman dan nyaman bisa diciptakan dengan cara sering memeluknya. Sentuhan fisik atau pelukan dari orangtua akan menenangkan hati anak. <h3>2. Batasi Informasi</h3>Informasi yang simpang-siur baik di televisi maupun gadget pada akhirnya bisa juga sampai ke telinga anak. Ini bisa turut memicu rasa traumanya.Untuk itu, orangtua perlu sigap batasi akses media sosial. Sebab, jika si Kecil sampai melihat kejadian bencana, akan sulit berdamai dengan rasa trauma.Dia akan teringat lagi akan bencana yang pernah dialami dan sulit untuk melupakannya.<h3>3. Rutin Ajak Ngobrol</h3>Bencana bisa bikin perasaan anak jadi campur aduk. Namun, terkadang sulit buatnya untuk mengekspresikan emosinya. Sementara memendam perasaan bisa membuatnya semakin tertekan dan traumanya jadi sulit pulih. Tips: sebaiknya orangtua sering mengajaknya ngobrol. Validasi emosi yang sedang dia rasakan, dengarkan isi hatinya. Rasa nyaman yang anak dapatkan setelah bicara dari hati ke hati dengan orangtua bisa membantunya mengatasi rasa takut.<h3>4. Biarkan Anak Banyak Bermain</h3>Tidak ada kegiatan yang lebih disukai anak selain bermain. Itu sebabnya, para ahli menggunakan aktivitas bermain sebagai salah satu jenis terapi untuk memulihkan trauma pada anak setelah bencana.Sejumlah penelitian yang dilakukan di Indonesia pasca bencana menemukan, terapi bermain dapat membantu menurunkan stres akibat trauma pada anak. Terapi ini dapat membantu mengalihkan fokus anak dari situasi yang membuatnya khawatir, sekaligus mempersiapkan mental untuk menghadapi situasi yang dihadapinya sekarang.Penelitian yang dimuat di International Journal of Nursing and Health Services memaparkan, terapi bermain terbukti efektif karena anak dapat berkomunikasi dengan lebih baik melalui permainan. Para ahli juga menyebutkan, melakukan terapi bermain di sekolah memungkinkan anak untuk mengekspresikan perasaannya lewat berbagi cerita dengan teman sebayanya. Ini bisa membawa dampak yang positif, mengingat temannya mungkin memiliki pengalaman dan perasaan yang sama. Meski terapi ini dianggap lebih efektif dilakukan di sekolah daripada di rumah, tidak ada salahnya bila orangtua juga mengadopsi terapi ini dalam keluarga.Misalnya, dengan memberi lebih banyak waktu bermain untuk anak atau mengajaknya bermain bersama di luar. Atau, seperti saran dari studi di Frontiers Psychology melakukan aktivitas seni seperti menggambar bersama si Kecil. Ini bisa membuat mood si Kecil jadi lebih baik dan ia pun bisa bebas mengekspresikan dirinya.<h3>5. Perhatikan Pola Makannya</h3>Makanan dan nutrisi juga kerap jadi masalah saat terjadi bencana maupun setelahnya. Studi yang dimuat di The Tohoku Journal of Experimental Medicine memaparkan, terganggunya pasokan makanan selama bencana membuat anak lebih rentan terhadap penyakit. Faktor kekurangan nutrisi dan faktor sanitasi yang kurang juga bisa membuat anak mengalami gangguan seperti infeksi pencernaan, infeksi saluran pernapasan, dan diare. Tidak hanya itu, asupan makanan dan kondisi pemberian makan yang tidak memadai juga bisa memperburuk kondisi emosional anak. Menurut ahli, makanan yang bergizi serta kondisi pemberian makan yang ideal bisa membantu proses trauma healing pada anak. Sebaiknya, perbanyak pemberian makanan bernutrisi pada anak pasca bencana. Selain itu, hindari makanan yang tinggi karbohidrat dan minuman manis karena bisa memperburuk mood serta gejala stres akibat trauma.Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Anak/artikel/penyebab-dan-cara-mengatasi-anak-picky-eater-harus-sabar-1666586094684" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Penyebab dan Cara Mengatasi Anak Picky Eater. Harus Sabar!</a> 
<h3>6. Bangun Support Group</h3>Supaya bisa mengatasi trauma yang dialami anak secara tuntas, orangtua perlu bekerjasama dengan pihak lain, mulai dari guru di sekolah, lingkungan sekitar, maupun institusi lain yang biasa menangani kasus trauma pada anak.Adanya support group bisa memberikan orangtua lebih banyak informasi dan panduan untuk mendampingi anaknya pasca bencana.Itulah beberapa cara trauma healing pada anak setelah terjadi bencana.Sobat Altea yang membutuhkan dukungan profesional dalam mendampingi anak melalui proses pemulihan traumanya, jangan ragu untuk video call dengan Psikolog atau Psikiater berpengalaman di AlteaCare.Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank">AlteaCare</a> dan buat janji dengan profesional andalan! Sumber:<ul><li>Centers for Diseases Control and Prevention. Diakses pada November 2022. Helping Your Child Cope with a Disaster</li><li>
Drake, J., E. (2021). How Drawing to Distract Improves Mood in Children. Frontiers in Psychology, 12: 622927</li><li>
Help Guide. Diakses pada November 2022. Helping Children Cope with Traumatic Events</li><li>
Triasari, L., Yusuf, A., Retno, S., Triyana, P. D., &amp; Abidin, Z. (2020). Play Therapy to Reduce Traumatic Stress in Earthquake-affected Children in North Lombok, West Nusa Tenggara. International Journal of Nursing and Health Services (IJNHS), 3(1), 133-140.</li><li>
Adeoya, A. A., Sasaki, H., Fuda, M., Okamoto, T., &amp; Egawa, S. (2022). Child Nutrition in Disaster: A Scoping Review. The Tohoku Journal of Experimental Medicine, 256(2), 103-118.</li></ul>

6 Cara Trauma Healing pada Anak Pasca Bencana

Kerja lembur bagai kuda ternyata bisa berbahaya bagi kesehatan mental dan fisik - AlteaCare | Foto: Envato

Punya ambisi dalam berkarier itu normal. Namun, meminjam lirik lagu, kalau Anda lantas terus kerja lembur bagai kuda, yang penting cuannya ada, ini malah bisa tidak produktif dan tidak menyehatkan!Sebenarnya, berapa lama waktu kerja yang sudah bisa dikategorikan sebagai lembur? Menurut International Labour Organization (ILO), jam kerja Anda dapat dikatakan berlebihan atau long hours jika sudah melebihi 55 jam seminggu. Kalau dibagi dalam lima hari kerja, kira-kira Anda kerja sebelas jam dalam sehari. Wow!Baik ILO maupun organisasi kesehatan dunia WHO mencatat, ada sejumlah penyakit yang umumnya dialami akibat bekerja berlebihan. Kondisi ini biasanya dialami pria (dengan tingkat kematian mencapai 72%), orang yang tinggal di Pasifik Barat dan Asia Tenggara, serta pekerja yang berusia paruh baya atau lansia.Lantas, apa saja penyakit yang bisa dialami bila kita tetap kerja lembur bagai kuda? Yuk, simak uraian lengkap di bawah ini!<h2>7 Dampak Sering Kerja Lembur Bagi Kesehatan Fisik dan Mental</h2>Beberapa gangguan kesehatan ini rentan dialami mereka yang terbiasa bekerja lembur:<h3>1. Penyakit Jantung</h3>Sobat Altea yang sering lembur sebaiknya rutin periksa kesehatan jantung. Berdasarkan data WHO dan ILO, pada 2016 tercatat 398 ribu orang meninggal akibat stroke dan 347 ribu orang meninggal akibat penyakit jantung. Kelompok orang ini diketahui kerap bekerja lebih dari 55 jam seminggu.Para peneliti menduga, ini berakar pada gangguan <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Penyakit%20Dalam/artikel/hipertensi-1642995633383" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">hipertensi </a>yang kerap dialami orang "gila bekerja". Persentase gangguan tersebut pada kelompok orang ini ternyata lebih tinggi dibanding orang yang jam kerjanya sesuai standar. Dugaan lainnya, serangan jantung juga dapat dipicu oleh disfungsi sel endotelial, yang muncul pada tahap awal gangguan aterosklerosis. Kondisi ini banyak dihubungkan dengan meningkatnya risiko serangan jantung.Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Penyakit%20Dalam/artikel/infografik-8-langkah-cegah-penyakit-jantung-koroner-1648003911948" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);"></a><a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Penyakit%20Dalam/artikel/infografik-8-langkah-cegah-penyakit-jantung-koroner-1648003911948" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">8 Langkah Cegah Penyakit Jantung Koroner</a><a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Penyakit%20Dalam/artikel/infografik-8-langkah-cegah-penyakit-jantung-koroner-1648003911948" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);"></a> 
<h3>2. Kecanduan Minuman Beralkohol</h3>Bekerja dalam waktu panjang ternyata dapat berdampak kebiasaan buruk, yaitu ketergantungan alkohol.Sebenarnya, hingga kini para ahli belum mengetahui kaitan antara jam kerja yang panjang dengan ketergantungan alkohol.Namun, ada dugaan kuat bahwa orang yang sering bekerja lembur jadi rentan terhadap depresi dan gangguan tidur. Kedua hal inilah yang kemudian bisa jadi pemicu orang jadi kecanduan alkohol.<h3>3. Kurang Tidur</h3>Bahaya yang lain yang mengintai saat kita sering kerja lembur bagai kuda adalah semakin kurangnya waktu tidur.&nbsp;Padahal, minimnya waktu tidur bisa meningkatkan risiko untuk hipertensi, <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Penyakit%20Dalam/artikel/penyakit-jantung-koroner-1646364987839" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">penyakit jantung koroner</a>, dan <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Penyakit%20Dalam/artikel/diabetes-melitus-tipe-2-1663918915636" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">diabetes melitus</a>.Nah, supaya kesehatan terjaga, pastikan Anda tidur cukup setiap malam, setidaknya tujuh hingga delapan jam. Selain itu, kurangi konsumsi alkohol, garam, dan kalori yang berlebihan. Ketiganya bisa meningkatkan risiko untuk terkena penyakit jantung dan diabetes melitus.<h3>4. Depresi</h3>Tidak hanya berpengaruh pada kondisi fisik, kerja secara berlebihan juga dapat berdampak pada kesehatan mental.Menurut penelitian di PLoS One, orang yang bekerja lebih dari 40 jam per minggu lebih berisiko mengalami <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/depresi-1656385494520" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">depresi</a> dan sering dihantui pikiran untuk bunuh diri. Ini bila dibandingkan orang yang bekerja 31-40 jam per minggu.Untuk menjaga kesehatan mental, sebaiknya lakukan konseling dengan psikolog atau psikiater. Atau, lakukan aktivitas yang bisa tenangkan pikiran, seperti meditasi, yoga, atau latihan pernapasan.<h3>5. Nyeri Punggung</h3>Bekerja terlalu lama juga dapat menyebabkan nyeri punggung. Beberapa faktor yang bisa jadi pemicu antara lain adalah:<ul><li>posisi duduk yang membungkuk</li><li>
berdiri terlalu lama</li><li>
meregangkan leher ke depan saat menggunakan komputer atau mengemudi</li><li>
mengemudi terlalu lama, dan lain-lain.</li></ul>Maka dari itu, mulai dari sekarang, perhatikan posisi duduk Anda saat bekerja, ya! Sempatkan juga untuk ambil jeda secara berkala setelah bekerja beberapa jam.<h3>6. Sakit pada Leher</h3>Namanya juga kerja lembur bagai kuda, kemungkinan besar Anda juga jarang istirahat. Selain bisa bikin nyeri punggung, duduk di kursi sepanjang hari juga bisa bikin sakit leher.Menurut studi yang dimuat di European Spine Journal, duduk lebih dari lima jam sehari bisa bikin leher kita sakit.Posisi tulang punggung yang cenderung melengkung bisa memberi tekanan lebih pada cakram tulang belakang, ligamen, dan otot.Bila Anda memang terpaksa harus duduk saat bekerja, coba nyamankan posisi dengan menggunakan bantal. Sementara untuk mengatasi rasa nyeri, Anda bisa minum obat parasetamol atau menggunakan kompres panas atau dingin agar leher lebih rileks.Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Umum/artikel/infografik-tips-cegah-nyeri-punggung-agar-kerja-jadi-lebih-produktif-1652873140165" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">INFOGRAFIK: Tips Cegah Nyeri Punggung Agar Kerja Jadi Lebih Produktif</a> 
<h3>7. Produktivitas Berkurang</h3>Jangan dikira kalau jam kerja bertambah, produktivitas akan meningkat dan karier akan melesat. Kenyataannya justru sebaliknya!Pasalnya, manusia tidak diciptakan untuk bisa selalu produktif setiap saat. Jadi, ada waktunya kita akan lelah.&nbsp;Nah, kalau kita tetap memaksa kerja dalam kondisi lelah, tentu hasilnya kurang memuaskan.Solusinya, coba buat daftar pekerjaan setiap har sesuai prioritas pada hari itu. Saat daftar sudah terpenuhi, berhentilah bekerja.Itulah bahayanya kalau kita sering kerja lembur bagai kuda.Sobat Altea yang merasa tertekan akibat pekerjaan, jangan ragu untuk video call dengan dokter spesialis kesehatan jiwa atau psikolog, ya. Anda juga bisa manfaatkan fitur chat dengan Konselor Psikologis yang ada di aplikasi.Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan segera dapatkan solusi untuk kesehatan Anda! Sumber:<ul><li>Kivimäki, M., Virtanen, M., Nyberg, S. T., &amp; Batty, G. D. (2020). The WHO/ILO report on long working hours and ischaemic heart disease–Conclusions are not supported by the evidence. Environment international, 144, 106048.</li><li>
WHO. Diakses pada Agustus 2022. Long working hours increasing deaths from heart disease and stroke: WHO, ILO</li><li>
Virtanen, M., Jokela, M., Nyberg, S. T., Madsen, I. E., Lallukka, T., Ahola, K., ... &amp; Kivimäki, M. (2015). Long working hours and alcohol use: systematic review and meta-analysis of published studies and unpublished individual participant data. Bmj, 350.</li><li>
Nagai, M., Hoshide, S., &amp; Kario, K. (2010). Sleep duration as a risk factor for cardiovascular disease-a review of the recent literature. Current cardiology reviews, 6(1), 54-61.</li><li>
Park, S., Kook, H., Seok, H., Lee, J. H., Lim, D., Cho, D. H., &amp; Oh, S. K. (2020). The negative impact of long working hours on mental health in young Korean workers. PloS one, 15(8), e0236931.</li><li>
Guo, H. R. (2002). Working hours spent on repeated activities and prevalence of back pain. Occupational and environmental medicine, 59(10), 680-688.</li><li>
Medical News Today. Diakses pada Agustus 2022. What is causing this pain in my back?</li><li>
Cagnie, B., Danneels, L., Van Tiggelen, D., De Loose, V., &amp; Cambier, D. (2007). Individual and work related risk factors for neck pain among office workers: a cross sectional study. European Spine Journal, 16(5), 679-686.</li><li>
National Health Service UK. Diakses pada Agustus 2022. Neck pain</li><li>
Healthline. Diakses pada Agustus 2022. 7 Red Flags You’re Working Too Much</li></ul>

Kerja Lembur Bagai Kuda, Apa Dampaknya Bagi Kesehatan?

Istilah duck syndrome berasal dari cara berenang bebek yang tenang namun penuh perjuangan - AlteaCare | Foto: Envato

Apakah ada teman Sobat Altea yang selalu berusaha terlihat bahagia walaupun sedang punya banyak masalah? Jika ya, mungkin saja dia sedang mengalami duck syndrome!Duck syndrome adalah kondisi ketika seseorang berupaya menampilkan citra seolah hidupnya sempurna dan bahagia, tetapi sebenarnya sangat kesulitan atau tertekan.Istilah ini berasal dari analogi seekor bebek yang berenang di danau. Bila kita lihat dari permukaan air, bebek itu tampak berenang dengan tenang tanpa masalah. Namun, di bawah permukaan air, kaki-kaki bebek bekerja keras agar tubuhnya tetap mengambang di atas permukaan.Menurut ahli, sindrom tidak termasuk gangguan kesehatan mental. Namun, jika gejalanya dibiarkan begitu saja, pada akhirnya bisa memicu berbagai gangguan kesehatan mental.Lalu, apa saja gejala dan bagaimana cara mengatasinya? Yuk, simak uraian lengkapnya di bawah ini!<h2>Gejala Duck Syndrome</h2>Karena tidak termasuk gangguan kesehatan mental, hingga sekarang sebenarnya belum ada indikator resmi untuk mendiagnosis duck syndrome. Gejalanya pada setiap orang pun bisa berbeda-beda. Namun, kebanyakan di antaranya akan mengalami beberapa kondisi berikut:<ul><li>membandingkan diri sendiri dengan orang lain</li><li>
merasa orang lain lebih baik daripada dirinya</li><li>
menganggap dirinya gagal memenuhi ekspektasi orang lain</li><li>
takut diawasi atau dikritik</li><li>
merasa orang lain berusaha memanipulasi situasi untuk menguji kemampuannya</li></ul>Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/7-cara-mengatasi-self-talk-negatif-sebelum-jadi-overthinking-1648208146579" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">7 Cara Mengatasi Self-Talk Negatif Sebelum Jadi Overthinking</a> 
<h2>Penyebab Duck Syndrome</h2>Menurut MedicineNet, terdapat beberapa faktor yang membuat seseorang lebih berisiko mengalami duck syndrome.Beberapa faktor tersebut antara lain adalah:<ul><li>lingkungan sekolah atau kampus</li><li>
tekanan keluarga atau kerabat untuk mencapai sesuatu</li><li>
anggota keluarga overprotektif</li><li>
mengalami gangguan kesehatan mental, semisal depresi dan gangguan kecemasan</li><li>
memiliki self-esteem yang rendah atau terlalu kritis pada diri sendiri</li><li>
kondisi sosial ekonomi yang dialami, seperti kemiskinan, masalah keluarga, dan lain-lain</li></ul><h2>Cara Mengatasi Duck Syndrome</h2>Meski tidak bisa dianggap sebagai suatu gangguan kesehatan mental, duck syndrome pada akhirnya juga bisa berdampak pada kesehatan mental Anda. Apalagi bila Anda menjalani kondisi ini dalam jangka waktu yang cukup lama.Nah, karenanya untuk mencegah kondisi mental memburuk, cobalah terapkan beberapa tips berikut ini!<h3>1. Berkonsultasi dengan Psikolog</h3>Jika merasa tekanan hidup Anda cukup berat, mintalah bantuan profesional. Psikolog akan membantu Anda menemukan cara untuk mengatasi hal-hal yang menyebabkan Anda mengalami sindrom ini.Dibandingkan curhat dengan teman, Anda juga tidak perlu khawatir dihakimi bila berkonsultasi dengan psikolog. Apa yang sudah Anda sampaikan dalam sesi konseling pun akan dijaga kerahasiaannya.Jika ragu untuk datang langsung ke psikolog, Anda dapat coba video call Psikolog yang sudah bergabung di AlteaCare.<h3>2. Meditasi</h3>Di tengah tekanan berat, sempatkan waktu untuk bermeditasi. Teknik ini dipercaya dapat memengaruhi keseimbangan otak.Menurut penelitian, meditasi dapat memicu otak mengeluarkan hormon dopamin yang mengendalikan rasa bahagia.Dengan meningkatnya hormon dopamin, Anda pun dapat menghalau datangnya depresi.<h3>3. Minta Dukungan Keluarga</h3>Berbicara secara terbuka dengan keluarga juga dapat menjadi alternatif untuk mengatasi duck syndrome, terutama untuk anak usia sekolah.Menurut studi yang dimuat di Adolescent Health, Medicine and Therapeutics, dukungan keluarga terbukti dapat meningkatkan kesehatan mental anak.Dukungan tersebut dapat berupa diskusi ataupun sharing. Selain itu, orangtua juga dapat mendampingi anak saat beraktivitas anak serta mencari wadah kegiatan anak yang positif.<h3>4. Mengonsumsi Obat</h3>Bila duck syndrome sudah berkembang ke arah depresi, Anda bisa berkonsultasi dengan dokter spesialis kejiwaan, yang dapat memberikan resep obat antidepresi.Kandungan obat antidepresi dapat mencegah tekanan yang Anda alami, supaya nantinya tidak menjadi depresi berat. Cara kerja obat ini adalah dengan menyeimbangkan senyawa kimia dalam otak. 
Sekali lagi perlu diingat, obat antidepresi tidak bisa dibeli secara mandiri, ya, Sobat Altea. Obat ini hanya bisa diperoleh melalui resep dokter. Perhatikan serta patuhi juga dosis dan frekuensi yang disarankan.Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/tips-meditasi-mudah-buat-pemula-tidak-pakai-ketiduran-1648520784534" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Tips Meditasi Mudah Buat Pemula. Tidak Pakai Ketiduran!</a> 
<h3>5. Praktikkan Self-Love</h3>Untuk mengatasi duck syndrome, Anda harus mengatasi perasaan harga diri rendah terlebih dulu. Sebab, rasa rendah diri dapat meningkatkan risiko mengalami gangguan depresi.Maka dari itu, cobalah untuk lebih memahami diri sendiri. Kenalilah kelebihan dan kekurangan Anda. Kemudian, belajarlah mencintai diri sendiri apa adanya.Itulah gejala, penyebab, dan cara mengatasi duck syndrome yang harus Anda ketahui.Sobat Altea yang merasa mengalami sindrom ini atau berbagai masalah hidup lain yang rasanya begitu berat, jangan ragu untuk video call dengan Psikolog atau Psikiater di AlteaCare. Selain itu, Anda juga bisa manfaatkan fitur chat dengan Konselor.Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan segera buat janji dengan psikolog andalan! Sumber:<ul><li>Psych Central. Diakses pada Agustus 2022. Understanding Duck Syndrome</li><li>
MedicineNet. Diakses pada Agustus 2022. Duck syndrome facts</li><li>
Young, S. N. (2011). Biologic effects of mindfulness meditation: growing insights into neurobiologic aspects of the prevention of depression. Journal of Psychiatry and Neuroscience, 36(2), 75-77.</li><li>
Kuhn, E. S., &amp; Laird, R. D. (2014). Family support programs and adolescent mental health: review of evidence. Adolescent Health, Medicine and Therapeutics, 5, 127.</li><li>
Institute for Quality and Efficiency in Health Care (IQWiG). (2006). Depression: How effective are antidepressants?. InformedHealth.org</li><li>
Psych Central. Diakses pada Agustus 2022. How Does Self-Esteem Relate to Depression?</li></ul>

Kenali Duck Syndrome, Terlihat Kalem Walau Sedang Tertekan

Tidur berjalan atau sleepwalking bisa disebabkan kebiasaan tidur yang buruk - AlteaCare | Foto: Envato

Sobat Altea pasti pernah nonton film yang ada adegan orang tidur berjalan di malam hari. Tegang, ya, melihat bagaimana pemerannya terbangun dari tidur lalu berjalan sambil menjulurkan tangan ke depan? Di dunia medis, fenomena ini disebut sleepwalking.Tidur sambil berjalan atau bahasa ilmiahnya somnambulisme termasuk salah satu gangguan tidur. Mengutip studi dari PLoS One, kemungkinan orang punya pengalaman tidur berjalan setidaknya sekali dalam seumur hidupnya adalah 6,9%.<h2>Seperti Apa Tidur Berjalan atau Sleepwalking Itu?</h2>Somnambulisme adalah gangguan tidur yang terjadi pada saat kita sedang berada pada fase tidur nyenyak atau deep sleep, atau sering juga disebut tidur NREM (non rapid eye movement). Kondisi ini seringnya terjadi dalam kurun waktu 1-2 jam setelah kita tertidur.Mengutip dari American Psychological Association, saat mengalami kejadian tidur sambil berjalan, kita bisa saja duduk atau berjalan di sekeliling rumah. Bahkan kita bisa beraktivitas seperti waktu terbangun, misalnya makan, mengobrol, atau mengoperasikan alat.Mata kita terbuka, tapi sebenarnya kita masih tidur nyenyak. Dalam kondisi seperti ini, kita tidak responsif terhadap lingkungan sekitar dan mungkin baru tersadar saat orang berusaha keras membangunkan. Begitu bangun dari sleepwalking, kita tidak ingat apa yang terjadi selama tidur dan kenapa bisa berakhir tidur di sofa atau di teras rumah. Padahal, yang kita tahu, setiap malam kita tidur di kamar.Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Umum/artikel/anda-bertanya-dokter-spesialis-tidur-menjawab-1635226418613" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Anda Bertanya, Dokter Spesialis Tidur Menjawab</a> 
<h2>Penyebab Tidur Berjalan atau Sleepwalking</h2>Meski tidur sambil berjalan bukan gangguan yang sering dialami banyak orang, risiko kita untuk mengalaminya semakin tinggi apabila salah satu anggota keluarga juga punya gangguan serupa. Selain faktor genetik, Mayo Clinic juga mengaitkan gangguan ini dengan faktor usia. Somnambulisme lebih sering dialami oleh anak daripada dewasa. Di samping kedua faktor ini, ada beberapa hal lain yang bisa jadi penyebab tidur berjalan. Yuk, simak berikut ini!<h3>1. Kurang Tidur</h3>Waktu tidur tidak bisa didiskon seperti belanja pakaian. Sebab, kurangnya waktu tidur juga bisa berpengaruh pada gangguan sleepwalking.Mengutip dari Sleep Foundation, kurang tidur bisa meningkatkan risiko gangguan ini. Penelitian pada jurnal PLoS One menegaskan hal ini. Disebutkan, pemindaian terhadap otak orang dengan gangguan tidur sambil berjalan memperlihatkan adanya perubahan pada fungsi otak. Perubahan ini ditemukan pada orang dengan gangguan somnambulisme yang mengalami penurunan aliran darah ke otak. <h3>2. Stres Berlebihan</h3>Kondisi psikologis juga bisa menyebabkan seseorang mengalami gangguan tidur sambil berjalan.Melansir Healthline, stres dan rasa cemas berlebihan dapat berpengaruh besar pada gangguan tidur ini. <h3>3. Gangguan pada Saluran Pernapasan</h3>Pernah dengar tentang <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/obstructive-sleep-apnea-1653614128281" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">obstructive sleep apnea</a>, gangguan tidur yang menyebabkan terjadinya henti napas dalam waktu yang singkat? Ciri utamanya adalah sering tidur mengorok lalu seperti tercekik, akhirnya terbangun tiba-tiba di tengah malam. Nah, gangguan ini ternyata juga bisa berkaitan dengan sleepwalking atau tidur berjalan, Sobat Altea! Ini dibuktikan lewat penelitian yang dimuat di jurnal Frontiers in Psychology.Selain itu, gangguan saluran pernapasan lain seperti asma pada anak juga bisa memicu munculnya kebiasaan tidur sambil berjalan. Menurut penelitian, asma juga dikaitkan dengan masalah turunnya kualitas tidur, sulit tidur di malam hari, serta sering terbangun di malam hari.Selain itu, asma juga bisa membuat orang bangun lebih dini dan mudah mengantuk di siang hari.<h3>4. Migrain</h3>Menurut data dari WHO, 30% orang berusia antara 18-65 tahun rentan mengalami <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Umum/artikel/migrain-1645434531901" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">migrain</a>. Apakah Anda salah satunya?Ternyata, gangguan yang satu ini, menurut penelitian yang dikutip dari jurnal Sleep,&nbsp;juga dapat berkaitan dengan masalah somnambulisme.Jadi, kalau Sobat Altea sudah lama menderita migrain, sebaiknya atasi dengan bantuan dokter, ya!<h3>5. Mengidap GERD</h3>Masalah naiknya asam lambung tidak hanya bikin tubuh tidak nyaman dan perut sakit. Gangguan GERD juga bisa menimbulkan masalah tidur.Pasalnya, pada sebagian orang gejala GERD memburuk di malam hari. Orang dengan GERD atau gangguan lambung lainnya juga termasuk rentan terhadap berbagai gangguan tidur, termasuk tidur sambil berjalan.Selain itu, karena GERD sering bikin susah tidur, orang pun sering didera rasa lelah berkepanjangan. Nah, kondisi ini juga bisa memicu orang berjalan dalam kondisi tidur.<h3>6. Penyakit Parkinson</h3>Kondisi penyakit saraf yang satu ini bisa membuat kita mengalami gangguan tidur berjalan atau sleepwalking. Kondisi gangguan saraf yang dialami oleh pengidap Parkinson bisa berpengaruh pada kemampuan bergerak tubuhnya. Seiring dengan perjalanan penyakit, bagian otak yang mengontrol gerakan serta bagian otak yang mengontrol tidur juga bisa terdampak.Normalnya saat kita tidur nyenyak otak akan membuat otot-otot tubuh jadi lumpuh sementara supaya kita bisa bermimpi. Namun, pada pengidap Parkinson, kondisi ini tidak tercapai sehingga ia bisa saja berjalan dalam kondisi tidur atau mengalami gangguan tidur lainnya.<h3>7. Demam</h3>Demam sebenarnya adalah reaksi bahwa terjadi sesuatu di dalam tubuh kita. Bagi orang dewasa, kondisi ini relatif lebih mudah diatasi. Namun, tidak pada anak.Mengalami demam bisa membuat anak terganggu tidurnya. Mereka bisa mimpi buruk, menggerak-gerakkan tangan dan kakinya, bahkan menjerit. Selain itu, anak juga bisa tidur sambil berjalan.Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Anak/artikel/4-cara-mengatasi-anak-demam-jangan-dianggap-remeh-1647495843220" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">4 Cara Mengatasi Anak Demam. Jangan Dianggap Remeh!</a> 
<h2>Cara Mengatasi Tidur Berjalan atau Sleepwalking</h2>Beberapa cara ini bisa dilakukan untuk mencegah tidur sambil berjalan di malam hari:<ul><li>Rilekskan diri menjelang waktu tidur, misalnya dengan dengar musik atau pasang aromaterapi</li><li>
Biasakan tidur teratur dan terjadwal, ini bisa membantu supaya kita cukup tidur</li><li>
Supaya tidak sering terbangun untuk buang air kecil di tengah malam, perhatikan asupan cairan dan jangan sampai terlalu banyak</li><li>
Hindari minuman mengandung kafein, seperti kopi, teh, kola, atau minuman energi. Begitu juga dengan makanan seperti cokelat.</li><li>
Pastikan ruang kamar nyaman sehingga bisa tidur nyenyak, dengan mengatur suhu dan pencahayaan ruangan</li></ul>Sobat Altea yang punya masalah tidur yang mengganggu, jangan ragu lakukan video call dengan dokter spesialis tidur di AlteaCare.Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan buat janji dengan dokter andalan! Sumber:<ul><li>Stallman, H. M., &amp; Kohler, M. (2016). Prevalence of Sleepwalking: A Systematic Review and Meta-Analysis. PloS one, 11(11), e0164769. </li><li>
Healthline. Diakses pada Agustus 2022. What Causes Sleepwalking?</li><li>
Dang-Vu, T. T., Zadra, A., Labelle, M. A., Petit, D., Soucy, J. P., &amp; Montplaisir, J. (2015). Sleep Deprivation Reveals Altered Brain Perfusion Patterns in Somnambulism. PloS one, 10(8), e0133474. </li><li>
Lundetræ, R. S., Saxvig, I. W., Pallesen, S., Aurlien, H., Lehmann, S., &amp; Bjorvatn, B. (2018). Prevalence of Parasomnias in Patients With Obstructive Sleep Apnea. A Registry-Based Cross-Sectional Study. Frontiers in psychology, 9, 1140. </li><li>
Cukic, V., Lovre, V., &amp; Dragisic, D. (2011). Sleep disorders in patients with bronchial asthma. Materia socio-medica, 23(4), 235–237. </li><li>
Kementerian Kesehatan RI. Diakses pada Agustus 2022. Adakah Sobat Sehat yang pernah mengalami migrain?</li><li>
Lopez, R., Jaussent, I., &amp; Dauvilliers, Y. (2015). Pain in Sleepwalking: A Clinical Enigma. Sleep, 38(11), 1693–1698. </li><li>
Cleveland Clinic. Diakses pada Agustus 2022. Sleepwalking</li><li>
Mayo Clinic. Diakses pada Agustus 2022. Sleepwalking</li></ul>

Tidur Berjalan Bisa Berbahaya, Ini Dia 7 Penyebab Sleepwalking

Sandwich generation adalah generasi yang harus menanggung hidup orangtua di samping keluarganya sendiri - AlteaCare | Foto: Envato

Sobat Altea pernah dengar istilah sandwich generation? Atau jangan-jangan Anda malah salah satunya. Istilah ini mulai populer beberapa tahun ini di kalangan anak muda. Lalu, seperti apa sebenarnya kehidupan generasi sandwich ini?Secara umum, sandwich generation adalah orang-orang yang hidup bersama orangtua yang sudah tidak produktif, sementara mereka juga punya anak berusia di bawah 18. Atau, punya anak yang sudah dewasa tapi masih belum mandiri.Seperti apa kehidupannya? Di satu sisi, mereka harus menghidupi orangtua yang sudah masuk usia pensiun. Namun, di lain sisi mereka juga harus menghidupi keluarganya sendiri, mulai dari mencukupi kebutuhan sehari-hari, membayar uang sekolah anak, serta menabung untuk masa depan. Tidak jarang, generasi sandwich ini harus menanggung kebutuhan dari dua pasang orangtua. Jadi, tidak hanya orangtua sendiri melainkan juga mertua.Bisa dibayangkan, ini tentu perlu dukungan finansial yang cukup besar.Orang yang menjadi penopang utama dalam keluarga ini bisa diibaratkan isi dalam roti lapis. Sementara, kedua potong roti yang menutupi isinya diibaratkan sebagai beban yang harus ditanggung.Lalu, apa saja ciri-ciri sandwich generation dan apa saja tantangan yang setiap hari harus dihadapinya? Yuk, simak lebih lanjut!Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/6-tantangan-jadi-single-parent-mental-harus-kuat-1664180836120" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">6 Tantangan Jadi “Single Parent”. Mental Harus Kuat!</a> 
<h2>3 Tipe Sandwich Generation</h2>Umumnya, generasi sandwich punya ciri khas yang sama, yaitu harus menanggung biaya hidup dan kebutuhan orangtua, rumah tangganya sendiri, serta anak-anaknya.Namun, bila dilihat lebih dekat, generasi ini bisa dibagi lagi menjadi tiga kategori besar berdasarkan karakteristik beban yang ditanggungnya.<h3>1. Generasi Sandwich Tradisional</h3>Yang masuk dalam tipe generasi sandwich ini adalah orang berusia produktif yang menanggung hidup orangtua yang tidak produktif dan anak mereka.<h3>2. Club Sandwich Generation</h3>Kelompok ini meliputi orang yang sudah berusia 50-60an tahun, namun masih memiliki orangtua yang perlu dirawat. Selain itu, kelompok ini juga masih menanggung hidup anak, bahkan cucu-cucunya.<h3>3. Generasi Open-Faced Sandwich</h3>Orang masuk kategori ini adalah yang harus menanggung orangtua dan orang dewasa lain. Bisa anaknya yang sudah dewasa tapi belum mandiri, bisa juga saudara kandung.<h2>Tantangan yang Dihadapi Sandwich Generation</h2>Hidup dengan banyak anggota keluarga yang harus ditanggung tentu memberikan masalah tersendiri bagi para generasi sandwich. Beberapa kondisi ini kerap dialami oleh mereka:<h3>1. Sering Stres dan Cemas</h3>Dengan tanggungan finansial yang cukup besar, tidak heran bila orang bisa stres.&nbsp;Apalagi bila ditambah tuntutan harus menyeimbangkan peran antara merawat orangtua dan juga anak.Inilah yang banyak dirasakan generasi sandwich. Selain stres, beban yang ditanggung juga selalu membuat mereka cemas dan sedih.Tingkat stres tinggi yang dialami generasi sandwich tak hanya berpengaruh pada relasi personalnya dengan pasangan, anak, dan keluarga, namun juga terhadap diri sendiri. Selain stres, mereka juga rentan terhadap kelelahan fisik dan mental, perasaan bersalah, khawatir, hingga hilang minat terhadap aktivitas yang disukainya. 
<h3>2. Gaya Hidup Tidak Sehat</h3>Para sandwich generation juga cenderung punya gaya hidup yang tidak sehat. Banyak di antara mereka yang jarang berolahraga atau makan tidak teratur.Menurut Journal of Applied Developmental Psychology, hal ini terjadi karena mereka merasa tidak punya waktu lebih. Mereka terlalu sibuk untuk mengurus orang tua atau anak mereka.Selain itu, para generasi sandwich ini juga kerap memprioritaskan kesehatan orang lain dibandingkan kesehatannya sendiri.<h3>3. Sering Sakit</h3>Menanggung beban yang berat ditambah tingkat stres tinggi, membuat imun para generasi sandwich ini relatif lemah.&nbsp;Maka dari itu, sangat lumrah jika mereka menjadi sering sakit.Tambahan juga, beratnya beban yang dialami membuat generasi ini jadi mengalami gangguan tidur. Padahal, istirahat yang cukup sangat berperan untuk kesehatan secara menyeluruh. 
<h3>4. Lebih Berisiko Alami Obesitas</h3>Menurut penelitian dalam Innovation in Aging yang diterbitkan oleh Oxford University, obesitas sangat umum ditemukan di kalangan generasi sandwich. Disebutkan, indeks massa tubuh rata-rata kelompok ini mencapai 24,2. Angka ini lebih tinggi daripada batas ukuran normal, yaitu 23,7.Diduga, kondisi ini berkaitan dengan tingginya tingkat stres dan gaya hidup yang tidak sehat, sehingga risiko gangguan kesehatan pun meningkat.<h3>5. Rentan Depresi</h3>Menurut penelitian, kelompok sandwich generation punya risiko mengalami gejala <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/depresi-1656385494520" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">depresi</a> lebih tinggi dibandingkan mereka yang tidak memiliki beban tanggungan.Tingginya risiko ini bisa karena mereka kewalahan dengan tanggung jawab ganda sebagai orangtua bagi anak-anaknya, sekaligus anak yang harus memenuhi kebutuhan orangtuanya.Studi juga memaparkan gejala depresi pada generasi sandwich lebih rentan dialami oleh wanita dibandingkan pria.Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Umum/artikel/6-gaya-hidup-tidak-sehat-ini-berawal-dari-stres-awas-bablas-1656429946139" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">6 Gaya Hidup Tidak Sehat Ini Berawal dari Stres. Awas Bablas!</a> 
<h2>Tips Mengelola Stres Buat Generasi Sandwich</h2>Jika Anda adalah salah satu dari sandwich generation, mengelola stres adalah jurus utama yang perlu dikuasai agar bisa kuat menjalani hidup.Apa saja yang bisa dilakukan untuk mengendalikan stres? Ikuti beberapa tips berikut!<ul><li>Berkonsultasi dengan psikolog profesional</li><li>
Jika mungkin, miliki asisten rumah tangga yang bisa membantu pekerjaan di rumah</li><li>
Bergabung dengan support group untuk berbagi keluh kesah dan mendapat solusi dari orang dengan masalah serupa</li><li>
Curhat kepada orang terpercaya, baik itu saudara atau teman terdekat</li><li>Tetap luangkan waktu berolahraga, tidur yang cukup, dan makan yang sehat</li><li>Tingkatkan self-compassion, yaitu menyayangi diri sendiri, memahami keterbatasan diri, serta selalu berusaha melindungi diri agar kesehatan mental tetap terjaga.</li></ul>Itulah seluk-beluk seputar sandwich generation serta tantangan yang dihadapinya.Sobat Altea yang termasuk generasi sandwich dan merasa mengalami tekanan mental yang berat, jangan ragu untuk lakukan video call dengan Psikolog atau Psikiater berpengalaman di AlteaCare! Anda juga bisa manfaatkan fitur chat dengan Konselor Psikologis yang ada di aplikasi.Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan segera buat janji dengan Psikolog atau Psikiater andalan! Sumber:<ul><li>Pew Research Center. Diakses pada Agustus 2022. The Sandwich Generation</li><li>
First Story Parenting. Diakses pada Agusuts 2022. The Sandwich Generation – Meaning, Problems, and Management</li><li>
Northwest Primary Care. Diakses pada Agustus 2022. Health Care and the Sandwich Generation</li><li>
Solberg, L. M., Solberg, L. B., &amp; Peterson, E. N. (2014). Measuring impact of stress in sandwich generation caring for demented parents. GeroPsych: The Journal of Gerontopsychology and Geriatric Psychiatry, 27(4), 171.</li><li>
Chassin, L., Macy, J. T., Seo, D. C., Presson, C. C., &amp; Sherman, S. J. (2010). The association between membership in the sandwich generation and health behaviors: A longitudinal study. Journal of applied developmental psychology, 31(1), 38-46.</li><li>
Liu, J., &amp; Chen, F. (2020). Intergenerational caregiving patterns, BMI, and gender gaps among the Sandwich Generation in China. Innovation in Aging, 4(Suppl 1), 510.</li><li>
Brenna, E. (2021). Should I care for my mum or for my kid? Sandwich generation and depression burden in Italy. Health Policy, 125(3), 415-423.</li><li>
AACI. Diakses pada Agustus 2022. Healthy Living Blog – Caregiving Concerns within the Sandwich Generation: Part 1</li></ul>

Mengenal Tipe Sandwich Generation dan Tantangannya

Ada penjelasan ilmiah kenapa kita terbangung jam 3 pagi - AlteaCare | Foto: Envato

Terbangun jam 3 pagi kerap dikaitkan dengan peristiwa mistis. Waktu dini hari memang terasa sangat sunyi karena semua orang sedang beristirahat. Tak heran bila Pk. 03.00 dini hari sering disebut “jam keramat”.Ada yang bilang, pada jam ini makhluk halus kerap mengganggu atau mencoba berkomunikasi dengan kita. Cerita lain juga menuturkan, jam tiga pagi adalah waktu ketika batas dunia nyata dan "dunia kematian" menjadi tipis. Jadi, tidak heran jika aktivitas paranormal begitu tinggi.Namun, apakah hal tersebut merupakan fakta atau isapan jempol belaka?Untuk menjawabnya, yuk, cari tahu alasan kita bisa terbangun jam 3 pagi secara ilmiah di bawah ini!<h2>7 Alasan Kita Terbangun Jam 3 Pagi</h2>Berikut ini adalah sejumlah hal yang bisa menyebabkan kita terbangun dini hari:<h3>1. Siklus Tidur yang Berbeda</h3>Alasan pertama Anda dapat terbangun jam 3 pagi adalah karena memiliki durasi siklus tidur yang berbeda dibanding orang lain.Pada prinsipnya, setiap orang akan melewati fase tidur berikut dalam waktu tidurnya selama 7-9 jam:<ul><li>Transisi dari sadar menuju tidur</li><li>
Tidur ayam (light sleep)</li><li>
Tidur nyenyak (deep sleep)</li><li>
Tidur lelap, bermimpi, atau REM (rapid eye movement)</li></ul>Nah, panjang setiap fase dapat bervariasi pada setiap orang. Bila siklus yang dialami lebih cepat, otomatis Anda akan terbangun lebih awal, misalnya pada pukul 03.00 dini hari.Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/7-cara-meningkatkan-kualitas-tidur-perlu-konsistensi-1659660889604" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">7 Cara Meningkatkan Kualitas Tidur. Perlu Konsistensi!</a> 
<h3>2. Sedang Stres atau Cemas</h3>Jika sering terbangun jam 3 pagi, coba renungkan apa yang jadi beban Anda selama ini. Soalnya, stres pikiran bisa bikin Anda sulit tidur.Hal ini terbukti dalam penelitian yang dipublikasikan di jurnal Behavioral Sleep Medicine. Disebutkan, stres dapat bikin orang sulit tidur dan lebih sering terbangun di tengah malam, termasuk pada pukul 03.00 dini hari.Sementara itu, rasa cemas juga bisa bikin kita jadi sulit tidur dan sering terbangun di tengah malam. Kita juga dapat mengalami perubahan siklus tidur, sehingga ini berpengaruh pada kebiasaan tidur sehari-hari.<h3>3. Insomnia</h3>Terbangun jam 3 pagi juga bisa jadi pertanda Anda mengalami insomnia.Selain bangun di tengah malam, gejala insomnia yang mungkin Anda rasakan adalah sulit kembali tertidur.Untuk mengatasinya, Anda perlu perbaiki pola tidur dan rutin berolahraga. Usahakan juga supaya tubuh rileks satu jam sebelum tidur. Caranya bisa mandi air hangat atau membaca buku.<h3>4. Pertambahan Usia</h3>Di rumah Anda ada kakek atau nenek yang sering terbangun jam 3 pagi?Nah, itu bukan karena mereka berinteraksi dengan makhluk halus, ya! Namun, karena seiring bertambahnya usia, kualitas tidur juga akan menurun.&nbsp;Itulah kenapa banyak lansia yang kerap sudah bangun sebelum matahari terbit. Selain itu, para lansia juga sering mengalami insomnia. Ini berkaitan dengan terjadinya perubahan pola tidur yang membuatnya lebih sering terbangun di tengah malam, terbangun lebih awal, dan akhirnya merasa tidak segar saat bangun.Bila kondisi ini mengganggu aktivitas mereka, ajak untuk berkonsultasi dengan dokter.<h3>5. Minum Alkohol pada Malam Hari</h3>Jika Anda terbiasa mengonsumsi alkohol pada malam hari, coba kurangi atau kalau bisa stop selamanya.Soalnya, menurut penelitian, alkohol sangat berpengaruh terhadap perilaku tidur kita. Kandungannya bisa mengganggu siklus jam biologis tubuh, sehingga kita bisa sering terbangun di tengah malam, termasuk pada pukul 03.00 dini hari.<h3>6. Kebiasaan Merokok</h3>Merokok, terutama di malam hari, juga dapat jadi penyebab Anda terbangun jam 3 pagi. Kok, bisa?Sejumlah studi mengungkapkan, orang yang terbiasa merokok di malam hari memiliki tingkat kecanduan terhadap nikotin lebih tinggi dibanding orang yang merokok pada siang hari.Nah, mereka bisa bangun pada dini hari karena ada "alarm" dalam tubuh yang menyatakan mereka perlu nikotin sesegera mungkin.Selain itu, ada juga pakar yang mengatakan bahwa orang bisa terbangun dini hari setelah berusaha berhenti merokok. Ini karena badannya masih ingin nikotin, sedangkan ia sudah tidak merokok lagi.Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/mau-tidur-pulas-hindari-7-kebiasaan-buruk-ini-sebelum-tidur-1654609514664" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Mau Tidur Pulas? Hindari 7 Kebiasaan Buruk Ini Sebelum Tidur</a> 
<h3>7. Gangguan Kesehatan Lain</h3>Tiba-tiba bangun tidur di dini hari juga bisa disebabkan oleh berbagai gangguan kesehatan.Biasanya, gangguan kesehatan berikut bisa membuat Anda terbangun jam 3 pagi:<ul><li>sleep apnea, sehingga Anda mengalami henti napas saat tidur dan terbangun mendadak.</li><li>
asam lambung naik yang menimbulkan heartburn atau sakit perut</li><li>
radang sendi yang menyebabkan sendi terasa sakit di malam hari</li><li>
depresi yang bikin Anda jadi sulit tidur nyenyak dan mudah terbangun</li><li>
sindrom kaki gelisah (restless leg syndrome) yang membuat kaki tiba-tiba tersentak sehingga Anda terbangun</li><li>
neuropati yang menyebabkan sensasi geli di tangan dan kaki</li><li>
pembesaran prostat yang menimbulkan dorongan untuk sering buang air kecil di malam hari</li></ul>Itulah sejumlah alasan Anda terbangun jam 3 pagi.Sobat Altea yang mengalami kesulitan tidur, jangan ragu untuk lakukan video call dengan dokter spesialis terpercaya di AlteaCare!Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan segera buat janji dengan dokter andalan! Sumber:<ul><li>Healthline. Diakses pada Agustus 2022. Why Do I Keep Waking Up at 3 a.m.?</li><li>
Kim, E. J., &amp; Dimsdale, J. E. (2007). The effect of psychosocial stress on sleep: a review of polysomnographic evidence. Behavioral sleep medicine, 5(4), 256-278.</li><li>
Moline, M., daCosta DiBonaventura, M., Shah, D., &amp; Ben-Joseph, R. (2014). Impact of middle-of-the-night awakenings on health status, activity impairment, and costs. Nature and Science of Sleep, 6, 101.</li><li>
National Health Service. Diakses pada Agustus 2022. Insomnia</li><li>
Colrain, I. M., Nicholas, C. L., &amp; Baker, F. C. (2014). Alcohol and the sleeping brain. Handbook of clinical neurology, 125, 415-431.</li><li>
Peters, E. N., Fucito, L. M., Novosad, C., Toll, B. A., &amp; O'Malley, S. S. (2011). Effect of night smoking, sleep disturbance, and their co-occurrence on smoking outcomes. Psychology of Addictive Behaviors, 25(2), 312.</li></ul>

7 Alasan Kita Terbangun Jam 3 Pagi. Diganggu Jin? 

Angka Covid yang naik lagi bisa berpengaruh pada kondisi pandemic fatigue - AlteaCare | Foto: Envato

Sobat Altea masih ingat kepanikan yang melanda di masa awal pandemi? Semua aktivitas jadi dibatasi. Sekarang, baru beberapa bulan PPKM dilonggarkan, angka Covid naik lagi. Tak heran bila banyak yang alami pandemic fatigue.Mengutip dari WHO, kelelahan akibat pandemi merupakan respons yang alami dan terduga, mengingat krisis kesehatan yang terjadi di masyarakat ini sudah berkepanjangan. Kita tahu, tingkat keparahan dan cepatnya penularan virus corona menuntut adanya penerapan protokol kesehatan yang ketat. Tujuannya sebenarnya baik, supaya semakin sedikit orang yang terkena paparan virus. Tapi, lama-kelamaan kita bisa lelah juga. Virus makin bermutasi dan sulit dikendalikan, varian baru bermunculan, kematian akibat Covid tetap ada. Anda mungkin termasuk yang bertanya, kapan pandemi berakhir? Rasanya lelah harus pakai masker tiap hari. Rasanya lelah, tiap hari lihat berita tentang Covid.Inilah yang disebut oleh para ahli sebagai pandemic fatigue, yang makin marak sementara kondisi Covid naik lagi belakangan ini.Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/COVID-19/artikel/gejala-omicron-xbb-yang-harus-diwaspadai-cepat-menular-1667295967815" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Gejala Omicron XBB yang Harus Diwaspadai. Cepat Menular!</a> 
<h2>Kenapa Sampai Ada Pandemic Fatigue?</h2>Melansir dari WHO, pandemic fatigue adalah kondisi demotivasi atau menurunnya motivasi orang untuk mengikuti protokol kesehatan yang direkomendasikan saat pandemi. Fenomena kelelahan ini dilaporkan terjadi di sejumlah negara, yang ditandai dengan meningkatnya jumlah orang yang tidak mengikuti rekomendasi kesehatan dan pembatasan kegiatan yang telah ditetapkan pemerintah. Selain itu, kondisi ini juga terlihat dari semakin menurunnya upaya orang untuk mencari informasi seputar pandemi. Akibatnya, persepsi terhadap risiko terkait Covid-19 pun menurun. 
Ada beberapa hal yang bisa membuat seseorang mengalami demotivasi:<h3>1. Semakin Terbiasa Hidup Dengan Covid</h3>Bila dulu dengar kata virus corona saja sudah ngeri, kini orang makin terbiasa dengar kabar teman atau kerabat yang terkena Covid. Di satu sisi, kita sering dengar angka Covid naik lagi. Di lain sisi, banyak orang yang merasa dirugikan oleh pembatasan kegiatan, baik dari segi ekonomi dan sosial, akhirnya mulai “melawan”. Mereka memilih tidak mengikuti rekomendasi kesehatan dan pembatasan kegiatan. <h3>2. Ingin Bebas</h3>PPKM memang bisa mengendalikan angka kasus aktif. Tapi, banyak orang merasa kehilangan kebebasan. Mereka ingin bisa kembali hidup nyaman dan melakukan apa saja yang diinginkan tanpa harus ikut protokol kesehatan, seperti pakai masker.<h3>3. Pandemi Dianggap Tidak Berbahaya Lagi</h3>Saat sudah lama hidup dalam pandemi, lama-lama situasi yang tidak normal pun dianggap normal. Orang pun jadi terbiasa dengan pandemi, tidak menganggapnya sebagai ancaman, dan tidak takut akan bahaya bila sampai terpapar. <h2>Tips Atasi Pandemic Fatigue Saat Covid Naik Lagi</h2>Mudah saja mengenali orang yang mengalami kelelahan pandemi. Ciri utamanya adalah protokol kesehatan, seperti tidak mau cuci tangan, tidak pakai masker, dan tidak melakukan pembatasan jarak. Selain itu, pandemic fatigue juga bisa membuat orang diliputi rasa takut, marah, cemas, kesepian, frustrasi, dan putus asa.Lalu, apa yang bisa dilakukan untuk mengatasinya? Yuk, simak tips berikut ini: <h3>1. Refleksi Diri</h3>Waktu dua tahun lebih tidaklah sebentar. Wajar bila kita pun merasa lelah saat harus ikut protokol kesehatan.Namun, ada baiknya kita renungkan lagi, untuk apa sebenarnya protokol kesehatan itu diterapkan bila bukan untuk kebaikan dan keamanan kita sendiri? Jadi, jangan merasa sedih, kecewa, lelah, dan takut. Terima semua perasaan itu, lalu sesuaikan harapan kita dengan kondisi saat ini agar bisa lebih berdamai dengan pandemi.<h3>2. Lakukan Meditasi</h3>Pandemi bikin stres? Bukan rahasia lagi.Maka dari itu, pastikan kondisi pikiran dan jiwa kita selalu tenang. Saat stres melanda, kendalikan dan jangan sampai jadi depresi. Kita bisa lakukan meditasi atau latihan pernapasan di rumah. Menurut studi yang dimuat di Irish Journal of Psychological Medicine, meditasi bisa mengurangi stres akibat pandemi. <h3>3. Batasi Media Sosial</h3>Transparansi berita adalah tantangan terbesar di masa pandemi. Banyak info yang cepat kita terima di media sosial tanpa bisa dipertanggungjawabkan sumbernya. Nah, karena itu sebaiknya kita kurangi scrolling media sosial, supaya tidak gampang cemas saat baca berita tentang pandemi.Saat ada berita Covid naik lagi, jangan malas buat cari referensi dari sumber lain yang bisa dipercaya.Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/sehatkah-sering-curhat-di-media-sosial-1634012259833" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Sehatkah Sering “Curhat” di Media Sosial?</a> 
<h3>4. Tetap Beraktivitas Secara Aman</h3>Menurut studi dari University of Michigan, melakukan aktivitas fisik bisa meningkatkan sistem kekebalan tubuh atau imun.Meski masih dalam situasi pandemi, kita tetap bisa melakukan kegiatan yang disukai, seperti berolahraga atau belajar hal-hal baru. Yang terpenting, ikuti protokol kesehatan dan jaga jarak saat berada di tengah orang banyak. Sempatkan juga beristirahat setelah sibuk seharian untuk mengembalikan energi yang hilang.Itulah beberapa cara mengatasi pandemic fatigue ketika Covid naik lagi.Sobat Altea yang mengalami rasa lelah, jenuh, maupun gangguan kesehatan mental lain akibat pandemi, jangan ragu lakukan video call dengan Psikolog atau Psikiater di AlteaCare. Anda juga bisa manfaatkan layanan chat dengan Konselor Psikologis di aplikasi.Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan dapatkan solusi untuk kesehatan mental dari ahlinya! Sumber:<ul><li>Behan, C. (2020). The benefits of meditation and mindfulness practices during times of crisis such as COVID-19. Irish Journal of Psychological Medicine, 1-3</li><li>
Kementerian Kesehatan RI. Diakses pada November 2022. Mengatasi Pandemic Fatigue dengan 5 Langkah Sederhana</li><li>
Kim, H., J., Meeker, T., J., Tulloch, I., K., Mullins, J., Park, J.,H., &amp; Bae, S., H. (2022). Pandemic Fatigue and Anxiety Sensitivity as Associated Factors With Posttraumatic Stress Symptoms Among University Students in South Korea During the Prolonged COVID-19 Pandemic. International Journal of Public Health, 67: 1604552.</li><li>
UC Health. Diakses pada November 2022. Are you feeling exhausted, anxious or sad? 5 tips for handling ‘pandemic fatigue.’</li><li>
University of Michigan. Diakes pada November 2022. Importance of Physical Activity and Exercise during the COVID-19 Pandemic</li><li>
Pandemic fatigue – reinvigorating the public to prevent COVID-19. Policy framework for supporting pandemic prevention and management. Copenhagen: WHO Regional Office for Europe; 2020.</li></ul>

Covid Naik Lagi, Begini Cara Atasi Pandemic Fatigue

Kecanduan judi perlu diatasi sebelum merugikan kesehatan jiwa - AlteaCare | Foto: Envato

Beberapa waktu lalu, masih bebasnya akses situs judi online sempat meresahkan masyarakat. Pasalnya, mereka khawatir jika ada keluarga atau teman mereka yang terjerat kecanduan judi online nantinya.Banyak orang pikir, judi mungkin hanya sekadar permainan. Namun, bagi orang yang sudah kecanduan, berbeda ceritanya.Saat kalah, mereka selalu tergoda untuk kembali berjudi sampai menang. Tapi, begitu menang, mereka tidak lantas berhenti. Permainan terus dilakoni dengan harapan bakal menang lagi. Menurut ahli, kecanduan judi itu bisa berkaitan dengan perubahan pada otak. Secara teori, senyawa kimia dalam otak membuat kita senang ketika dapat penghargaan atau hadiah. Rasa senang ini membuat otak secara impulsif mendorong kita untuk mengulangi tindakan yang mendatangkan kemenangan tersebut. Itu akan terjadi berulang-ulang, hingga akhirnya kemenangan saat judi pun terekam sebagai aktivitas yang menyenangkan dan bikin kecanduan. Hasilnya, kita pun terjebak dalam gelapnya dunia judi.Lalu, apakah ada cara mengatasi kecanduan judi ini? Yuk, simak tips selengkapnya di bawah ini!<h2>7 Cara Mengatasi Kecanduan Judi</h2>Beberapa cara ini bisa dilakukan untuk melepaskan diri dari kecanduan terhadap judi:<h3>1. Terapi Kognitif Perilaku</h3>Cara pertama yang bisa Anda lakukan adalah mengikuti terapi kognitif perilaku atau cognitive behavioral therapy (CBT).Tujuan terapi ini adalah mengubah pola pikir yang keliru. Selama terapi, orang yang kecanduan judi akan dipaksa menahan keinginan berjudi. Jika berhasil, dia akan mendapat hadiah. Selain itu, orang yang kecanduan judi juga diminta memetakan kecanduan berjudinya, yang meliputi pemicu hingga pikiran dan perasaan yang melanda. Selain itu, ia juga mengevaluasi konsekuensi positif dan negatif dari perilaku berjudinya.Selanjutnya, bersama terapis orang tersebut akan mencari cara untuk mengendalikan diri saat pemicu keinginan berjudi muncul. Ia juga belajar cara menghadapi dorongan berjudi tersebut. Misalnya, mengalihkan pikiran dengan menelepon teman atau kekasih.Terapi ini dilakukan terus-menerus hingga akhirnya menjadi kebiasaan.Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/kecanduan-belanja-online-ini-tanda-tandanya-1665715954445" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">5 Tanda Kecanduan Belanja Online dan Cara Mengatasinya</a> 
<h3>2. Mengganti Kebiasaan Judi</h3>Supaya terlepas dari kecanduan dan tidak kambuh lagi, langkah lainnya adalah mengganti aktivitas tersebut. Berikut ini beberapa alasan utama yang mendorong Anda berjudi dan cara mengalihkannya:<h4 style="margin-left: 30px;">a. Merasa adrenalin terpacu saat berjudi</h4>Alihkan dengan: lakukan olahraga yang menantang. Misalnya go kart, bersepeda di gunung, panjat tebing, berselancar, dan lain-lain.<h4 style="margin-left: 30px;">b. Merasa kesepian</h4>Alihkan dengan: tekuni hobi atau bergabung ke komunitas, seperti fun football, komunitas musik, dan lain-lain.<h4 style="margin-left: 30px;">c. Meredakan stres setelah seharian bekerja</h4>Alihkan dengan: lakukan olahraga ringan 15 menit sehari, latihan penapasan, meditasi, atau pijatan. Bila stres sudah berat, lakukan <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Lainnya/artikel/konseling-psikologi-lebih-mudah-lewat-chat-begini-caranya-1668140252678" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">konseling psikologi</a>.<h3>3. Dapatkan Dukungan Keluarga dan Teman</h3>Cara paling efektif lain untuk mengatasi kecanduan judi adalah adanya dukungan keluarga dan teman.Menurut penelitian Journal of Gambling Studies, keluarga pegang peranan besar dalam kebiasaan berjudi seseorang.Jika keluarga dan teman kerap berjudi, kita pun lebih mudah terlibat dalam hal yang sama. Sebaliknya, bila keluarga dan teman tidak berjudi, kemungkinan kita terlibat pun lebih kecil.<h3>4. Ikuti Support Group</h3>Butuh dukungan tambahan selain keluarga dan teman? Coba cari support group di media sosial.Support group bisa jadi wadah curhat dan memastikan Anda tidak sendirian dalam proses menghilangkan kebiasaan berjudi. Dalam kelompok ini, Anda juga bisa bertemu dan berbagi cerita dengan mantan pecandu judi, sehingga bisa dapat saran untuk keluar dari jeratan perjudian.<h3>5. Pemberian Obat dari Dokter</h3>Sebagian orang punya kecenderungan berjudi karena memiliki gangguan kesehatan mental. Gejala yang dialami bisa mendorong mereka untuk berjudi. Untuk itu, dokter dapat merekomendasikan obat yang bertujuan untuk mengatasi gejala yang dialami. Tentu saja, konsumsi obat ini tidak boleh berdasarkan inisiatif sendiri, karena kita tidak tahu dosis dan efek sampingnya, Sobat Altea!Menurut beberapa studi, obat yang biasa diberikan untuk membantu mengatasi gejala yang berkaitan dengan kecanduan berjudi adalah carbamazepine dan fluvoxamine.Carbamazepine digunakan untuk menstabilkan mood, terutama pada orang dengan <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/gangguan-bipolar-1655444499510" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">gangguan bipolar</a>. Ini dapat membantu pada orang yang berjudi untuk mengatasi stres dan depresi. Sementara itu, fluvoxamine biasanya diberikan untuk menyeimbangkan kadar serotonin di dalam otak. Dengan begitu, orang yang kecanduan berjudi jadi lebih tenang.<h3>6. Jangan Pegang Uang</h3>Tidak sedikit orang yang berjudi untuk menyelesaikan masalah keuangan. Sementara orang lain tetap berjudi karena berpikir ia selalu punya uang, bahkan dengan cara berutang sekalipun. Harus disadari, berjudi bukanlah solusi masalah keuangan. Nah, supaya bisa putus hubungan dengan judi, jangan pegang uang sendiri. Coba lakukan beberapa cara ini:<ul><li>Tutup kartu kredit </li><li>
Minta bantuan orang lain untuk pegang uang Anda, misalnya orangtua, pasangan, atau anak yang sudah dewasa</li><li>
Bawalah hanya uang tunai dalam jumlah sedikit, sehingga tidak tergoda untuk berjudi</li></ul>Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/8-cara-mengendalikan-emosi-tetap-tenang-dan-fokus-1655984065837" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">8 Cara Mengendalikan Emosi. Tetap Tenang dan Fokus!</a> 
<h3>7. Konsultasi dengan Psikolog</h3>Kecanduan judi juga bisa dipicu oleh gangguan mood, semisal depresi atau gangguan kecemasan.Maka dari itu, pastikanlah terlebih dulu kondisi kesehatan mental Anda. Bila memang ada gangguan, lakukan konseling atau terapi bersama psikolog atau psikiater untuk mengatasinya.Itulah sejumlah cara mengatasi kecanduan judi yang dapat Anda coba lakukan.Sobat Altea yang mengalami masalah terkait kesehatan mental, jangan ragu lakukan video call dengan Psikolog atau Psikiater di AlteaCare. Anda juga bisa gunakan layanan chat dengan Konselor Psikologis yang ada di aplikasi.Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan dapatkan solusi untuk kesehatan mental Anda! Sumber:<ul><li>National Research Council (US) Committee on the Social and Economic Impact of Pathological Gambling. (1999). Pathological Gambling: A Critical Review</li><li>
Okuda, M., Balán, I., Petry, N. M., Oquendo, M., &amp; Blanco, C. (2009). Cognitive-behavioral therapy for pathological gambling: Cultural considerations. American Journal of Psychiatry, 166(12), 1325-1330.</li><li>
Zhai, Z. W., Yip, S. W., Steinberg, M. A., Wampler, J., Hoff, R. A., Krishnan-Sarin, S., &amp; Potenza, M. N. (2017). Relationships between perceived family gambling and peer gambling and adolescent problem gambling and binge-drinking. Journal of gambling studies, 33(4), 1169-1185.</li><li>
Help Guide. Diakses pada Agustus 2022. Gambling Addiction and Problem Gambling</li></ul>

7 Cara Mengatasi Kecanduan Judi Terbaik. Sudah Terbukti!

Beberapa jenis gangguan kecemasan membuat kita sampai tidak bisa beraktivitas normal - AlteaCare | Foto: Envato

Tidak sedikit dari kita yang terkadang cemas. Namun, sebagian orang mengalami gangguan kecemasan yang bisa menghambat aktivitasnya sehari-hari. Pada setiap orang, gejalanya bisa berbeda, bergantung dari jenis gangguan kecemasan yang dialami.Gangguan kecemasan adalah kondisi kejiwaan yang membuat seseorang merasakan cemas berlebihan akan hal yang tidak rasional. Biasanya, orang yang mengalami gangguan ini memiliki tingkat stres yang tinggi.Psikolog dari Askar Pelangi, Nidya Dwika Puteri, M.Psi, mengatakan, sebenarnya cemas adalah sebuah reaksi yang normal ketika kita menghadapi ancaman. Bila hal itu dikelola secara baik, kecemasan tersebut malah akan berbuah hal baik pada kita.Namun, pada orang yang memiliki gangguan kecemasan, biasanya rasa cemasnya menetap lebih lama."Normalnya, saat situasi yang memicu sudah berlalu, biasanya rasa cemas akan hilang. Namun, pada gangguan kecemasan, waktunya jadi lebih panjang," ujarnya dalam sesi live streaming AlteaTalk Episode 47 di Instagram AlteaCare (<a href="https://www.instagram.com/alteacare.id/" style="color: rgb(0, 0, 255);">@alteacare.id</a>), pada Sabtu, 12 November 2022.Menurut Nidya, secara umum gangguan kecemasan bisa dibagi menjadi beberapa tipe. Anda ingin tahu? Yuk, baca artikel ini sampai habis!<h2>4 Jenis Gangguan Kecemasan yang Sering Dialami</h2>Nidya menjelaskan, setidaknya ada empat kategori gangguan kecemasan. Setiap kategori dapat menimbulkan reaksi dan gejala yang berbeda. 
Berikut adalah jenis-jenis gangguan kecemasan tersebut.<h3>1. Gangguan Kecemasan Berpisah (Separation Anxiety)</h3>Jenis gangguan kecemasan ini biasanya dialami anak-anak. Menurut Nidya, anak yang sudah masuk TK atau SD bisa merasakan kecemasan ini.Anak dengan gangguan ini biasanya punya rasa khawatir berlebihan saat harus berpisah dengan orang tuanya. Misalnya, sewaktu harus masuk sekolah, ikut kursus, atau saat ditinggal orangtua yang berangkat bekerja.Biasanya, rasa cemasnya akan hilang ketika sudah bersama dengan orang tuanya."Dia takut diculik, enggak ketemu mami, dan lain-lain. Sementara kalau ada di rumah, dia tidak mengalami gejala gangguan kecemasan apa pun. Rasa cemasnya hilang," kata Nidya.<h3>2. Selective Mutism</h3>Jenis gangguan ini juga biasanya dialami anak-anak. Tentu saja, kondisi ini berbeda dengan anak yang pendiam dan pemalu, ya! Intinya, anak merasa takut saat harus berhadapan dengan orang lain selain anggota keluarganya di rumah.Rasa takut ini membuatnya tidak bisa merespon saat diajak ngobrol oleh orang lain. Sementara kalau bicara dengan anggota keluarga di rumah, dia bisa jadi sangat cerewet.Contohnya: ada tetangga yang mampir ke rumah, lalu mengajak anak Anda bicara dan menanyakan kabarnya. Anak Anda diam saja seolah-olah bisu. Nah ini bisa jadi pertanda si Kecil mengalami kecemasan tipe selective mutism. "Diam ini cara dia mereduksi kecemasannya," ujar Nidya.<h3>3. Kecemasan Fobia Spesifik</h3>Jenis kecemasan berikutnya berkaitan dengan fobia, atau rasa takut yang tidak rasional terhadap sesuatu. Beberapa jenis gangguan kecemasan atau ansietas yang berkaitan dengan <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/gangguan-ansietas-fobik-1660883320684" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">fobia</a> adalah:<ul><li>fobia ketinggian</li><li>
fobia keramaian</li><li>
fobia benda tajam</li><li>
fobia terhadap hewan tertentu, misalnya laba-laba</li><li>
fobia terhadap rasa sakit, dan lain-lain</li></ul>Sekilas, gejala yang dialami hampir sama dengan orang yang sekadar takut biasa. Namun, orang yang fobia ini akan mengalami sensasi rasa takut yang berlebihan dan tidak masuk akal.Saking tidak masuk akalnya, dia tidak mampu lagi bekerja atau berfungsi secara efektif. Misalnya, karena fobia keramaian, ia memutuskan untuk berhenti bekerja dan tidak mau keluar rumah.<h3>4. Gangguan Kecemasan Menyeluruh</h3><a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/gangguan-cemas-menyeluruh-1660016388288" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Gangguan kecemasan menyeluruh</a> adalah gangguan rasa cemas yang umum terjadi. Orang yang mengalaminya selalu khawatir akan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu dikhawatirkan.Soalnya, pola pikir kita akan memprediksi berbagai hal-hal buruk yang terjadinya masih jauh di depan. Makanya, kita akan menjadi merasa sangat cemas.Padahal, tidak ada bukti bahwa kekhawatiran kita itu nyata. Sementara itu, salah satu dampak buruk dari gangguan ini adalah kita jadi sulit tidur atau insomnia.“Bahkan, saat orang tersebut mengalami cemas berlebihan dan tubuhnya memberi reaksi fisik, respons ini pun bisa bikin dia tambah cemas,” kata Nidya. Misalnya, saat jantung terasa berdebar-debar sebagai respons alami dari rasa cemas, kita berpikir yang tidak-tidak dan takut akan mengalami serangan jantung.<h2>Cara Mendiagnosis Gangguan Kecemasan</h2>Meski sudah tahu gejala-gejalanya, tidak lantas kita tidak boleh mendiagnosis diri sendiri. Kita perlu bantuan psikolog atau psikiater profesional untuk mengidentifikasi apa yang terjadi pada kita.Menurut Nidya, psikolog biasanya akan melakukan beberapa tahap sebelum menegakkan diagnosis. Di antaranya adalah sebagai berikut:<ul><li>Cognitive Behavioral Therapy (CBT). Psikolog akan mengajak kita berdiskusi dan melatih cara berpikir kita agar lebih rasional</li><li>
Rekomendasi konsultasi dengan psikiater. Ini khususnya jika Anda mengalami gejala medis, semisal tidak tidur berhari-hari. Setelah sesi dengan Psikiater, kita bisa mendapatkan obat resep bila dirasa perlu</li><li>
Diagnosis. Setelah penilaiannya jelas, barulah psikolog atau psikiater menegakkan diagnosis</li></ul>Itulah empat jenis gangguan kecemasan yang sering dialami orang, termasuk anak-anak.Sobat Altea yang kerap merasa cemas berlebihan, jangan ragu untuk lakukan video call dengan psikolog terpercaya di aplikasi AlteaCare. Psikolog akan melakukan pengamatan untuk memahami kondisi Anda sebenarnya dan merekomendasikan penanganan yang tepat. Anda juga manfaatkan layanan chat dengan konselor di aplikasi untuk berbagi cerita saat rasa cemas melanda.Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan segera buat janji dengan psikolog andalan!

4 Jenis Gangguan Kecemasan Sering Dialami. Anak-anak Juga!

Bersosialisasi dengan teman bisa jadi  cara mengatasi otak yang susah berpikir

Entah karena faktor stres, banyak kerjaan, atau sedang banyak masalah, terkadang kita sulit berpikir dan memaksimalkan fungsi otak. Kira-kira, bagaimana ya, cara mengatasi otak susah berpikir? Apalagi kalau deadline sedang menumpuk atau ada banyak hal yang perlu diselesaikan dengan pikiran yang jernih. Otak pasti harus dalam kondisi optimal, ya!Secara alami, otak adalah bagian penting dalam tubuh yang punya banyak fungsi. Mulai dari mengendalikan pikiran, ingatan, emosi, sentuhan, kemampuan motorik, pandangan, pernapasan, sampai rasa lapar. Pokoknya, hampir seluruh mekanisme kerja tubuh kita dikontrol oleh otak.Dari segi fungsi berpikir, otak dibagi menjadi dua bagian, yaitu otak kiri dan kanan.Otak kiri jadi aktif saat kita mengolah aspek-aspek yang logis, seperti fakta, tulisan, angka, dan teori. Sementara otak kanan lebih berkaitan dengan memaksimalkan kreativitas dan emosi kita.Nah, masalahnya adalah tidak setiap saat otak kita dapat bekerja maksimal. Terkadang, otak bisa jadi lemot dan sulit mendapatkan solusi dari masalah.Lalu, apa yang harus dilakukan? Yuk, simak cara mengatasi otak susah berpikir berikut ini!<h2>7 Cara Mengatasi Otak Susah Berpikir</h2>Beberapa ini bisa Anda lakukan supaya otak bisa bekerja dengan lebih optimal:<h3>1. Main Kartu</h3>Bermain kartu dapat mengasah otak, karena kita dilatih untuk membuat strategi, supaya bisa keluarkan kartu yang pas di momen yang tepat.Ini juga ditegaskan oleh penelitian yang dimuat di jurnal Brain Imaging and Behavior. Dalam penelitian disebutkan bahwa orang yang bermain kartu mencapai hasil lebih baik saat ikut tes kognitif.Bahkan, mereka yang terbiasa bermain kartu bisa menyelesaikan tes dengan tingkat kesulitan yang cukup kompleks.Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Umum/artikel/7-cara-menjaga-kesehatan-otak-bisa-bikin-tambah-pintar-1652180291837" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);" data-abc="true">7 Cara Menjaga Kesehatan Otak. Bisa Bikin Tambah Pintar!</a> 
<h3>2. Sering Ngobrol dengan Teman</h3>Terkadang, penyebab otak lemot bisa karena kita sering terisolasi secara sosial.Untuk mengatasi masalah ini, kita harus punya relasi sosial yang baik dengan orang lain. Ini bisa juga membantu mengurangi stres. Jadi, coba lebih sering ngobrol dengan teman-teman, ya!<h3>3. Belajar Kemampuan Baru</h3>Salah satu cara mengatasi otak susah berpikir adalah memberinya tantangan. Misalnya, dengan belajar hal-hal baru.Tantangan ini akan memberi stimulasi pada otak untuk membuat koneksi baru di antara sel-selnya.Tidak perlu rumit-rumit, tantangan bisa dimulai dari hal-hal sederhana semisal: 
<ul><li>menyikat gigi menggunakan tangan yang tidak bisa Anda gunakan</li><li>
pergi ke kantor melalui rute yang tidak biasa</li><li>
makan dengan mata tertutup</li><li>
mendengarkan lagu baru</li></ul><h3>4. Menulis</h3>Mulai dari sekarang, sering-seringlah menulis. Sebab, penelitian dari University of Tokyo menemukan bahwa menulis dapat membuat otak lebih aktif dalam mengingat informasi lebih lama.Para peneliti memaparkan, kreativitas akan lebih optimal jika sebelumnya seseorang sudah memiliki pengetahuan terlebih dulu. Pengetahuan ini bisa didapat melalui pembelajaran dan mengingat yang dilakukan berulang-ulang.Untuk itu, Anda bisa memulai dari menulis pengalaman yang didapat dan dipelajari hari ini di diari atau jurnal. Dengan begitu, Anda tidak akan mudah lupa dan otak pun semakin terasah.<h3>5. Berolahraga</h3>Berolahraga atau aktivitas fisik lainnya juga dapat menjadi cara ampuh untuk melatih otak. Menurut sejumlah studi, aktivitas fisik dapat merangsang otak untuk terus beradaptasi dan berpikir.Anda bisa memulai dari olahraga yang mudah, semisal jalan sehat, joging, atau bersepeda.<h3>6. Ayo, Gerak Cepat!</h3>Untuk melatih otak agar dapat berpikir, kita bisa belajar untuk bekerja dengan cepat.Mulai sekarang, cobalah lakukan segalanya dengan lebih gesit. Misalnya, setelah bangun tidur langsung rapikan kasur dan bersihkan rumah lebih cepat.Selain itu, coba kerjakan tugas kantor atau kuliah lebih cepat. Tentu saja, lebih cepat bukan berarti lantas Anda jadi terburu-buru!Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Umum/artikel/5-cara-mencegah-pikun-di-usia-muda-perbaiki-gaya-hidup-1645615896611" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);" data-abc="true">5 Cara Mencegah Pikun di Usia Muda. Perbaiki Gaya Hidup!</a> 
<h3>7. Kejar Kebahagiaan</h3>Cara lain untuk mengatasi otak susah berpikir adalah melakukan hal yang bikin Anda bahagia. Kebahagiaan tersebut dapat meningkatkan kadar dopamin di dalam tubuh.Secara ilmiah, tingginya kadar dopamin akan meningkatkan kemampuan manusia dalam berpikir dan membuat rencana. Nah, Anda bisa coba tingkatkan dopamin dengan melakukan beberapa hal berikut:<ul><li>makan daging yang kaya protein</li><li>
berolahraga</li><li>
tidur yang cukup</li><li>
dengar musik</li><li>
meditasi</li><li>
berjemur</li></ul>
Itulah sejumlah cara mengatasi otak yang susah berpikir yang bisa Anda coba.Bila Anda mengalami masalah sulit konsentrasi saat bekerja dan belajar, jangan ragu untuk lakukan video call dengan dokter spesialis di AlteaCare!Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" data-abc="true">AlteaCare</a> dan segera buat janji dengan dokter andalan! Sumber:<ul><li>Johns Hopkins Medicine. Diakses pada Agustus 2022. Brain Anatomy and How the Brain Works</li><li>
Very Well Mind. Diakses pada Agustus 2022. Left Brain vs. Right Brain Dominance</li><li>
Schultz, S. A., Larson, J., Oh, J., Koscik, R., Dowling, M. N., Gallagher, C. L., ... &amp; Okonkwo, O. C. (2015). Participation in cognitively-stimulating activities is associated with brain structure and cognitive function in preclinical Alzheimer’s disease. Brain imaging and behavior, 9(4), 729-736.</li><li>
Harvard Health Publishing. Diakses pada Agustus 2022. Challenge your mind and body to sharpen your thinking skills</li><li>
Science Daily. Diakses pada Agustus 2022. Study shows stronger brain activity after writing on paper than on tablet or smartphone</li><li>
Gomez-Pinilla, F., &amp; Hillman, C. (2013). The influence of exercise on cognitive abilities. Comprehensive Physiology, 3(1), 403.</li><li>
Be Brain Fit. Diakses pada Agustus 2022. How To Think Faster, More Efficiently and Accurately</li><li>
Web MD. Diakses pada Agustus 2022. What Is Dopamine?</li><li>
Healthline. Diakses pada Agustus 2022. 10 Best Ways to Increase Dopamine Levels Naturally</li></ul>

7 Cara Mengatasi Otak yang Susah Berpikir. Terbukti Manjur!

Insomnia bisa jadi salah satu penyebab ketindihan yang umum - AlteaCare | Foto: Envato

Sobat Altea pernah dengar cerita orang yang suatu malam terbangun dari tidur tapi tidak bisa bergerak sama sekali? Atau malah pernah alami sendiri? Kondisi ini sering kita sebut “ketindihan”. Pasti seram, ya, pengalaman ini. Tapi apa benar penyebab ketindihan itu makhluk halus?Mitos ketindihan sudah ada sejak zaman nenek moyang kita dulu. Konon, terbangun di tengah malam dan tidak bisa menggerakkan badan adalah pertanda tubuh kita sedang ditindih makhluk halus.Yang bikin makin merinding, terkadang pada saat bersamaan kita bisa lihat sosok hantu atau makhluk yang menyeramkan.Fenomena ini pun seolah-olah membenarkan mitos tersebut. Tapi, jangan takut, Sobat Altea! Sebab, ada penjelasan ilmiah kenapa kita sampai mengalami kondisi ini.Untuk lebih jelasnya, yuk, simak penjelasan mengenai penyebab ketindihan di bawah ini!<h2>Penyebab Ketindihan Secara Ilmiah</h2>Kondisi “ketindihan” dalam dunia medis disebut sleep paralysis atau kelumpuhan saat tidur.Sleep paralysis terjadi saat kita hilang kendali atas otot-otot tubuh saat tidur atau bangun. Gangguan ini termasuk salah satu jenis parasomnia atau perilaku abnormal selama tidur.Normalnya, saat tidur kita bisa masuk ke fase REM (rapid eye movement). Ketika itu, otot akan istirahat dan tidak bergerak, atau bisa dibilang lumpuh sementara. Sementara itu, kita juga dalam kondisi tidur lelap hingga bermimpi.Nah, ketindihan terjadi ketika kita sudah masuk fase REM, tapi otak masih bekerja. Jadi, kita sebenarnya sudah sadar, tapi masih berada di fase REM dan otot tubuh juga dalam kondisi lumpuh. Itu sebabnya, kita jadi merasa berat dan tidak bisa bergerak, bagaikan sedang ditindih oleh sesuatu yang besar. Inilah yang lalu dihubungkan orang sebagai makhluk halus.Penelitian yang dimuat di jurnal Nature and Science of Sleep menyebutkan, sleep paralysis banyak berkaitan dengan kualitas tidur dan gejala insomnia. Lebih lanjut, gangguan ini juga sering terjadi bersamaan dengan mimpi buruk dan sindrom kepala meledak.Sindrom kepala meledak adalah salah satu jenis gangguan tidur yang membuat Anda seolah-olah mendengar suara keras atau ledakan. Nyatanya, suara ini tidak ada, tapi bisa bikin Anda mendadak terbangun. Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/mau-tidur-pulas-hindari-7-kebiasaan-buruk-ini-sebelum-tidur-1654609514664" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Mau Tidur Pulas? Hindari 7 Kebiasaan Buruk Ini Sebelum Tidur</a> 
<h2>6 Faktor Pemicu Ketindihan</h2>Setelah tahu penyebab ketindihan, Sobat Altea juga pasti ingin tahu, apa saja yang bisa jadi pemicu sleep paralysis?Menurut peneliti, sleep paralysis bisa disebabkan beberapa faktor berikut:<h3>1. Narkolepsi</h3>Narkolepsi adalah gangguan tidur yang bikin orang bisa tiba-tiba mengantuk dan tertidur tanpa kenal waktu.Menurut penelitian yang dimuat di Nature and Science of Sleep, orang yang menderita narkolepsi kerap mengalami sleep paralysis. Para ahli menduga, hal ini disebabkan kurangnya protein yang digunakan untuk mengirimkan informasi antar sel-sel di hipotalamus.<h3>2. Hipersomnia Idiopatik</h3>Hipersomnia idiopatik adalah gangguan ditandai oleh kelelahan meski meski sudah tidur sangat lama di malam hari.Satu penelitian menemukan, orang dengan gangguan hipersomnia punya kecenderungan tinggi mengalami sleep paralysis. Namun, penelitian lain belum menemukan korelasi langsung antara sleep paralysis dan hipersomnia idiopatik.<h3>3. Sleep Apnea</h3>Menurut penelitian,&nbsp;sleep apnea bisa jadi salah satu faktor penyebab ketindihan atau sleep paralysis.Meski korelasinya belum dapat dipastikan, peneliti menduga terganggunya fase tidur REM terjadi akibat terhambatnya saluran pernapasan. Nah, terhambatnya saluran pernapasan ini adalah ciri khas sleep apnea. Kondisi ini bisa membuat napas terhenti saat tidur, mengorok, dan susah tidur.Mengutip dari Sleep Foundation, 37% orang dengan gangguan obstructive sleep apnea (OSA) mengaku mengalami sleep paralysis. Orang yang alami OSA sering terbangun dan kurang tidur. Sementara itu, kurang tidur bisa menyebabkan sleep paralysis. <h3>4. Insomnia</h3>Satu penelitian menemukan, orang dengan sleep paralysis cukup parah punya kemungkinan lebih tinggi untuk alami insomnia. Gangguan ini dapat dianggap parah bila dialami setidaknya seminggu sekali.Sementara, orang tanpa atau punya gangguan yang ringan terbilang sangat jarang mengalami insomnia.<h3>5. Gangguan Kesehatan Mental</h3>Gangguan kesehatan mental juga bisa jadi salah satu penyebab sleep paralysis.Melansir Sleep Foundation, orang dengan gangguan kecemasan dan panik bisa berisiko lebih tinggi mengalami sleep paralysis.Studi lain menemukan bahwa sleep paralysis juga dialami orang dengan gangguan post-traumatic stress disorder (PTSD). Begitu juga dengan orang yang mengalami pengalaman traumatis, semisal menjadi korban pelecehan seksual atau kekerasan.Selain itu, berhenti mengonsumsi antidepresan juga dapat memicu gangguan pada fase tidur REM, yang kemudian menyebabkan sleep paralysis.Gangguan kesehatan mental lainnya yang juga berkaitan dengan ketindihan adalah skizofrenia. Orang yang memiliki gangguan skizofrenia disertai gangguan berat pada tidur malam dapat juga mengalami sleep paralysis.<h3>6. Kurang Tidur</h3>Kalau tak mau alami fenomena “ditindih makhluk halus” saat tidur, mulai hari ini Anda harus cukup tidur, Sobat Altea! Pasalnya, tidur kurang dari 8 jam sehari tidur juga bisa jadi penyebab ketindihan.Mengutip Sleep Foundation, kurang tidur dapat pengaruhi fase tidur REM. Anda bisa alami tidur REM lebih banyak daripada normalnya, sehingga akhirnya bisa alami sleep paralysis.Selain itu, yang perlu diperhatikan juga adalah posisi tidur. Studi yang dimuat di jurnal Advanced Science Letters menyebutkan, sebagian besar gangguan sleep paralysis dialami saat tidur sendirian dan dalam posisi telentang.Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/article-detail/tidur-terlalu-lama-tidak-baik-buat-kesehatan-ini-alasannya-1654696622667" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Tidur Terlalu Lama Tidak Baik Buat Kesehatan, Ini Alasannya</a>
<h2>Cara Mencegah Sleep Paralysis</h2>Sleep paralysis bisa bikin tidur jadi tak nyaman. Apalagi kalau Anda sampai halusinasi lihat makhluk yang seram-seram. Ngeri!Nah, untuk mencegah hal tersebut, Sobat Altea bisa melakukan beberapa hal berikut:<ul><li>kelola stres sebaik mungkin dan hindari penyebab stres</li><li>
olahraga secara teratur</li><li>
tidur yang cukup setiap hari</li><li>
buat jadwal tidur dan ikuti dengan disiplin</li><li>
bila mengonsumsi obat-obatan rutin, ikuti dosis dan petunjuk dari dokter</li><li>
jalani terapi untuk perbaiki kebiasaan tidur (jika diperlukan)</li><li>
ikut konseling untuk atasi trauma</li><li>
lakukan yoga atau latihan pernapasan</li></ul>Itulah sejumlah penyebab ketindihan saat tidur yang harus Anda ketahui.Sobat Altea yang alami gangguan tidur, coba video call dengan dokter spesialis tidur di AlteaCare saja!Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan segera buat janji dengan dokter andalan! Sumber:<ul><li>Sleep Foundation. Diakses pada Juni 2022. What You Should Know About Sleep Paralysis</li><li>
Denis, D. (2018). Relationships between sleep paralysis and sleep quality: current insights. Nature and science of sleep, 10, 355.</li><li>
Sleep Foundation. Diakses pada Juni 2022. REM Rebound</li><li>
Healthline. Diakses pada Juni 2022. Sleep Paralysis</li><li>Chaube, N., &amp; Nathawat, S. S. (2018). Sleep Paralysis: Its Genesis and Qualitative Analysis of Case Histories. Advanced Science Letters, 24(5), 3347-3351.</li></ul>

Ini Dia Penyebab Ketindihan Saat Tidur yang Sebenarnya! 

Tokophobia adalah rasa takut hamil yang dialami oleh para wanita - AlteaCare | Foto: Envato

Apa Sobat Altea termasuk yang sedang menunda punya momongan? Apa itu karena kesibukan, sedang kuliah lagi, atau… takut hamil? Jika alasannya yang terakhir, bisa jadi Anda mengalami tokophobia. Apa, sih, itu?Tokophobia adalah gejala rasa takut seseorang terhadap kehamilan. Ini bisa membuatnya jadi menghindari memiliki anak.Bagi orang dengan kondisi ini, kehamilan adalah hal yang mengerikan, bahkan dianggap bisa mengancam hidupnya. Ternyata, ketakutan ini tidak hanya terjadi pada wanita yang punya memiliki anak, lo! Bahkan banyak wanita yang sudah punya anak jadi takut takut untuk hamil lagi dan berusaha menghindari menambah anak.Lalu, bagaimana cara mengatasinya?Yuk, simak penjelasan lengkap mengenai tokophobia atau fobia yang bikin orang takut hamil berikut ini!<h2>Ini Dia Jenis-jenis Tokophobia</h2>Ketakutan untuk hamil ini ternyata bisa terbagi jadi beberapa jenis, yaitu:<h3>1. Tokophobia Primer</h3>Tokophobia primer adalah gejala takut hamil pada wanita yang belum pernah hamil sebelumnya.Biasanya, gejala ini muncul sejak masa remaja atau di awal masa dewasa. Orang yang mengalaminya biasanya akan sangat hati-hati dalam menggunakan kontrasepsi sebelum berhubungan intim.Lalu, apa yang terjadi jika telanjur hamil?Menurut penelitian, sebagian dapat mengambil risiko aborsi atau terpaksa melahirkan anak melalui prosedur operasi sesar.Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kehamilan%20dan%20Kesehatan%20Reproduksi/artikel/6-cara-mencegah-depresi-postpartum-sejak-dini-1657295268588" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">6 Cara Mencegah Depresi Postpartum Sejak Dini</a> 
<h3>2. Tokophobia Sekunder</h3>Tokophobia sekunder adalah gejala takut hamil yang dialami orang yang pernah trauma akibat berbagai peristiwa pada kehamilan sebelumnya. Misalnya, keguguran, bayi meninggal dalam kandungan, atau terpaksa aborsi karena alasan kesehatan.Pada beberapa kasus, tokophobia sekunder juga bisa disebabkan oleh depresi selama kehamilan.<h2>Seperti Apa Gejala Tokophobia</h2>Seperti jenis fobia lainnya, tokophobia dapat membuat orang mengalami rasa cemas yang tidak rasional atau takut berlebihan terhadap objek tertentu.Orang yang punya rasa takut hamil berlebihan, biasanya mengalami gejala seperti rasa cemas, depresi, sering mimpi buruk, gangguan tidur, hingga serangan panik. Selain itu, ia juga bisa mengalami hal berikut:<ul><li>takut berlebihan pada bayi yang lahir tidak sempurna, bayi yang meninggal dalam kandungan, atau kematian saat hamil</li><li>
berpikiran yang buruk-buruk terkait kehamilan dan kematian</li><li>
terkadang dapat menghindari aktivitas seksual karena takut hamil</li><li>
jika terlanjur hamil akan bersikeras buat melahirkan secara sesar dan bila sudah melahirkan, sulit untuk bonding dengan bayinya</li></ul><h2>Cara Mengatasi Tokophobia atau Takut Hamil</h2>Kondisi seperti tokophobia atau rasa takut hamil berlebihan tidak bisa diatasi sendiri oleh orang yang mengalaminya. Nah, berikut ini adalah beberapa cara mengatasinya:<h3>1. Dapatkan Dukungan dari Orang Terdekat</h3>Cara mengatasi rasa takut hamil yang paling ampuh adalah minta dukungan orang terdekat.Kalau Anda punya kerabat atau teman yang mengalami tokophobia, dampingilah dia. Beri motivasi dan jadilah teman curhatnya sehingga ia bisa berbagi rasa takutnya.Dukungan buat orang yang mengalami tokophobia bisa mengurangi stres yang berkaitan dengan masa depan, termasuk soal memiliki anak.Selain itu, menurut riset, dukungan dari sekeliling bisa menurunkan angka persalinan secara sesar hingga 50%.<h3>2. Jalani Terapi Psikologis</h3>Saat berkonsultasi ke psikolog atau psikiater, Anda biasanya akan direkomendasikan untuk mengikuti cognitive behavior therapy atau psikoterapi.Terapi ini ditujukan untuk mengendalikan emosi dan perasaan, sehingga rasa takut terhadap kehamilan akan berkurang.<h3>3. Terapi Obat-obatan</h3>Terapi obat biasanya diberikan pada orang yang mengalami tokophobia disertai gejala depresi, gangguan kecemasan, atau gangguan psikologi lainnya.Jenis obat yang diberikan untuk mengatasi gangguan ini biasanya adalah fluoxetine. Fluoxetine adalah jenis obat yang digunakan untuk mengatasi depresi, gangguan obsesi kompulsif, bulimia, dan lain-lain.<h3>4. Ikuti Kelas Persiapan Kehamilan</h3>Cara lainnya untuk mengatasi rasa takut hamil adalah tahu lebih banyak seputar kehamilan. Dengan begitu, kekhawatiran akan kehamilan akan berkurang.Nah, salah satu cara menambah wawasan adalah ikuti kelas kehamilan. Di sini Anda tidak hanya dapat edukasi mengenai kehamilan, tetapi juga bisa jalani skrining kesehatan.Skrining ini dapat melihat kondisi kesehatan Anda. Bila Anda memang dalam kondisi sehat dan siap untuk hamil, diharapkan rasa cemas pun berkurang.Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kehamilan%20dan%20Kesehatan%20Reproduksi/artikel/yoga-prenatal-baik-untuk-bumil-ini-dia-sederet-manfaatnya-1658207404524" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Yoga Prenatal Baik Untuk Bumil, Ini Dia Sederet Manfaatnya!</a> 
<h3>5. Rencanakan Kehamilan</h3>Jika Anda masih sangat takut hamil, coba diskusikan dengan dokter dengan didampingi pasangan.Dalam sesi konsultasi, bahas apa yang Anda inginkan dan butuhkan, juga apa yang bikin Anda takut. Lalu, diskusikan bagaimana cara menjalani kehamilan yang sehat, proses kelahiran yang akan dipilih, serta bagaimana mengurangi rasa sakit saat melahirkan.Dengan perencanaan yang matang, Anda akan merasa lebih aman saat menjalani kehamilan.Itulah sekelumit mengenai tokophobia atau rasa takut hamil yang berlebihan.Jika Anda merasa takut hamil, jangan ragu untuk bicara dengan psikiater berpengalaman di AlteaCare!Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan segera buat janji dengan psikiater andalan! Sumber:<ul><li>Bhatia, M. S., &amp; Jhanjee, A. (2012). Tokophobia: A dread of pregnancy. Industrial psychiatry journal, 21(2), 158.</li><li>
Very Well Mind. Diakses pada Juli 2022. Tokophobia: Fear of Childbirth and Pregnancy</li><li>
Mayo Clinic. Diakses pada Juli 2022. Fluoxetine (Oral Route)</li></ul>

Mengenal Tokophobia, Rasa Takut Hamil yang Berlebihan

Rasa cemas yang melanda di hari Minggu kerap dialami oleh para profesional - AlteaCare

Pada tahun 1930an, sempat terkenal satu lagu yang ditulis oleh Rezső Seress berjudul Gloomy Sunday. Lagu bertema hari Minggu ini dianggap punya daya mistis oleh masyarakat Hungaria. Sebagian besar orang mengaitkannya dengan lagu orang yang lagi stres atau depresi dan berujung pada bunuh diri. Lho, sampai begitu?Sekarang ini, tidak sedikit dari kita yang bisa merasa agak mellow menjelang setiap Minggu malam. Memikirkan hari Senin esok harus kembali bekerja dan beraktivitas tiba-tiba bikin semua kegembiraan akhir minggu jadi tak bermakna. Para ahli menyebut kondisi ini dengan istilah Sunday blues atau Sunday scaries.Padahal, seharusnya Minggu kita rayakan sebagai hari kebebasan, saat kita terlepas dari segala aktivitas yang membebankan. Ada satu survei menarik yang perlu kita simak, nih. Ternyata, 8 dari 10 pekerja profesional mengalami rasa cemas di akhir pekan, terutama Minggu. Gelombang emosi negatif ini secara mengejutkan dialami oleh hampir seluruh generasi, mulai generasi baby boomers, Gen-X, Milenial, hingga Gen-Z. Bahkan persentasenya bisa berkisar dari 69 hingga 94%.Jadi penasaran, ya. Apa sebenarnya yang jadi penyebab munculnya fenomena Sunday blues pada hari Minggu? Bagaimana cara mengatasinya?Yuk, kita simak saja selengkapnya berikut ini!Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/6-ide-maksimalkan-weekend-efeknya-terasa-sampai-senin-1650625332848" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">6 Ide Maksimalkan Weekend. Efeknya Terasa Sampai Senin!</a> 
<h2>Penyebab Rasa Cemas di Hari Minggu</h2>Berikut ini beberapa hal yang bisa menimbulkan rasa cemas di hari Minggu: <h3>1. Stres Memikirkan Kerjaan</h3>Pekerjaan yang banyak tuntutan atau dapat tugas yang deadline-nya bak dari Roro Jonggrang bisa jadi penyebab Sunday blues atau cemas di hari Minggu.Apalagi bila beban pekerjaan tidak sebanding dengan kemampuan kita. Mau tak mau, kita jadi non-stop kepikiran soal kerjaan tersebut, bahkan sampai akhir minggu.<h3>2. Jadwal Minggu Depan yang Padat</h3>Rasa panik dan cemas juga bisa muncul ketika mengecek kalender, lantas melihat ada back-to-back meeting yang menanti di minggu depan.Ditambah kekalutan karena belum mempersiapkan presentasi, semua ini bisa bikin otot-otot di kepala jadi tegang dan muncul kecemasan.<h3>3. Menunda Pekerjaan</h3>Sobat Altea tahu tidak, ternyata 1 dari 3 orang suka menunda pekerjaan. Anda salah satunya?Menunda pekerjaan ibarat bom waktu. Ketika sudah menumpuk, sewaktu-waktu bisa meletus dan bikin kita kewalahan. Sebab, jumlah pekerjaan semakin bertambah, sementara kita tidak bisa menyelesaikannya. Padahal, hari senin adalah tenggatnya. Nah, inilah yang bikin hari Minggu kita jadi menakutkan Kita terbayang-bayang dengan pekerjaan dan bisa berujung pada stres.<h3>4. Di-bully</h3>Tidak hanya anak-anak, perundungan atau bullying juga bisa terjadi di tempat kerja. Mengutip dari Very Well Mind, perundungan juga berkaitan dengan tingkat kecemasan.Orang yang sering di-bully pastinya tidak semangat lagi bekerja. Saat akhir pekan berakhir, ia jadi tertekan karena ingat akan bertemu lagi dengan kolega yang sering mengejeknya esok hari.<h2>Cara Mengatasi Cemas di Hari Minggu</h2>Berikut ini beberapa cara yang bisa Anda lakukan supaya bisa menikmati akhir pekan tanpa ada drama Sunday blues:<h3>1. Buat Rutinitas</h3>Mengutip dari PsychCentral, umumnya rasa cemas di hari Minggu terjadi karena kita terlalu gabut alias tidak ada kegiatan.Nah, karenanya pastikan Anda punya agenda di akhir minggu. Misalnya, main tenis di Sabtu pagi atau jalan dengan binatang peliharaan di Minggu sore.Ini bisa bikin kita jadi lebih fokus pada agenda aktivitas tersebut dan rasa cemas akan terhalau.Beberapa rekomendasi kegiatan lain yang bisa dilakukan:<ul><li>nonton maraton film favorit</li><li>
bertemu atau menghubungi teman </li><li>
bersih-bersih rumah</li></ul><h3>2. Matikan Ponsel</h3>Kalau ingin akhir minggu yang damai tanpa distraksi, matikan saja ponsel Anda. Sebab, notifikasi yang muncul, apalagi terkait dengan pekerjaan, bisa merusak mood dan mengganggu istirahat Anda.Mengutip dari Forbes, notifikasi tak hanya mencuri perhatian dan waktu. Namun, munculnya pesan di ponsel ini juga bisa bikin kita makin stres dan cemas.<h3>3. Ubah Persepsi Tentang Hari Senin</h3>Istilah “I hate Monday” digunakan oleh mereka yang merasa berat saat harus kembali bekerja di hari Senin. Ini sebenarnya masalah persepsi saja, Sobat Altea. Bagaimana kalau Anda ubah dengan kata-kata “I love Monday”? Pasti jadi lebih menyenangkan. Anda juga bisa selipkan jadwal yang seru saat pulang kerja di hari Senin. Misalnya nonton film baru atau makan makan bareng tim di kantor. Ini bisa bikin Anda lebih semangat mengakhiri hari Minggu.<h3>4. Rileks Dulu!</h3>Manfaatkan waktu di akhir minggu untuk bersantai. Pilih aktivitas yang sekiranya bisa mengurangi beban pikiran. Cara paling mudah dan ampuh yang bisa Anda coba adalah bermeditasi. Mengutip dari Journal of Clinical Psychiatry, meditasi dapat membantu kita mengatasi stres berlebih.Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/tips-meditasi-mudah-buat-pemula-tidak-pakai-ketiduran-1648520784534" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Tips Meditasi Mudah Buat Pemula. Tidak Pakai Ketiduran!</a> 
 <h3>5. Menulis Jurnal</h3>Punya kebiasaan menulis jurnal sebelum tidur bisa membantu Anda melepaskan kekhawatiran dan mengakhiri hari Minggu dengan tenang. Mengutip dari University of Rochester Medical Center, menulis jurnal bisa menurunkan level kecemasan. Kebiasaan ini bahkan bisa dilakukan tidak hanya saat mengalami Sunday blues saja. Anda bisa menulis jurnal kapan pun pikiran dan perasaan lagi galau.Itulah penjelasan seputar Sunday blues yang bisa menyebabkan cemas di hari Minggu.Sobat Altea yang mengalami masalah berat dan perlu curhat dengan konselor, jangan ragu gunakan fitur Curhat dengan Konselor Psikologis yang ada di aplikasi AlteaCare! Anda juga bisa video call dengan Psikolog dengan membuat janji terlebih dulu.Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan buat jadwal dengan Psikolog! Sumber:<ul><li>Hoge, E. A., Bui, E., Marques, L., Metcalf, C. A., Morris, L. K., Robinaugh, D. J., ... &amp; Simon, N. M. (2013). Randomized controlled trial of mindfulness meditation for generalized anxiety disorder: effects on anxiety and stress reactivity. The Journal of clinical psychiatry, 74(8), 16662.</li><li>
Forbes. Diakses pada Juli 2022. This Is Why You Need To Turn Off Social Media Notifications</li><li>
Psych Central. Diakses pada Juli 2022. What Are Sunday Scaries?</li><li>
University of Rochester Medical Center. Diakses pada Juli 2022. Journaling for Mental Health</li><li>
Very Well Mind. Diakses pada Juli 2022. What Are the Sunday Scaries?</li></ul>

Apa itu Sunday Blues, si Penyebab Cemas di Hari Minggu?

Punya circle pertemanan bisa memberi semangat kita buat olahraga dan hidup lebih sehat - AlteaCare | Foto: Envato

Hidup ini bakal lebih berwarna kalau kita punya teman. Sobat Altea setuju? Apalagi saat kita sedang susah atau sakit. Adanya lingkaran atau circle pertemanan bisa bikin kita jadi lebih kuat dan semangat buat sembuh atau keluar dari masalah.Mengutip dari jurnal Personal Relationships, dukungan dari teman saat kita sedang dalam situasi sulit bisa membuat beban di pundak terasa lebih ringan. Minimal, bisa menghindarkan Anda dari depresi atau sakit yang disebabkan oleh tekanan psikologis.Para pakar psikologi menyebutkan, dukungan sosial adalah kebutuhan penting dalam hidup kita sebagai makhluk sosial. Dukungan ini bisa dalam bentuk perhatian, penerimaan, ataupun pertolongan dalam bentuk lain. Selain dari keluarga dan kerabat, dukungan sosial yang berasal dari circle pertemanan bisa bikin kita lebih nyaman, happy, dan tenang. Ada banyak manfaat yang bisa didapat jika kita punya lingkaran pertemanan yang sehat. Yuk, simak apa saja manfaatnya berikut ini!<h2>Manfaat Circle Pertemanan Buat Kesehatan Kita</h2>Hubungan yang positif dengan teman-teman bisa membuat kita hidup lebih sehat. Sebab, ada beberapa manfaat baik yang bisa kita rasakan. Antara lain:<h3>1. Membantu Mengatasi Stres</h3>Stres yang tidak dikelola dengan baik bisa berujung pada gangguan fisik. Faktanya, curhat ke circle pertemanan atau sahabat bisa bantu kita lebih lega.Kita pun bisa lebih tenang karena ada orang yang mendukung dalam menghadapi masalah.Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/biar-tidak-jadi-depresi-berat-inilah-cara-menghilangkan-stres-1636080534322" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Biar Tidak Jadi Depresi Berat, Inilah Cara Menghilangkan Stres</a> 
<h3>2. Menjaga Kesehatan Otak</h3>Menurut riset, sering curhat dengan teman bisa membantu menjaga kesehatan otak, lo. Dengan kata lain, kita jadi tidak cepat pikun. Sebab, kebiasaan mengobrol ataupun mendengar cerita orang lain bisa merangsang otak aktif berpikir. Kita pun jadi lebih mudah menerima pengetahuan baru.<h3>3. Menjauhkan dari Penyakit</h3>Manfaat punya circle pertemanan positif lainnya adalah memberi rasa aman. Ini juga bisa membuat Anda lebih optimis dalam menjalani hidup.Sebaliknya, tanpa adanya dukungan sosial, baik dari teman maupun keluarga, bisa bikin kita jadi lebih rentan terhadap depresi dan rasa kesepian. Bahkan, menurut riset, rasa kesepian juga bisa buat kita lebih gampang mengalami peradangan. Ujung-ujungnya, kita lebih berisiko terhadap penyakit kronis, seperti artritis, stroke, penyakit jantung, dan Alzheimer. <h3>4. Memberi Semangat Untuk Hidup Lebih Sehat</h3>Kalau Anda ingin hidup lebih sehat, dukungan dari sekitar adalah kuncinya. Misalnya, saat Anda lagi berusaha berhenti merokok, teman yang baik tidak akan merokok di dekat Anda. Sementara kalau sedang mau rutin olahraga, Anda bisa ajak teman untuk ngegym bareng. Teman baik kita juga selalu melihat perubahan dalam diri kita. Saat berat badan mulai turun, mereka langsung beri pujian sehingga kita makin semangat hidup lebih sehat.<h2>Begini Cara Buat Circle Pertemanan Jadi Lebih Positif</h2>Dalam pertemanan, kita saling memberi dan menerima. Saat kita sudah dapat manfaat positif berupa dukungan dari circle pertemanan buat hidup lebih sehat, kini lakukan sebaliknya. Yuk, bantu teman Anda yang juga sedang butuh dukungan dalam mengatasi penyakit maupun masalah kesehatan lainnya. Begini cara dan tindakan yang benar supaya tidak malah bikin teman jengkel karena kita terlalu berlebihan:<h3>1. Beri Perhatian</h3>Orang yang sedang sakit kadang merasa cemas, tak berdaya, dan kesepian, karena tak bisa bebas berkegiatan seperti biasanya. Adanya circle pertemanan bisa membantunya supaya tidak cemas lagi. Beri perhatian padanya, misalnya:<ul><li>ajak ngobrol tentang hal yang ia minati atau hal ringan lain</li><li>
cukup jadi pendengar yang baik saat ia curhat soal rasa khawatir yang dirasakan saat sakit maupun apa yang ia ingin lakukan kalau sudah sembuh.</li></ul>Bila kondisi psikis teman kita ini selalu positif, proses penyembuhan dan pemulihannya pun bisa lebih lancar.<h3>2. Bantu Mengurus Keperluannya</h3>Bentuk dukungan atau bantuan buat teman yang sakit tidak melulu berhubungan dengan proses pengobatannya.Kita juga bisa membantunya dalam hal lain, misalnya merawat hewan peliharaannya, menyirami tanamannya, membersihkan rumahnya, atau mengerjakan tugas-tugas lain yang tak bisa ia kerjakan sendiri. <h3>3. Bawakan Makanan</h3>Di masa pandemi COVID ini kita belajar betapa makanan kiriman dari circle pertemanan bisa sangat membantu, bahkan memberi semangat bagi yang sedang isoman.Ini juga berlaku buat orang yang mengidap penyakit lainnya. Anda bisa bergantian bawakan makanan atau camilan kesukaannya untuk mengusir kejenuhan. Kalau teman kita sedang dirawat di rumah sakit dan tidak boleh makan yang berasal dari luar, jangan putus asa. Kita masih bisa bawakan makanan buat orang yang menemani atau menjaganya selama dirawat. <h3>4. Berikan Sesuatu untuk Mengisi Waktu</h3>Berbaring terus pasti bikin orang yang sakit bosan. Rasa kesepian lama-lama bisa bikin orang jadi overthinking. Kita bisa bawakan bacaan, permainan, atau alat rajut untuk mengisi waktunya. Atau, sekadar kasih rekomendasi film atau tontonan yang menarik.Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/apa-itu-overthinking-yang-bikin-lelah-mental-fisik-1663563145001" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Apa itu Overthinking yang Bikin Lelah Mental &amp; Fisik?</a> 
<h3>5. Antar Kontrol ke Dokter</h3>Tawarkan diri untuk mengantar teman ke dokter buat kontrol rutin. Apalagi kalau selama ini dia harus pergi sendiri. Ini pasti bikin dia makin kuat dan semangat menuju kesembuhan.Itulah sejumlah manfaat dari circle pertemanan untuk kesehatan kita. Sobat Altea yang saat ini sedang stres, kesepian, butuh curhat tapi tak punya teman, jangan ragu untuk bicara lewat fitur chat dengan Konselor Psikologis di aplikasi AlteaCare.Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> sekarang dan langsung pilih fitur chat di bagian atas aplikasi! Sumber:<ul><li>Horwitz, B. N., Reynolds, C. A., &amp; Charles, S. T. (2015). Understanding associations among family support, friend support, and psychological distress. Personal Relationships, 22(1), 79-91.</li><li>
Very Well Mind. Diakses pada Agustus 2022. How Social Support Contributes to Psychological Health.</li><li>
Help Guide. Diakses pada Agustus 2022. Support Groups: Types, Benefits, and What to Expect.</li><li>
Everyday Health. Diakses pada Agustus 2022. Why Friendships Are So Important for Health and Well-Being. </li><li>
AARP. Diakses pada Agustus 2022. Caregiving for a Sick Friend. </li></ul>

Manfaat Circle Pertemanan Buat Kesehatan. Bisa Jadi "Obat"!

Rasa gugup berlebihan bisa bikin tangan berkeringat - AlteaCare | Foto: Envato

Semua orang pasti pernah merasakan gugup, misalnya sewaktu harus presentasi di depan banyak orang. Atau merasa senewen takut usahanya gagal. Tapi kalau kita tahu cara mengatasi gugup, semua tantangan pun bisa dihadapi dengan baik.Sebenarnya, rasa tegang dan gugup saat bicara di panggung atau mempromosikan bisnis ke orang tidak dikenal adalah hal wajar. Ini adalah gejala normal tubuh Anda saat merespon stres atau tekanan.Saat mendapat tekanan, di dalam tubuh kita terjadi mekanisme yang memberi sinyal pada kita untuk siap menghadapi "ancaman". Adrenalin, detak jantung, dan tekanan darah jadi meningkat. Hasilnya, muncul rasa grogi dan gugup.Lalu, bagaimana cara mengatasi gugup agar kita bisa mengerjakan tugas dengan baik?Yuk, simak tips di bawah ini!<h2>8 Cara Mengatasi Gugup Paling Efektif</h2>Beberapa cara ini bisa Anda lakukan untuk mengatasi rasa gugup:<h3>1. Persiapkan Diri dengan Baik</h3>Salah satu cara menghilangkan grogi paling ampuh adalah mempersiapkan diri dengan baik. Jadi, segrogi apa pun, Anda tidak akan tampil buruk.Persiapan baik tersebut bisa berupa:<ul><li>latihan presentasi atau tampil di atas panggung,</li><li>
menyediakan waktu luang lebih banyak untuk memastikan hal yang dipersiapkan dari sebelumnya,</li><li>
mengajak teman untuk menemani menghadiri sebuah acara atau tempat Anda tampil.</li></ul>Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/banyak-meeting-bikin-pusing-awas-nanti-bisa-zoom-fatigue-1649306652339" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">Banyak Meeting Bikin Pusing? Awas, Nanti Bisa “Zoom Fatigue”!</a> 
<h3>2. Berdiskusi dengan Rekan Kerja</h3>Cara lain untuk mengatasi gugup saat mau presentasi atau tampil di panggung adalah berdiskusi dengan rekan kerja.Ceritakan secara terbuka pada rekan kerja, apa yang bikin Anda resah dan apa target Anda ke depan.Menurut penelitian, cara ini cukup ampuh untuk mematangkan persiapan. Ke depannya, ini bisa membantu meningkatkan karier dan mencegah masalah di tempat kerja.<h3>3. Latihan Napas</h3>Saat gugup, pasti Anda merasa deg-degan dan napas jadi tidak beraturan, 'kan?Nah, coba latihan pernapasan mulai dari sekarang. Caranya, tarik napas dalam-dalam secara perlahan, lalu embuskan kembali perlahan. Ulangi latihan ini beberapa kali.Menurut penelitian, teknik pernapasan dan pengendalian diri bisa jadi obat ampuh saat kita alami demam panggung atau gugup.<h3>4. Buat Target </h3>Buatlah target yang harus dikejar dalam karier atau studi Anda, lalu fokuslah ke sana.Menurut studi dari University of Trieste, hasrat untuk terlihat punya kompetensi sangat efektif untuk mengalahkan rasa takut saat harus ikut ujian atau tampil di depan publik.Anggap penampilan atau pekerjaan Anda hari ini sebagai tantangan untuk menaklukkan ancaman yang membayangi.<h3>5. Meditasi</h3>Sering lakukan meditasi di rumah? Nah, coba teknik tersebut sebelum presentasi, kerja, atau tampil di atas panggung.Bahkan, menurut penelitian, metode ini sangat efektif untuk mengurangi stres level tinggi, lo!&nbsp;Yuk, belajar meditasi dari sekarang!<h3>6. Hadapi Ketakutan</h3>Tidak ada cara lain untuk mengatasi gugup selain menghadapinya.Dalam dunia psikologi, ada terapi yang disebut desensitisasi atau proses pengurangan respon emosional terhadap sebuah situasi. Terapi ini biasa digunakan untuk menghadapi fobia atau ketakutan tertentu, termasuk ketakutan saat tampil di depan publik.Saat menjalani terapi ini, kita akan diminta melatih otot dan pernapasan agar lebih relaks, lalu membuat daftar mulai dari rasa takut paling besar hingga yang paling kecil. Nah, terapi akan disesuaikan dengan level rasa takut Anda. <h3>7. Fokus pada Orang yang Mendukung</h3>Saat harus harus tampil di depan banyak orang, semisal presentasi, menyanyi, atau akting, fokuslah pada orang yang memberikan dukungan di kursi audiens.Perhatikanlah wajah-wajah dengan ekspresi bersahabat agar kekhawatiran berkurang.Apabila Anda adalah seorang atlet, fokuslah pada suporter yang mendukung dan abaikan suporter lawan yang mencemooh.Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/5-cara-menjaga-kesehatan-mental-di-tempat-kerja-1653318036093" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">5 Cara Menjaga Kesehatan Mental di Tempat Kerja</a> 
<h3>8. Jalan-Jalan Sebentar</h3>Sebelum tampil di atas panggung atau di depan publik, cobalah jalan-jalan terlebih dulu di sekitar tempat Anda tampil.Ini bisa mengurangi kecemasan sebelum Anda tampil.Itulah sejumlah cara mengatasi gugup yang bisa Anda coba.Sobat Altea yang mengalami stres berat akibat pekerjaan atau masalah hidup lainnya, jangan ragu untuk video call dengan Psikolog di AlteaCare! Anda juga bisa pilih fitur chat dengan konselor di menu utama aplikasi.Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan temui Psikolog dan Konselor andalan! Sumber:<ul><li>Healthline. Diakses pada Agustus 2022. Nervousness: How You Can Deal with It and Feel Better</li><li>
Studer, R., Gomez, P., Hildebrandt, H., Arial, M., &amp; Danuser, B. (2011). Stage fright: its experience as a problem and coping with it. International archives of occupational and environmental health, 84(7), 761-771.</li><li>
Jiménez Ivars, A., &amp; Pinazo Calatayud, D. (2001). " I failed because I got very nervous". Anxiety and performance in interpreter trainees: an empirical study.</li><li>
Hoge, E. A., Bui, E., Marques, L., Metcalf, C. A., Morris, L. K., Robinaugh, D. J., ... &amp; Simon, N. M. (2013). Randomized controlled trial of mindfulness meditation for generalized anxiety disorder: effects on anxiety and stress reactivity. The Journal of clinical psychiatry, 74(8), 16662.</li><li>
Docan-Morgan, T., &amp; Schmidt, T. (2012). Reducing public speaking anxiety for native and non-native English speakers: The value of systematic desensitization, cognitive restructuring, and skills training. Cross-Cultural Communication, 8(5), 16-19.</li><li>
Web MD. Diakses pada Agustus 2022. Stage Fright (Performance Anxiety)</li></ul>

8 Cara Mengatasi Gugup Berlebihan di Depan Banyak Orang

Imposter syndrome dapat dialami oleh semua orang - AlteaCare | Foto: Envato

Sobat Altea pernah merasa tidak bisa membaur di lingkungan pekerjaan atau pertemanan yang baru? Kalau iya, mungkin Anda sedang mengalami imposter syndrome.Sebenarnya, wajar saja kalau kita merasa asing saat baru masuk dalam lingkungan yang baru. Namun, sebagian orang mungkin tidak hanya merasa asing, tapi juga menganggap dirinya tidak layak di tempat tersebut. Alasannya, mereka menganggap orang lain punya kualitas lebih. Misalnya, teman baru terlihat lebih tampan, cantik, pintar, humoris, dan lain-lain. Nah, inilah salah satu pertanda imposter syndrome.Mengutip Very Well Mind, imposter syndrome adalah pola pikir yang mempercayai bahwa Anda tidak sekompeten orang yang berada di lingkungan yang sama dengan Anda.Lalu, bagaimana cara mengatasi imposter syndrome? Yuk, simak uraian di bawah ini!Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/8-cara-mengurangi-overthinking-agar-mental-tetap-sehat-1663563943773" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">8 Cara Mengurangi Overthinking agar Mental Tetap Sehat</a> 
<h2>Ciri-Ciri Imposter Syndrome</h2>Ada beberapa ciri-ciri yang diperlihatkan orang yang imposter syndrome.Yuk, cek apakah Anda punya beberapa di antaranya: <ul><li>tidak bisa menilai kemampuan diri secara objektif</li><li>
menggantungkan kesuksesan diri pada faktor eksternal</li><li>
berusaha menilai pekerjaan sendiri</li><li>
khawatir pekerjaan Anda tidak bisa memenuhi ekspektasi orang lain</li><li>
menghalangi kesuksesan diri dengan memandang rendah kemampuan sendiri</li><li>
meragukan diri sendiri</li><li>
membuat target tinggi, tapi langsung kecewa karena merasa tidak dapat mencapainya</li><li>
menyiapkan pekerjaan secara berlebihan karena khawatir yang dikerjakannya kurang</li></ul><h2>Penyebab Imposter Syndrome</h2>Sebenarnya, sindrom ini tidak bisa dianggap sebagai gangguan mental. Bahkan, mengutip WebMD, sindrom ini bisa dialami oleh siapa saja.Studi menemukan, sekitar 70% dari kita pernah mengalami imposter syndrome. Biasanya, yang mengalami sindrom ini adalah mereka yang punya kepribadian cenderung perfeksionis. Begitu juga dengan orang yang terlihat berbeda dari orang kebanyakan. Misalnya, saat Anda jadi satu-satunya wanita di antara tim IT Programmer di kantor. Beberapa faktor lain yang bisa membuat seseorang sindrom ini adalah: <ul><li>berlatar belakang etnis minoritas atau hidup di masyarakat yang punya stereotip terhadap kelompok etnis, gender, maupun usia tertentu</li><li>
mengalami gangguan depresi dan kecemasan</li><li>
latar belakang keluarga yang punya banyak konflik atau punya orangtua yang overprotektif</li><li>
mendapat tekanan saat beradaptasi dengan lingkungan sekolah atau kantor baru</li><li>
punya fobia sosial atau ketakutan berlebihan ketika berinteraksi dengan orang lain</li></ul><h2>7 Cara Mengatasi Imposter Syndrome</h2>Beberapa hal berikut ini bisa dilakukan untuk mengatasi sindrom ini:<h4>1. Curhat pada Orang yang Dipercaya</h4>Langkah pertama yang bisa dilakukan untuk mengatasi imposter syndrome adalah curhat dengan orang yang dipercaya. Dari sini, Anda bisa dapat masukan seperti apa kualitas diri Anda dari sudut pandang orang terdekat. Bertukar pikiran juga bisa membantu menekan rasa takut yang tidak rasional.<h4>2. Jalani Terapi Psikologi</h4>Jika pemicu imposter syndrome Anda adalah gangguan depresi dan kecemasan, atasi dengan pergi ke psikiater atau psikolog.Ahli akan merekomendasikan jenis perawatan untuk mengurangi gejala gangguan depresi dan kecemasan yang Anda alami. Saat gejalanya berkurang, sindrom ini pun ikut menghilang.<h4>3. Ikuti Support Group</h4>Bukan cuma Anda yang mengalami sindrom ini. Karena itu, dapatkan dukungan dari orang yang mengalami kondisi serupa dengan bergabung dengan support group.Dalam kelompok ini, Anda bisa ceritakan semua keresahan dan keraguan yang sering dialami. Anda bisa menemukan berbagai support group melalui media sosial.<h4>4. Belajar Nilai Diri Sendiri Secara Objektif</h4>Sering ragu dengan kompetensi yang dimiliki? Coba ingat-ingat lalu tuliskan semua kelebihan yang Anda miliki di kertas.Dari situ, Anda akan bisa lebih jelas melihat apa saja kemampuan dan talenta yang dimiliki. Lalu, tuliskan juga tujuan hidup Anda. Misalnya, Anda seorang Digital Marketer yang bekerja di ranah media sosial. Tulis kemampuan Anda, semisal berkomunikasi dengan klien dan influencer, copywriting, menganalisis performa media sosial, serta lain sebagainya.Setelah itu, buat target Anda. Semisal, meningkatkan 30% engagement klien di media sosial.Setiap kali rasa minder mampir, ingatlah kembali kemampuan dan target yang telah Anda tuliskan tersebut.<h4>5. Melangkah Perlahan</h4>Rasa inferior bisa bikin Anda merasa harus mengejar ketertinggalan dari rekan kerja yang lain. Nah, daripada Anda stres mengejar target yang jauh, fokuslah pada hal kecil.Mulai ambil langkah kecil, satu demi satu. Prioritaskan hal-hal yang bisa Anda kerjakan hari ini. Jangan lupa, beri apresiasi pada diri sendiri untuk semua kerja keras tersebut.<h4>6. Jangan Dibanding-bandingkan!</h4>Membandingkan diri sendiri dengan orang lain hanya akan bikin Anda semakin inferior. Yang ada Anda malah terjebak dalam pemikiran bahwa ada yang salah dengan diri sendiri.Jadi, hentikan kebiasaan ini! Cobalah terima lebih banyak masukan dari orang lain yang bisa buat Anda berkembang.Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/5-mood-booster-supaya-suasana-hati-anda-selalu-positif-1650890994926" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">5 Mood Booster Supaya Suasana Hati Anda Selalu Positif</a> 
<h4>7. Nikmati Kesuksesan Anda</h4>Meski terkadang merasa tidak layak berada di posisi Anda sekarang, coba ingat kembali apa yang telah dilalui.Ingat momen saat orang lain memberikan selamat atas keberhasilan Anda. Nikmati perasaan tersebut karena itu merupakan tanda Anda telah mencapai sesuatu.Itulah sejumlah cara mengatasi imposter syndrome yang bisa Anda coba.Bila Sobat Altea mengalami tekanan berat di lingkungan kerja, kampus, tempat tinggal, maupun komunitas baru, jangan ragu untuk lakukan video call dengan psikolog di AlteaCare! Anda juga bisa chat dengan konselor untuk curhat seputar masalah yang dialami.Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank" style="color: rgb(0, 0, 255);">AlteaCare</a> dan segera buat janji dengan psikolog andalan! 
 Sumber:<ul><li>Very Well Mind. Diakses pada Juli 2022. What Is Imposter Syndrome?</li><li>
Dena M. Bravata, MD, MS, et al. (2020). Prevalence, Predictors, and Treatment of Impostor Syndrome: a Systematic Review. Journal of General Internal Medicine, 35(4): 1252–1275</li><li>
American Psychological Association. Diakses pada Juli 2022. How to overcome impostor phenomenon</li></ul>

Penyebab Imposter Syndrome dan Cara Mengatasinya

Bersyukur membuat tubuh lebih sehat dan pikiran lebih tenang - AlteCare | Foto: Envato

Tempat tinggal, kendaraan, dan gadget yang sekarang Anda gunakan, apa rasanya sudah cukup? Bila sudah dan Anda merasa bersyukur, itu baik sekali, Sobat Altea. Sebab ada banyak manfaat bersyukur buat kesehatan kita.Menurut penelitian yang dikutip dari Journal of Happiness Studies menunjukkan, orang yang bersyukur punya kualitas hidup lebih baik, lebih bahagia, lebih puas terhadap didirinya, dan terhindar dari depresi.Nah, masih ada banyak manfaat yang bisa kita dapat dari mempraktikkan sikap selalu bersyukur dalam kehidupan sehari-hari.Yuk, kita simak selengkapnya apa saja manfaat bersyukur buat kesehatan!Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/7-cara-bersyukur-setiap-hari-harus-sepenuh-hati-1666248472776" target="_blank">7 Cara Bersyukur Setiap Hari. Harus Sepenuh Hati!</a><h2>Manfaat Bersyukur Untuk Tubuh dan Jiwa</h2>Berikut ini adalah beberapa manfaat yang bisa didapat dari selalu bersyukur:<h4>1. Jadi Lebih Sabar</h4>Penelitian Marshmallow Test yang di Stanford University menunjukkan bahwa kesabaran dan kesediaan menunda kesenangan bisa berdampak positif pada hidup seseorang secara menyeluruh. Ini sejalan dengan penelitian yang dikutip Forbes, yang menyebutkan bahwa besarnya rasa syukur secara otomatis berbanding lurus dengan tingkat kesabaran kita.Jadi, kalau ingin jadi orang yang lebih sabar, belajarlah dulu untuk selalu bersyukur. <h4>2. Jadi Lebih Bahagia</h4>Merasa kurang bahagia saat ini? Mohon maaf, nih. Altea mau ajak Anda sedikit berefleksi. Sudahkah Anda bersyukur atas apa yang sudah dimiliki?Soalnya begini. Menurut Harvard Medical School dengan bersyukur kita bisa lebih menghargai apa yang kita punya. Kita bisa hidup lebih bahagia karena merasa sudah tercukupi. Sementara jika belum bersyukur dan kerap membanding-bandingkan apa yang dimiliki dengan orang lain, kita belum bahagia. Sebab, hidup kita masih salah fokus alias masih berorientasi pada orang lain.<h4>3. Lebih Percaya Diri</h4>Rasa percaya diri penting dimiliki semua orang. Sebab, ini bisa berguna dalam segala aspek kehidupan, mulai dari hubungan pertemanan sampai pekerjaan.Nah, manfaat bersyukur ternyata bisa meningkatkan rasa percaya diri. Menurut studi di Journal of Applied Sport Psychology rasa bersyukur bisa meningkatkan rasa percaya diri para atlet. Hal ini lalu berdampak positif juga pada performa atlet saat bertanding. Sebab, mereka lebih fokus pada kemampuan dirinya dan tidak membanding-bandingkan dengan orang lain. <h4>4. Sehat Fisik</h4>Orang yang lebih bersyukur ternyata punya fisik lebih sehat, lo!Ini sejalan dengan studi dari dari Personality and Individual Differences, yang menyebutkan bahwa bersyukur tidak hanya membuat sehat mental, tapi juga secara fisik. Sebab, orang yang bersyukur cenderung menjaga kesehatannya, misalnya rutin berolahraga dan melakukan pemeriksaan kesehatan. Hal ini bisa berkontribusi pada usia yang lebih panjang.<h4>5. Punya Banyak Teman</h4>Manfaat bersyukur lainnya adalah membuka pintu lebih banyak untuk berhubungan dengan orang lain. Ini berkaitan dengan kebiasaan berterima kasih kepada orang lain.Mengutip dari studi yang dimuat di jurnal Emotion, orang yang sering berterima kasih pada orang lain bisa memiliki hubungan yang lebih panjang, bahkan lebih erat. Jadi, jangan ragu berterima kasih pada rekan kerja yang sudah membantu proyek pekerjaan dengan deadline-nya super mepet.<h4>6. Tidur Jadi Lebih Nyenyak</h4>Saat kita bisa mensyukuri hal sekecil apa pun, rasa cemas berlebihan dalam pikiran pun berkurang. Peneliti menyebutkan turunnya rasa cemas bisa berdampak pada kualitas tidur yang makin meningkat. Saat pikiran rileks dan tenang, kita bisa tidur lebih pulas dan lebih lama.Ini sejalan dengan penelitian dari Journal of Psychosomatic Research, yang membuktikan bahwa responden yang sering bersyukur cenderung memiliki kualitas tidur yang baik. Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/mau-tidur-pulas-hindari-7-kebiasaan-buruk-ini-sebelum-tidur-1654609514664" target="_blank">Mau Tidur Pulas? Hindari 7 Kebiasaan Buruk Ini Sebelum Tidur</a>
<h4>7. Meredakan Amarah</h4>Orang yang pandai bersyukur punya pengendalian emosi yang baik. Jadi, saat ada hal yang menyakiti hatinya, mereka tidak mudah marah.Menurut studi dari University of Kentucky, rasa syukur bisa meredam rasa kesal dan balas dendam ketika tidak mendapat apa yang diinginkan.Selain itu, studi lain yang dimuat di BMC Medical Education menghubungkan rasa syukur dengan tingkat kecerdasan emosional. Artinya, jika memiliki rasa syukur yang tinggi, level kecerdasan emosional kita pun juga tinggi.Itulah beberapa manfaat bersyukur bagi kesehatan jiwa dan raga.Sobat Altea yang saat ini hidupnya sedang berantakan dan galau, serta rasanya sulit untuk mengingat hal-hal yang bisa bikin lebih bersyukur, jangan ragu minta bantuan profesional. Psikolog dapat mendampingi Anda menata hidup kembali, sehingga perasaan positif akan mudah dirasakan.Anda bisa lakukan video call dengan Psikolog di AlteaCare atau memanfaatkan fitur chat dengan konselor yang ada di aplikasi.Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank">AlteaCare</a> <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank"></a>dan temui Psikolog sekarang! Sumber:<ul><li>Forbes. Diakses pada Agustus 2022. 7 Scientifically Proven Benefits Of Gratitude That Will Motivate You To Give Thanks Year-Round.</li><li>
Harvard Medical School. Diakses pada Agustus 2022. Giving thanks can make you happier</li><li>
Help Guide. Diakses pada Agustus 2022. Gratitude: The Benefits and How to Practice It</li><li>
Psychology Today. Diakses pada Agustus 2022. 7 Scientifically Proven Benefits of Gratitude</li><li>
Shi, M., &amp; Du, T. (2020). Associations of emotional intelligence and gratitude with empathy in medical students. BMC Medical Education, 20, Article number: 116</li><li>
Toepfer, S., M., Cichy, K., &amp; Paters, P. (2012). Letters of Gratitude: Further Evidence for Author Benefits. Journal of Happiness Studies, 13, page 187–201</li><li>
Wood, A., M., Joseph, S., Lloyd, J., &amp; Atkins, S. (2009). Gratitude influences sleep through the mechanism of pre-sleep cognitions. Journal of Psychosomatic Research, 66(1):43-8.</li><li> </li></ul>

7 Manfaat Bersyukur Buat Kesehatan. Lahir dan Batin!

Quiet quitting yang sedang tren di dunia kerja bisa berawal dari  turunnya motivasi kerja - AlteaCare | Foto: Envato

Fenomena quiet quitting saat ini sedang ramai diperbincangkan di media sosial oleh para pekerja dan profesional muda. Sobat Altea sudah tahu istilah ini?Istilah quiet quitting adalah salah satu istilah yang dipopulerkan oleh gen Z dan generasi milenial, bersama istilah lain seperti burn out atau hustle culture. Konteksnya berkaitan dengan kesehatan mental di dunia kerja. Pada prinsipnya, quiet quitting adalah perilaku orang yang sebenarnya sudah ingin berhenti dari pekerjaannya tapi tidak memberi tahu manajer atau bos. Sehingga, dia hanya bekerja dengan standar minimal perusahaan.Orang yang melakukan quiet quitting hanya mengerjakan pekerjaan seadanya atau "yang penting beres". Mereka tidak berusaha ekstra atau mengajukan ide inovasi yang akan memajukan perusahaan.Bisa dibilang, gaya kerja seperti ini kebalikan dari hustle culture.Lalu, apa yang bikin seseorang melakukan quiet quitting dan apa dampaknya? Yuk, simak uraian lengkap di bawah ini!<h2>Tanda-Tanda Quiet Quitting</h2>Sering kali para keberadaan quiet quitter ini tidak disadari oleh rekan kerja dan atasannya.Namun, melansir Very Well Mind, setidaknya ada beberapa perilaku yang ditunjukkan dan bisa berkaitan pada quiet quitting, seperti:<ul><li>pulang kantor selalu tepat waktu</li><li>
bekerja tanpa terbawa emosi dan perasaan</li><li>
tidak punya ambisi untuk berkontribusi lebih pada perusahaan</li><li>
menolak saat dimintai bantuan melakukan sesuatu di luar pekerjaan utama</li><li>
tidak membalas surel atau chat dari rekan kerja dan atasan di luar jam kerja</li><li>
tidak tertarik pada promosi jabatan di kantor</li><li>
tidak ingin mengembangkan kemampuannya agar lebih berkontribusi pada perusahaan</li></ul>Melihat beberapa poin di atas, tampaknya orang ini sudah bekerja sesuai aturan, ya. Namun, kita perlu perhatikan kata kuncinya, yaitu keinginan untuk berkontribusi pada perusahaan.Jadi, jika ada rekan kerja yang enggan balas chat terkait pekerjaan selepas jam kantor, bukan berarti dia lantas quiet quitting. Selama dia masih punya ambisi untuk berkontribusi dan berkembang, kemungkinan dia bukan quiet quitter.Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/apa-itu-hustle-culture-dan-dampak-buruknya-1661161514400" target="_blank">Apa Itu Hustle Culture dan Dampak Buruknya</a><a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/apa-itu-hustle-culture-dan-dampak-buruknya-1661161514400" target="_blank"> 
</a><h2>4 Penyebab Quiet Quitting</h2>Ada banyak faktor yang membuat seseorang menjadi quiet quitter. Menurut pakar, berikut beberapa faktor ini bisa jadi penyebabnya:<h4>1. Burnout</h4>Salah satu penyebab seseorang tampak tidak berambisi di kantor adalah dia sudah burnout. Kondisi ini membuatnya dia kewalahan dengan pekerjaannya. Akibatnya, orang tersebut akan merasa lelah dan hilang minat untuk mencapai sesuatu dalam pekerjaannya.<h4>2. Ingin "Menyenangkan Diri Sendiri"</h4>Semua pekerjaan pasti bikin stres, apalagi jika tekanannya tinggi sedangkan gaji tidak naik-naik.Makanya, sebagian orang memilih lebih memerhatikan diri sendiri atau bahasa kerennya "self-care". Contohnya dengan memperbanyak me time, hang out dengan teman, fokus pada aktivitas di luar pekerjaan, dan lain-lain.Ini dilakukan untuk mencegah burnout atau stres berlebihan akibat pekerjaan.<h4>3. Kurang Dapat Pengakuan</h4>Orang yang melakukan quiet quitting bisa jadi dulunya adalah orang yang punya ambisi berkarier. Namun, menurut pakar psikologi, perubahan terjadi karena kerja keras mereka tidak dihargai. Motivasinya pun jadi turun.Saat kondisi mental sudah seperti ini, tidak mustahil ia pun akan berubah menjadi quiet quitter.<h4>4. Tidak Ada Pengawasan Saat Bekerja</h4>Sejak pandemi COVID-19, banyak orang bekerja secara remote dari rumah. Kondisi ini membuat orang bekerja tanpa pengawasan dari atasan secara langsung.Ditambah dengan faktor jenuh, stres, dan burnout selama bekerja di rumah, seseorang bisa jadi quiet quitter.<h2>Dampak Quiet Quitting</h2>Kita sudah tahu apa penyebab quiet quitting. Sebenarnya, perilaku ini ada plus dan minusnya. Ini dia beberapa di antaranya:<h4>1. Dampak Positif </h4>Menurut pakar, perilaku quiet quitting ternyata ada efek positifnya juga, seperti:<ul><li>bisa mencapai work-life balance</li><li>
punya lebih banyak waktu untuk berkumpul bersama keluarga atau orang yang disayangi</li><li>
terhindar dari gangguan kesehatan mental</li></ul>Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/jurus-kerja-cerdas-anti-burnout-jangan-takut-ambil-cuti-1655864502074" target="_blank">Jurus Kerja Cerdas Anti Burnout. Jangan Takut Ambil Cuti!</a> 
<h4>2. Dampak Negatif</h4>Sementara itu, dampak negatif dari menjadi quiet quitter adalah:<ul><li>dinilai rekan kerja tidak bekerja secara maksimal</li><li>
karier menurun karena hasil kerja dianggap kurang optimal</li><li>
hilang keterikatan dengan tempat kerja</li><li>
hilang tujuan saat bekerja</li><li>
hilang rasa kepuasan dari bekerja</li><li>
merasa perannya tidak berguna</li><li>
merasa bosan dengan pekerjaan</li></ul>Sebenarnya, dampak quiet quitting kembali bergantung pada setiap individu. Pada orang yang ambisius, misalnya, dampak negatif mungkin akan lebih terasa dibandingkan positifnya.Itulah pengertian quiet quitting, penyebab, dan dampaknya untuk karyawan.Jika Anda merasa stres dan jenuh saat bekerja, jangan ragu untuk curhat dengan pakar kesehatan mental di AlteaCare! Anda bisa lakukan chat dengan konselor di aplikasi atau video call dengan spesialis. Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank">AlteaCare </a>dan segera buat temui konselor dan spesialis andalan! Sumber:<ul><li>Healthline. Diakses pada Oktober 2022. Is ‘Quiet Quitting’ Really Good for Your Health? What Experts Think</li><li>
Very Well Mind. Diakses pada Oktober 2022. People Are 'Quiet Quitting' And It Could Be Great For Mental Health</li><li>
Maslach, C., &amp; Leiter, M. P. (2016). Understanding the burnout experience: recent research and its implications for psychiatry. World psychiatry, 15(2), 103-111.</li><li>
Lichner, V., Halachová, M., &amp; Lovaš, L. (2018). The concept of self-care, work engagement, and burnout syndrome among slovak social workers. Czech and Slovak Social Work, 4, 62-75.</li></ul>

Mengenal Quiet Quitting dan Plus-Minusnya

Berbagi dengan orang yang membutuhkan bisa membuat kita jadi lebih bersyukur - AlteaCare | Foto: Envato

Sobat Altea mungkin termasuk salah satu yang selalu diingatkan oleh orangtua untuk bersyukur. Kita diajarkan bahwa dengan bersyukur, hidup terasa lebih ringan. Tapi, bagaimana cara bersyukur yang benar?Setiap orang punya cara yang berbeda dalam bersyukur. Yang jelas, bersyukur itu bisa mengubah pola pandang kita, bahkan membuat hidup kita lebih berkualitas. Demikian menurut studi yang dikutip dari jurnal Psychiatry.Banyak pakar maupun tokoh spiritual yang mengajak kita untuk mensyukuri segala hal yang kita miliki dan menyatakannya dalam kehidupan sehari-hari. Lalu, cara bersyukur seperti apa yang bisa kita lakukan setiap waktu?Yuk, coba beberapa cara berikut ini!<h2>Cara Bersyukur yang Mudah Ditiru</h2>Meski mudah diucapkan, kita butuh usaha untuk bisa benar-benar bersyukur. Berikut ini beberapa tips yang bisa Anda lakukan: <h4>1. Ucapkan Terima Kasih Pada Diri Sendiri</h4>Kata “terima kasih” begitu dahsyat dan bermakna. Berkata terima kasih juga merupakan salah satu bentuk nyata dari rasa syukur.Bila setiap hari kita sudah sering ucapkan kata ini pada orang lain, kini belajarlah untuk ucapkan terima kasih pada diri sendiri. Tatap diri Anda di cermin, lalu katakan terima kasih: untuk menjadi seperti diri Anda di hari ini, untuk segala masalah di masa lalu yang sudah berhasil dilalui, untuk segala usaha terbaik yang sudah Anda lakukan selama ini.“Terima kasih, diriku!”Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/mengenal-toxic-positivity-dan-ciri-cirinya-harus-waspada-1648692915294" target="_blank">Mengenal Toxic Positivity dan Ciri-cirinya. Harus Waspada!</a>	 
<h4>2. Ikut Kegiatan Sosial</h4>Punya teman yang jadi relawan atau suka berdonasi? Bagi mereka, bekerja atau memberi bantuan untuk orang lain merupakan salah satu bentuk bersyukur. Terlibat dalam kegiatan sosial tidak hanya membuat kita bersyukur akan apa yang sudah dimiliki selama ini, lo.&nbsp;Menurut studi, tindakan ini juga bisa membuat kita merasa berkelimpahan, sehingga kita bisa semakin bersyukur.Penelitian yang dilakukan Profesor dari University of Pennsylvania, Martin Seligman, menyebutkan, ada beberapa kegiatan yang bisa dilakukan untuk meningkatkan kesejahteraan diri. Namun, yang paling efektif adalah kegiatan sosial seperti menjadi relawan.<h4>3. Berani Bilang Cukup</h4>Kebanyakan dari kita cenderung tidak pernah bisa puas. Apalagi kalau hal-hal yang bersifat materi. Kita selalu ingin lebih dan lebih, sehingga akhirnya terjebak bagaikan seekor hamster sedang berputar di roda. Ujung-ujungnya kita sulit merasa bahagia, sebab terus merasa kekurangan.Sebaliknya, saat kita bisa bilang cukup mau bersyukur untuk hal-hal kecil, kita akan punya mental yang berkelimpahan. Maka dari itu, hargai semua yang sudah kita punya, baik itu harga, gadget maupun lainnya. Intinya hiduplah secukupnya saja, tidak kurang dan tidak lebih.<h4>4. Menulis Jurnal</h4>Menulis jurnal bisa jadi salah satu cara bersyukur yang bisa kita lakukan. Cara ini bahkan sering disarankan oleh Psikolog atau konselor untuk mengatasi stres. Nah, Anda juga bisa coba, Sobat Altea. Siapkan buku khusus untuk jadi semacam gratitude journal. Lalu, setiap mau tidur malam, isilah dengan hal-hal yang Anda syukuri hari ini, misalnya:<ul><li>bisa mandi dengan air hangat setelah lelah seharian bekerja</li><li>
tidak terjebak macet di jalan</li><li>
teman kantor dan bos yang super suportif</li><li>
bisa main dengan anak atau hewan peliharaan sepulang kantor</li></ul>Meski remeh, kebiasaan menulis ini membantu melatih kita bersyukur.<h4>5. Biasakan untuk Memberi </h4>Saat kita sudah bisa bersyukur dengan hidup yang secukupnya, setelahnya cobalah untuk berbagi. Berikan sesuatu bagi orang lain yang membutuhkan. Pemberian tidak harus berupa materi. Tidak juga sesuatu yang bagus dan mahal. Tapi, kita bisa berikan sesuatu yang bermakna. Misalnya, menghabiskan waktu seharian atau beberapa jam bersama orang yang kita cintai. Nikmatilah momen detik demi detik bersama mereka. Ini bisa membangun relasi yang baik dengan kesayangan kita.<h4>6. Praktikkan Konsep Mindfulness</h4>Konsep mindfulness juga bisa jadi salah satu cara bersyukur. Caranya mudah:<ul><li>Luangkan waktu sejenak setiap hari untuk duduk tenang</li><li>
Atur napas dengan ambil napas dalam-dalam dan embuskan</li><li>
Ingat lima hingga sepuluh hal yang paling kita syukuri, bayangkan semua dalam pikiran dan syukuri semuanya</li><li>
Melakukan hal ini setiap hari akan membentuk pola pikir kita menjadi lebih bersyukur. Anda pun akan merasa lebih bahagia.</li></ul>Baca juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/tips-meditasi-mudah-buat-pemula-tidak-pakai-ketiduran-1648520784534" target="_blank">Tips Meditasi Mudah Buat Pemula. Tidak Pakai Ketiduran!</a>	 
<h4>7. Tidak Perlu Membandingkan</h4>Melihat karier atau status sosial teman lain yang lebih tinggi jangan sampai bikin kita jadi minder. Apalagi kalau kita lantas jadi membanding-bandingkan. Misalnya, “kok, dia bisa seperti ini, ya…” atau “gadget-nya dia bagus banget, jadi pengen…”Pikiran seperti ini bisa mencuri kebahagiaan kita. Akan jauh lebih baik kalau kita menghargai dan mengucap syukur atas apa yang kita punya. Jangan lihat orang lain, sebab hidup kita berangkat dari garis start yang berbeda.Itulah beberapa cara bersyukur yang mudah untuk dilakukan setiap hariIntinya, kita perlu udah perspektif tentang hidup ini. Bahwa hal-hal yang selama ini kita anggap remeh sesungguhnya perlu kita syukuri dan banggakan.Altea ngerti, bersyukur itu bukan hal yang mudah, apalagi kalau kita sedang dalam kondisi mental yang tidak stabil.Buat Sobat Altea yang butuh bantuan dari profesional untuk menghadapi masalah atau mengatasi beban hidup yang berat, jangan ragu untuk lakukan video call dengan Psikolog di AlteaCare. Anda juga bisa pilih fitur chat dengan konselor di aplikasi.Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank">AlteaCare </a>dan temui konselor dan Psikolog andalan! Sumber:<ul><li>Forbes. Diakses pada Agustus 2022. 8 Ways To Have More Gratitude Every Day</li><li>
Psych Central. Diakses pada Agustus 2022. 10 Ways to Express Gratitude</li><li>
Psychology Today. Diakses pada Agustus 2022. 9 Gratitude Practices to Try Today</li><li>
Sansone, R., A., &amp; Sansone, L. A. (2010). Gratitude and Well Being. Psychiatry, 7(11): 18–22.</li><li>
University of Minnesota. Diakses pada Agustus 2022. 10 Ways to Be a More Thankful Person</li><li> </li></ul>

7 Cara Bersyukur Setiap Hari. Harus Sepenuh Hati!

Orang yang kecanduan belanja online biasanya punya self-esteem rendah - AlteaCare | Foto: Envato

Belanja di marketplace sepertinya sudah mendarah daging di sebagian besar orang yang hidup di era digital. Tapi, hati-hati, lo. Jangan sampai kita jadi kecanduan belanja online. Bahayanya bukan cuma buat dompet!Menurut laporan lembaga survei Ipsos Global Trends pada 2021, 73% responden asal Indonesia lebih suka belanja online dibandingkan belanja secara tradisional.Angka ini sebenarnya wajar banget, Sobat Altea. Apalagi kita tahu betapa mudahnya kalau belanja online. Sambil duduk santai di rumah, kita tinggal pilih-pilih di ponsel atau laptop, cari barang, masukkan keranjang, lalu.., cuss! Bayar! Selanjutnya tinggal tunggu barang dikirim, yang terkadang sehari saja sudah sampai di rumah.Tidak heran kalau dengan segala kemudahan yang ditawarkan dari belanja online, banyak orang mulai kecanduan. Memangnya, apa saja sih, tandanya saat kita mulai kecanduan belanja online? Lalu, bagaimana cara mengatasinya? Yuk, simak uraian di bawah ini!<h2>5 Tanda Kecanduan Belanja Online</h2>Menurut studi, ada beberapa hal yang bisa memicu orang jadi ketagihan belanja daring. Salah satunya adalah rendahnya self-esteem seseorang. Self-esteem berkaitan dengan cara orang memandang dan menghargai dirinya sendiri. Orang yang self-esteem-nya rendah cenderung melakukan hal-hal yang membuatnya seperti mendapatkan reward. Selain itu, ia juga dapat melakukan tindakan yang berulang-ulang, misalnya dengan berbelanja. Lalu, apa saja tanda-tanda saat kita mulai kecanduan belanja online?Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/digital-detox-baik-untuk-kesehatan-mental-berani-coba-1647261489687" target="_blank">“Digital Detox” Baik untuk Kesehatan Mental, Berani Coba?</a> 
<h4>1. Berbelanja Buat Menenangkan Pikiran</h4>Ketika kita mulai sering belanja saat pikiran sedang kalut dan perasaan sedang galau, ini bisa jadi pertanda adanya kecanduan.Menurut ahli, buat orang yang self-esteem-nya rendah, barang yang dibeli tidaklah penting karena tujuannya untuk membebaskan diri dari perasaan negatif. Rasa lega yang diperoleh dari berbelanja online inilah yang akhirnya menimbulkan kecanduan.<h4>2. Cari dan Curi Waktu untuk Berbelanja</h4>Tanda kecanduan belanja online yang sering tidak disadari adalah saat Anda mulai mencari kesempatan, bahkan dalam kesempitan. Setiap waktu, Anda hanya berpikir “belanja apa, ya, hari ini?”. Saat berada di mana pun dan kapan pun, Anda akan menyempatkan untuk buka aplikasi belanja online lalu pilih-pilih barang. Saking seringnya belanja, Anda bisa dengan mudah teralihkan, bahkan saat sedang bekerja atau saat berbicara dengan orang lain sekalipun. Di benak Anda hanya ada pikiran tentang barang di keranjang belanja.<h4>3. Tidak Bisa Stop Belanja</h4>Jika sudah kecanduan, Anda akan sulit berhenti berbelanja daring.Bahkan, saat berhasil stop, tak lama Anda akan mulai belanja lagi. Sebab, akses ke e-commerce yang mudah memicu Anda jadi impulsif.Selain itu, karena perilaku belanja daring dilakukan oleh banyak orang, orang yang kecanduan berbelanja menganggap tindakannya normal.<h4>4. Dihantui Rasa Bersalah</h4>Banyak orang yang kecanduan belanja online merasa senang setelah berbelanja, tapi ada juga yang sebaliknya.Ketika sadar bahwa barang yang dibeli sebenarnya tidak dibutuhkan, perasaan bersalah pun menghantui. Namun, tetap saja, setelahnya Anda tetap checkout keranjang belanja.<h4>5. Sampai Berutang Demi Belanja</h4>Saat kecanduan, Anda jadi makin impulsif berbelanja, apa pun risikonya. Bahkan, Anda juga bisa melakukan hal yang akan disesali kemudian hari.Misalnya, pinjam uang di aplikasi pinjaman online demi beli barang, pakai fasilitas pay later, atau berutang di kartu kredit sampai melewati limit. Bukan mustahil Anda juga pinjam uang orang terdekat demi&nbsp;beli barang tertentu.<h2>5 Cara Mengatasi Kecanduan Belanja Online</h2>Berikut ini beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi ketagihan belanja daring:<h4>1. Temukan Sumber Kebahagiaan Lain</h4>Ketika berbelanja, mungkin Anda merasa bahagia dan stres berkurang. Tapi, ini semua semu. Anda perlu sadar bahwa belanja bukan satu-satunya sumber kebahagiaan.Yuk, cari aktivitas lain yang bisa bikin Anda antusias dan curahkan energi maupun pikiran pada kegiatan itu.<h4>2. Atur Daftar Belanja</h4>Cara menghentikan kecanduan belanja online lain adalah disiplin dalam finansial.Biasakan buatlah daftar belanja bulanan, lalu tulis barang yang Anda butuhkan. Lalu, lihat dan pikir-pikir lagi, apa barang tersebut benar-benar dibutuhkan atau cuma kepingin?Selain itu, catat juga semua pengeluaran. Jadi, Anda bisa lebih mudah melacak perginya uang dan tahu saat pengeluaran sudah berlebihan.<h4>3. Matikan Notifikasi Aplikasi</h4>Niatnya mau berhenti belanja, tapi notifikasi di ponsel bikin Anda gemas mau ikut flash sale? Ayo, matikan saja notifikasi aplikasi itu di ponsel! Ini bisa&nbsp;cegah Anda belanja impulsif barang-barang yang tidak dibutuhkan.O ya, jangan lupa periksa e-mail dan pilih unsubscribe newsletter dari aplikasi belanja langganan Anda.<h4>4. Tahan Diri Beberapa Hari</h4>Ketemu barang yang Anda ingin beli di toko online? Jangan langsung bayar. Coba tahan diri beberapa hari. Siapa tahu itu hanya keinginan impulsif.Beri waktu buat diri sendiri selama tiga hari untuk berpikir apa barang itu benar-benar dibutuhkan.Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/8-manfaat-game-untuk-kesehatan-sudah-terbukti-1656554933987" target="_blank">8 Manfaat Game untuk Kesehatan. Sudah Terbukti!</a> 
<h4>5. Lakukan Digital Detox</h4>Karena kecanduan belanja online bisa pengaruhi kesehatan mental juga. Jadi, ada baiknya kita melakukan digital detox atau istirahat sejenak dari penggunaan gawai. Dengan membatasi penggunaan gadget, kita pun bisa cuti belanja daring.Itulah sejumlah tanda dan cara mengatasi kecanduan belanja online yang harus Anda ketahui.Jika kebiasaan berbelanja online sudah mengganggu aktivitas sehari-hari, Anda bisa curhat dengan konselor atau psikolog di aplikasi AlteaCare.Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank">AlteaCare </a>dan segera buat janji dengan psikolog andalan! Sumber:<ul><li>Ipsos Global Trends. Diakses pada Juli 2022. Top Trends of Indonesian Consumers: Brand Purpose, Climate Change, Data &amp; Technology, Science</li><li>
Rose, S., &amp; Dhandayudham, A. (2014). Towards an understanding of Internet-based problem shopping behaviour: The concept of online shopping addiction and its proposed predictors. Journal of behavioral addictions, 3(2), 83-89.</li><li>
Web MD. Diakses pada Juli 2022. Addicted To Shopping: 7 Signs You May Have A Problem</li><li>
Healthline. Diakses pada Juli 2022. 7 Steps to Kick the Quarantine Online Shopping Habit</li><li>
Cleveland Clinic. Diakses pada Juli 2022. How to Do a Digital Detox for Less Stress, More Focus</li></ul>

Kecanduan Belanja Online? Ini Tanda-tandanya!

Mengalihkan perhatian dari ponsel dengan melakukan kegiatan lain bisa membantu mengatasi nomophobia - AlteaCare | Foto: Envato

Mengalami gangguan nomophobia bisa bikin rutinitas dan kehidupan sosial kita terganggu. Kalau mau hidup lebih sehat berkualitas dan punya relasi yang lebih baik dengan orang terdekat, kita perlu cari cara mengatasi nomophobia yang efektif.Kondisi nomophobia membuat kita selalu merasa ketakutan ketika tidak tersambung dengan internet atau tidak pegang ponsel. Sebenarnya, wajar saja kalau kita mengandalkan gadget ataupun HP di keseharian kita. Apalagi, ponsel di era digital sekarang serba bisa. Mulai untuk telepon, pesan makan, sampai cari transportasi dan hiburan.Tapi, kalau kita sudah sangat tergantung pada ponsel sampai-sampai panik kalau baterai berkurang sedikit (padahal baru dicas penuh) atau HP tidak ketemu waktu kita meraba-raba tas sambil nyetir, ini sudah tidak wajar.Untuk mengatasi ketergantungan ini, Anda butuh bantuan sesegera mungkin.Yuk, ikuti cara mengatasi nomophobia paling ampuh berikut ini!<h2>7 Cara Mengatasi Nomophobia Paling Ampuh</h2>Berikut ini beberapa hal yang bisa Anda lakukan untuk mengatasi gangguan nomophobia:<h4>1. Ayo, Keluar Rumah!</h4>Salah satu cara paling efektif mengatasi nomophobia adalah mencari kegiatan yang bikin Anda sibuk di luar rumah. Hal ini bisa membuat Anda sejenak melupakan dorongan untuk berinteraksi tanpa henti dengan gawai.Menurut ahli, perlu ada dukungan dari keluarga atau teman supaya orang yang nomophobia termotivasi untuk beraktivitas di luar. Anda bisa minta orang terdekat untuk menemani melakukan beberapa kegiatan, seperti bersepeda, main futsal, ikut komunitas maupun kegiatan keagamaan. Mereka juga yang akan memantau apakah Anda lebih sering sibuk main HP atau berinteraksi dengan orang luar.Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/digital-detox-baik-untuk-kesehatan-mental-berani-coba-1647261489687" target="_blank">“Digital Detox” Baik untuk Kesehatan Mental, Berani Coba?</a> 
<h4>2. Dapatkan Terapi Desensitisasi</h4>Metode ini butuh bantuan profesional agar dapat berjalan efektif. Terapi desensitisasi atau tetapi paparan (exposure) ini banyak digunakan untuk mengatasi gangguan fobia. Terapi desensitisasi pada intinya bertujuan mengurangi respons emosional terhadap hal tertentu. Dalam konteks nomophobia, terapi ini bisa melatih kita menghadapi hal yang kita paling takutkan, yaitu hidup tanpa ponsel.Terapi ini menggabungkan teknik relaksasi untuk menenangkan pikiran, kemudian terapis akan memberi paparan secara bertahap terhadap kondisi pemicu nomophobia, yaitu berkurangnya akses pada ponsel.<h4>3. Jalani Hipnoterapi</h4>Selain sebagai bagian dari penanganan gejala depresi, hipnoterapi juga bisa dipakai untuk mengatasi ketergantungan terhadap ponsel.Terapis akan memberikan sugesti kepada orang yang nomophobia agar dapat mengendalikan diri dan tetap tenang saat dihadapkan pada situasi tanpa ponsel.<h4>4. Cognitive Behavioral Therapy (CBT)</h4>Terapi yang ini tidak bertujuan menghilangkan ketergantungan terhadap ponsel sama sekali, melainkan untuk memperkenalkan&nbsp;pola pikir yang baru, sehingga bisa mengatasi nomophobia.Misalnya, Anda selalu khawatir bakal melewatkan sesuatu jika tidak mengecek ponsel. Nah, lewat CBT, Anda akan diingatkan bahwa tidak ada hal yang bakal terlewatkan saat Anda hanya cuma cek ponsel sesekali saja..<h4>5. Buat Batasan</h4>Cara mengatasi nomophobia yang bisa langsung dilakukan adalah membatasi diri dalam pemakaian ponsel.Buat aturan buat diri sendiri. Misalnya, tidak main HP saat makan atau matikan saat mau tidur. Ini bisa membantu mengubah kebiasaan Anda secara perlahan. Tentu saja, trik ini baru efektif kalau Anda bisa disiplinkan diri sendiri.<h4>6. Cari Pengalihan</h4>Malas keluar rumah? Anda masih tetap bisa enjoy tanpa harus pegang ponsel, kok!Caranya, cari aktivitas lain yang bisa mengalihkan perhatian. Misalnya membaca buku, menulis, merajut, dan hobi lainnya yang bisa dilakukan di dalam rumah.Baca Juga: <a href="https://alteacare.com/konten/kategori/Kesehatan%20Jiwa/artikel/nomophobia-adalah-takut-jauh-dari-ponsel-ini-tanda-tandanya-1665373957294" target="_blank">Nomophobia Adalah Takut Jauh dari Ponsel. Ini Tanda-tandanya!</a><h4>7. Konseling ke Psikolog atau Psikiater</h4>Jika dibiarkan, nomophobia bisa bikin kita stres dan cemas berkepanjangan. Ini karena kita terus-terusan khawatir saat jauh dari ponsel.Kalau cara-cara di atas tidak bisa mengatasi gangguan nomophobia, saatnya untuk lakukan konseling dengan psikolog atau psikiater. Pakar kesehatan mental ini akan mendampingi dalam proses menjauhi kebiasaan buruk ini.Itulah sejumlah cara mengatasi nomophobia yang ampuh. Dalam beberapa kasus yang cukup parah, orang yang nomophobia dapat direkomendasikan untuk minum jenis obat tertentu untuk mengendalikan kecemasan. Nah, jangan sampai Anda berpikir sampai sana dan melakukannya tanpa sepengetahuan dokter, ya! Hindari mencoba mengobati diri sendiri, karena bisa membahayakan kesehatan.Anda bisa lakukan konseling menggunakan video call dengan Psikolog atau Psikiater di AlteaCare. Kerahasiaan dijamin!Yuk, unduh aplikasi <a href="http://onelink.to/alteacare" target="_blank">AlteaCare </a>dan segera buat janji! Sumber:<ul><li>Bhattacharya, S., Bashar, M. A., Srivastava, A., &amp; Singh, A. (2019). Nomophobia: No mobile phone phobia. Journal of family medicine and primary care, 8(4), 1297.</li><li>
Medical News Today. Diakses pada Juli 2022. What is nomophobia?</li><li>
Very Well Mind. Diakses pada Juli 2022. Nomophobia: The Fear of Being Without Your Phone.</li></ul>